Saturday 24 December 2011

IMPLEMENTASI METODE DONGENG DALAM PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK

IMPLEMENTASI METODE DONGENG
DALAM PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK

Oleh : Kunduri , S.Pd
( Guru TK Negeri Cempaka Jaya Kota Pekalongan )



A. Pendahuluan
Melihat realita yang ada pada saat ini maka yang perlu disiapkan adalah generasi yang teguh dalam keimanan yang memiliki wawasan luas dan berakhlaq mulia. Semua ini merupakan tujuan pendidikan. Dimana pendidik utama dan pertama adalah orang tua, menyusul kemudian guru terutama guru prasekolah ( TK ), namun biasanya dalam upaya–upaya penanaman nilai–nilai moral (afektif) pada anak tidak menggunakan metode yang memenuhi kebutuhan anak. Padahal yang dibutuhkan adalah bermain, bersenang–senang, bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahu, berimanjinasi, berekspresi, dan merasakan disayang (merasa aman) serta menyayangi. Sementara ini yang berkembang di kalangan pendidik metode yang digunakan dalam upaya penanaman nilai adalah anak diceramahi dan diminta menghafal nilai–nilai tersebut. Padahal metode ceramah bagi anak taman kanak-kanak sangat lemah. Hal ini sekurang–kurangnya disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Metode tersebut tidak memenuhi kebutuhan anak. Anak hanya dijadikan obyek, metode ini hanya memuaskan pendidik atau orang tua saja.
Anak-anak mendengarkan dan menghafalkan tentang peraturan sekolah dan sekedar memenuhi tuntutan pendidik dan orang tua.
2. Metode tersebut hanya menyentuh sisi kognitif saja. Ini berarti hanya mengaktifkan instrumen otak sadar saja, insrumen bawah sadar, dan ruh, atau hati tidak tersentuh.
Dongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia, bahkan dalam Al Qur’an pun berisi banyak sekali cerita – cerita yang diulang–ulang dengan gaya yang berbeda. Tidak heran jika Allah menyebut Al Qur’an kumpulan cerita yang paling baik. “Kami menceritakan kepadamu cerita yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu…”(QS 12 (Yusuf) ayat 3 ).
Kedudukan strategis cerita dalam dunia pendidikan mempunyai beberapa fungsi penting dalam penanaman akhlak ( afektif ), melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian dan perilaku anak-anak.




Mengingat begitu besar peranan dongeng dalam dunia pendidikan, seorang pendidik atau guru haruslah paham dengan teknik bercerita sehingga pesan moral dapat dipahami dan dimengerti oleh anak didik sehingga pembentukan perilaku anak dapat berjalan dengan optimal.

B. Pengertian dongeng
Dongeng adalah bertutur kata atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. (Didaktik metodik: 1998: 14)
Menurut (Gordon & Brown, 1985 : 324) dalam Moeslichatoen (2004 : 26 ) Dongeng merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai–nilai yang berlaku di masyarakat.
Menurut Kusmarwanti dalam Musfiroh (2005: 57) dongeng adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh – sungguh maupun rekaan belaka.
Menurut Rahman (2005: 87) dongeng adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal. Melalui cerita, anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal dan mengembangkan kognisinya. Dongeng merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental.

C. Manfaat dongeng
Mendongeng mempunyai beberapa manfaat penting antara lain :
a. Sebagai sarana kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan anak didik.
b. Sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu.
c. Sebagai metode untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan (akhlak).
d. Sebagai sarana pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
e. Sebagai sarana pendidikan fantasi/imajinasi/kreativitas (daya cipta) anak didik.

D. Implementasi metode dongeng dalam pembelajaran di TK
1. Metode dongeng
Agar proses pembelajaran di taman kanak-kanak berhasil, diperlukan adanya metode yang tepat dalam menyampaikan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dicapai. Metode sebagai bagian dari strategi kegiatan dipilih dan diterapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Namun yang perlu diingat, di taman kanak-kanak mempunyai cara yang khas.




Oleh karena itu, ada metode-metode yang lebih sesuai bagi anak didik taman kanak-kanak dibandingkan metode-metode yang lain, misalnya metode ceramah. Metode ceramah tidak berdaya guna bagi anak taman kanak-kanak.
Metode dongeng merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak taman kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak taman kanak-kanak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita tersebut, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita


2. Langkah–langkah penyajian dongeng .
Untuk mencapai keberhasilan dalam mendongeng perlu tahapan – tahapan yang harus diperhatikan oleh setiap pendongeng /pendidik, antara lain:

a. Mempersiapkan materi/naskah dongeng yang akan disajikan secara tepat.

1. Dari sumber cerita yang telah ada.
Seorang pendidik yang akan mendongeng pasti harus menentukan terlebih dahulu gambaran jalan ceritanya. Ia bisa saja mengambil dari buku-buku, majalah, atau komik-komik tertentu. Bila langkah ini yang diambil dikatakan bahwa pendidik itu menggunakan sumber cerita yang telah ada. Tentu saja cerita yang dipilih harus sudah dipertimbangkan masak-masak. Apakah cerita itu tepat? Apakah cerita itu mempunyai bobot dan greget yang kuat? Apakah cerita itu memberikan ruang gerak yang luas kepada pencerita untuk mengembangkan teknik penyajiannya? Apakah cerita itu alurnya pas, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang? Bila sudah yakin benar dengan pilihan ceritanya, maka seorang pendongeng harus melanjutkannya dengan langkah-langkah berikutnya:
a. Memilih naskah cerita yang tepat.
b. Mengubah naskah itu dari naskah tertulis menjadi naskah yang siap dibacakan secara lisan (naskah dengan bahasa lisan). Naskah tidak hanya harus bagus untuk dibaca, tetapi juga harus menarik untuk dibacakan.
c. Membaca naskah baru itu berulang-ulang sehingga pencerita yakin bahwa dirinya benar-benar menguasai alur cerita.
d. Menyiapkan bumbu-bumbu cerita (bila perlu ditulis dalam naskah)





2. Membuat Naskah Sendiri
Bila seorang pendongeng berkehendak untuk membuat cerita karya sendiri, maka yang terpenting ia harus menentukan terlebih dahulu alur atau plot cerita. Bisa dalam bentuk kerangka/bagan alur cerita, bisa juga ditulis secara lengkap. Bila ditulis secara lengkap, sebagaimana tergambar di atas, harus ditulis dengan gaya bahasa lisan. Yang penting alur/plot cerita harus benar–benar dikuasai .

b. Menguasai aspek-aspek ketrampilan teknik dari unsur-unsur penyajian dongeng.
Bila faktor naskah beres, maka faktor kedua yang akan menentukan berhasil tidaknya seseorang didalam mendongeng adalah faktor teknik penyajian. Seorang pendongeng perlu mengasah ketrampilannya dalam mendongeng, baik dalam ilustarsi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim, dialog, visualisasi gerak/peragaan, ekspresi (terutama mimik muka), teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu musik dan sebagainya. Seorang pendongeng harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Untuk mampu menguasai aspek ketrampilan teknik dari unsur penyajian cerita di atas tentu saja dibutuhkan persiapan yang baik.Nah, tidak dapat diabaikan di sini, latihan–latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Segalanya tidaklah mungkin sekali jadi.


c. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan dongeng jika diperlukan.
Alat peraga adalah semua benda yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efesien sehingga tujuan dapat tercapai.
Alat peraga yang digunakan dalam mendongeng akan mempermudah pendengar membayangkan sesuatu yang diceritakan. Alat itu bisa berupa benda asli/langsung, gambar, boneka, buku cerita dan lain-lain. Alat peraga tersebut digunakan untuk mengenalkan tokoh, alam fauna atau alam satwa.
Tujuan digunakan alat peraga dalam mendongeng, antara lain:
Dengan alat peraga diharapkan dapat menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak.

d. Mempersiapkan media pengeras suara/pelantang sebagai unsur pendukung penyajian dongeng.
Pelantang merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk memperjelas suara pendongeng pada saat menyajikan dongeng sehingga dongeng yang disajikan dapat ditangkap oleh pendengar.


Seorang pendongeng harus mampu menyajikan suara yang bervariasi baik narasi maupun dialog antar tokoh agar dongeng yang disajikan menarik dan menyenangkan.
Manfaat pelantang bagi keberhasilan mendongeng, antara lain:
a. Untuk memantapkan suara-suara tak lazim, seperti suara angin berhembus, gelegar bunyi halilintar, suara sepatu kuda, ringkikan kuda dan lain-lain.
b. Memperjelas narasi alur cerita yang disajikan.
c. Memperjelas vocal dialog antar tokoh, suara kecil, suara besar, marah, sedih, tertawa dan lain-lain.
d. Suara pendongeng dapat dijangkau dengan baik walaupun pendengar dengan jumlah yang banyak.

E. Penutup
Untuk mampu menyajikan dongeng dengan baik dibutuhkan persiapan yang baik.Selain itu keluwesan dalam mendongeng, teknik penyajian dongeng, keterampilan dan penghayatan dalam mendongeng hanya dapat dikuasai dengan pengalaman–pengalaman dan latihan. Latihan–latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Segalanya tidaklah mungkin sekali jadi. Dengan demikian diharapkan guru mampu menyajikan dongeng dengan menarik dan menyenangkan, tentunya akan berimbas pada perhatian anak yang mendalam sehingga berpengaruh pada pembentukan perilaku anak di taman kanak–kanak.

No comments:

Post a Comment