MAKALAH
BIMBINGAN BELAJAR
DISEKOLAH DASAR
DISUSUN UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING
DOSEN PENGAMPUH:
Dra. N. Ilis, M.
S.i.
DI SUSUN OLEH :
ADE ANGGREYNI NPM : 208610002
ATHIYAH AFIFAH NPM : 208610093
INDAH NUR FAUZIAH NPM : 208620532
INDI MAULANI. R NPM : 208610391
RADHIAH NURUL FAJRI NPM : 208610050
SITI LAILA SAKINAH NPM : 208610067
SITI SUTINAH NPM :
208610068
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
STKIP ARRAHMANIYAH
DEPOK
PGSD – MALAM
2021-2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….
i
KATA PENGANTAR.......................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................
1
A.
Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B.
Rumusan Masalah ………………………………………………….. 1
C. Tujuan Kepenulisan …………………………………………………. 2
BAB II
MATERI
PEMBAHASAN ................................................................................
3
A. Definisi
Belajar …………………………………………………... 3
B. Bimbingan
Belajar …………………………………………………… 4
C. Jenis- Jenis
Masalah Belajar ………………………………………….. 7
D. Mengidentifikasi
Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
…………………………………………………………………. 7
E. Faktor-faktor
Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar ………………………………………………………… 9
F.
Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi
Masalah Belajar ……. 11
BAB III
PENUTUP .........................................................................................................
15
A.
Kesimpulan …………………………………………………………… 15
B.
Daftar Pustaka ………………………………………………………... 16
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami
banyak limpahan rahmat, nikmat, karunia dan kerberkahan – Nya, sehingga kami
dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar
kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil
akhir nanti. Puji dan syukur senantiasa kmai panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kami banyak limpahan rahmat, nikmat, karunia dan
kerberkahan – Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua
mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir nanti.
Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Bimbingan Belajar di Sekolah
Dasar, sekaligus untuk memenuhi tugas kami selaku mahasiswa dalam mata kuliah
Bimbingan Konseling. Kami berharap, dengan disusun nya makalah ini, dapat
menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya kami sebagai
mahasiswa tentang mempelajari dan memahami tentang bimbingan belajar disekolah
dasar.
Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu apabila terdapat
banyak kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah, saya memohon maaf yang
sebesar – besarnya.
Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih
Depok, 20 Oktober
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu
dengan yang lainnya, disamping persamaannya. Perbedaan menyangkut perbedaan
kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar
belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Perbedaan ini cenderungakan
mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam
kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri.
Murid datang kesekolah dengan harapan agar dapat mengikuti pendidikan
yang baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka
hadapi, bersumber dari ketegangan karena tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan
tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan
dengan teman, kemampuan dasar intelegtual yangkurang, motivasi belajar yang
lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain.
Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi
belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh
guru di luar situasai proses belajar.
Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di Sekolah Dasar, selain
mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid
sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar, baik
secara individu maupun kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
belajar?
2. Apa pengertian bimbingan
belajar di SD?
3. Apa saja jenis-jenis
masalah belajar yang dialami di SD?
4. Bagaimana mengetahui murid
yang diperkirakan mengalami masalah belajar?
5. Apa saja yang merupakan
faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di SD?
6. Bagaimana cara membantu
anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini
mahasiswa diharapkan dapat memenuhi tujuan sebagai berikut.
1. Menyebutkan definisi
belajar.
2. Menjelaskan pengertian
bimbingan belajar di SD.
3. Menyebutkan jenis-jenis
masalah belajar yang di alami di SD.
4. Mengidentifikasi murid yang
diperkirakan mengalami masalah belajar.
5. Menjelaskan faktor-faktor
penyebab terjadinya masalah-masalah murid di SD.
6. Mengungkapkan cara-cara
membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapinya.
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
A. Definisi Belajar
Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada dasarnya
terletak pada perubahan perilaku. Pengertian belajar diantaranya dikemukakan sebagai
berikut :
“Belajar adalah proses perubahann pengetahuan atau perilaku sebagai
hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu
dengan lingkungan”. (Anita E. Wool Folk, 1995: 196)
“Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas ) ditumbuhkan atau
diubah melalui praktek dan latihan”. (Garry & Kingsley, 1970: 15)
Dari kedua definisi di atas nampak bahwa belajar merupakan perubahan
perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan
lingkungan. Akan tetapi ternyata tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil
belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil
belajar. Akan tetapi tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar,
artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa perilaku yang bukan
hasil belajar itu adalah :
1. Kecenderungan perilaku
instinktif
Perilaku instinktif adalah pola respon yang
dibawa sejak lahir dan sudah dimiliki individu secara relatif sempurna.
2. Kematangan
Kematangan dapat diartikan sebagai
kesiapan organ fisik maupun psikis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
Kematangan merupakan proses perkembangan yang datang dari diri individu dan
bukan karena pengaruh latihan atau intervensi lingkungan. Perubahan perilaku
yang dicapai pada tahap perkembangan tertentu yang disebabkan bukan oleh campur
tangan lingkungan disebut kematangan dan bukan hasil belajar.
Yellon dan Weinstein (1977: 26) mengartikan
perilaku kematangan itu adalah perubahan yang lebih merupakan hasil pertumbuhan
fisik dan perubahan biologis daripada hasil pengalaman. Perilaku ini disebutnya
perilaku pilogenetik. Sedangkan perilaku belajar disebabkan oleh karena
pengalaman, dan disebutnya sebagai perilaku ontogenik. Proses belajar yang
dialami manusia baik itu yang berkaitan dengan kemampuan fisik, psikis, maupun
sosial akan bergantung kepada perpaduan antara kematangan dan pengalaman.
Perpaduan kematangan dan pengalaman ini akan menghasilkan kesiapan belajar.
3. Perilaku keadaan sementara
Perubahan perilaku yang sifatnya sementara,
seperti keletihan atau kekuatan pengaruh obat-obat tertentu, bukan hasil
belajar. Pengulangan kegiatan secara terus-menerus seringkali ditandai oleh
rendahnya efesiensi kegiatan sebagai petunjuk terjadinya keletihan. Keletihan
merupakan kondisi yang dapat memperlemah keterampilan. Baik keletihan maupun
belajar keduanya dapat dilihat dari tindakan yang ditampilkan. Perbedaannya
terletak bahwa yang satu sifatnya sementara dan yang lain bersifat
menetap (permanen). Keletihan yang sifatnya sementara lambat laun
akan hilang, dan jika keletihan sudah hilang maka keterampilan dan efisiensi
tindakan akan kembali normal sekalipun tanpa intervensi lingkungan. Demikian
pula dengan pengaruh obat-obatan yang dapat meningkatkan ketahanan, mungkin
untuk sementara akan dapat meningkatkan efisiensi tindakan. Namun setelah pengaruh
itu hilang efisiensi akan kembali kepada keadaan semula.
B. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu
(murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar,
sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil
belajar yang optimal dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan
kata lain tugas guru di sini adalah membanatu murid dalam mengenal, menumbuh
dan mengembangakan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya, bimbingan belajar di sekolah dasar bertujuan
sebagai berikut :
1. Pengembangan sikap dan kebiasaan
yang baik terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangan keterampilan
serta dalam bersikap terhadap guru.
2.
Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih,
baik secara mandiri maupun berkelompok.
3. Mengembangan pemahaman dan
pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam
sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Secara operasional bimbingan belajar di sekolah dasar terpadu dengan
proses pembelajara secara keseluruhan. Sehingga disamping peran guru
sebagai pengajar kepedulian guru pun terhadap keragaman individu murid
merupakan hal penting sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan
bimbingan belajar. Jadi, sangat mungkin guru dituntut memberikan pelayanan
kepada murid secara individu atau perorangan, disamping memperhatikan kelompok
kelas secara keseluruhan.
Untuk melihat kriteria keberhasilan belajar murid, guru dapat melakukan
evaluasi (penilian) berdasarkan orientasi (tinjauan) dalam segi :
1. Tujuan yang sesuai dengan
rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), maka akan ditemukan
kualifikasi murid sebagai berikut :
a. Murid yang benar-benar
dapat dinilai sebagai menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka
prestasinya yang tinggi (Qualified Students).
b. Murid yang dapat dinilai
sebagai cukup menguasai pelajaran, seperti yang ditunjukkan oleh angka
prestasinya yang sedang (Relatively Qualified Students).
c. Murid dapat dinilai sebagai
tidak atau belum menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka nilai prestasinya
yang berada di bawah ukuran batas lulus (Unqualified Students).
2. Kapasitas (tingkat
kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam bidang studi tertentu,
akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai berikut :
a. Murid yang prestasinya
lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan
belajarnya (Overachievers).
b. Murid prestasinya sesuai
dengan apa yang diperkirakan (Estimated, predicted) berdasarkan tes kemampuan
belajarnya.
c. Murid yang prestasinya
ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes
kemampuan belajar (Underachievers).
3. Berdasarkan waktu yang
ditetapkan (time allowed) untuk menyelesaikan sesuatu program belajar,
maka akan kita temui kualifikasi siswa sebagai berikut :
a. Murid yang ternyata dapat
meyelesaikan pelajaran atas pekerjaan lebih cepat dari waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
b. Murid yang dapat
menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan tepat sesuai dengan waktu yang telah
dialokasikan (siswa normal).
c. Yang ternyata tidak dapat
menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
(Slow learners) : siswa lambat.
4. Dengan menggunakan norm
referenced (PAN) dimana prestasi seorang siswa dibandingkan dengan siswa
lainnya (baik teman sekelompok ditempat yang sama maupun ditempat yang lain)
maka akan ditemukan kategorisasi siswa sebagai berikut :
a. Murid yang prestasi
belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (Higher
groups).
b. Murid yang prestasinya
selalu di sekitar rata-rata (mean) dari kelompok yang sama (averages).
c. Murid yang prestasinya
selalu berada dibawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lowerr-groups).
Dari kriteria keberhasilan belajar murid di atas, hendaknya guru
memperoleh gambaran tentang murid yang termasuk kedalam kelompok syarat
berhasil, cukup berhasil dan kelompok yang .lebih berhasil di dalam belajarnya.
Sehingga guru akan lebih terampil dalam menangani murid-murid, khususnya bagi
merekayang benar-benar memerlukan perhatian khusus dalam proses pembelajarannya
sehar-hari.
C. Jenis- Jenis Masalah
Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid
dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang
dimilikianya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya.
Jenis-jenis maslaah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada
murid-murid yang mengalami :
1. Keterlambatan akademik,
yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi,
tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. Ketercepatan dalam belajar,
yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau
memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk
memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3. Sangat lambat dalam
belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai
dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengaaran khusus.
4. Kurang motivasi dalam
belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka
seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap dan kebiasaan
buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan
belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya.
6. Sering tidak sekolah.
D. Mengidentifikasi Murid yang
Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat didefinisi melalui tes hasil
belajar, tes kemampuan dasar skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.
1. Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun
untuk mengungkapkan kapan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan
pengjaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai
tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang
berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini
merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery lerning) yang didasarkan bahwa
setiap murid dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan jika deiberi waktu
yang cukup dan bimbingan yang mamadai untuk mempelajari bahan yang disajikan,
yaitu presentase minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai
murid yang mengalami masalah belajar dan memerlikan bantuan khusus, sedangkan
murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan
sebelum waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat
cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2. Tes Kemampuan Belajar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau
kecenderungan tertentu. Tingat kempuan ini biasanya diukur atau diungkapkan
denganmenggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak
normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) 90-109. Hasil yang dicapai
murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid
yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang
tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah
dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan
digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.
3. Skala Sikap dan Kebiasaan
Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah
satu fakktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar,
ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar.
Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus
menerus oleh murid dalam belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui
pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi pengamatan biasanya terbatas
pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan
sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “Skala
sikap dan kebiasaan belajar”.
E. Faktor-faktor Peneyebab
Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar
Setelah seorang guru mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam
belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat
melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang
dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung sangat kompleks, karena
masalah belajar mengandung pengertian, bahwa:
Pertama, masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu
masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum tentu
disebabkan oleh faktor yang sama.
Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan seringkali
suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun menimbulkan
masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing individu.
Ketiga, sebab-sebab masalah belajar
dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang-kadang
masalah belajar yang dihadapi oleh seorang murid tidak timbul dari satu sebab
saja, melainkan dapat timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya.
Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada
murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :
1. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri
murid it sendiri). Antara lain :
a. Gangguan secara fisik, seperti
kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca
indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dsb).
b. Ketidakseimbangan mental
(adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan
mental, taraf kecerdasanya cenderung kurang.
c. Kelemahan emosional,
seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment),
tercekam rasa taku, benci dan antipasti, serta ketidak matangan emosi.
d. Kelemahan yang disebabkan
oleh kebiasaan da sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap
pelajaran sekolah malas dalam belajan, dan sering bolos atau tidak
mengikuti pelajaran.
2. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari luar diri individu)
yaitu berasal dari :
a. Sekolah, antara lain :
sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar (murid) dan
atau mengajar (guru), metode mengajar yang kurang memadai, kurangnya alat dan
sumber untuk kegiatan belajar.
b. Keluarga, antara lain :
keluarga tidak utuh dan atau kurang harmonis, sikap orang tua yang
tidak memperhatikan pendidikan anaknya, keadaan ekonomi.
c. Masyarakat, antara lain; adat dan
kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kegiatan belajar di sekolah, teman
sebaya yang memiliki perilaku kurang baik.
Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang menyebabkan masalah belajar adalah:
1. lemahnya motivasi belajar,
2. kurang intensifnya
bimbingan pengajar,
3. kurangnya kesempatan
berlatih atau berpraktik,
4. tidak ada upaya dan
kesempatan reinforcement,
5. kurang gairah belajar
karena kurang jelasnya tujuan.
Lebih lanjut Callis (dalam Depdikbud, 1995) menjelaskan bahwa
masalah belajar disebabkan oleh :
1. kurang informasi dan kurang
pengertian tentang diri sendiri (lack of informatiaon and undertanding about
self),
2. kurang informasi dan kurang
pengertian tentang lingkungannya (lack of information and understanding of
the environmentaly)
3. kurang terampil (lack of
skill).
F. Upaya Membantu Murid Dalam
Mengatasi Masalah Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar
antara lain:
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk
pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat
menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya
lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis,
sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa
juga disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial
merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan
belajar-mengajar.
Pengajaran remedial dapat didefinisikan
sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu
atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan,
dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya
terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin
Makmun, 1998: 228)[1][2].
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk
layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat
cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar
sebelumnya.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai
dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas
keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan
mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan
dan kurang dihargai.
3. Peningkatan Motivasi
Belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban
membantu murid meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah dengan :
a. Memperjelas tujuan-tujuan
belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan
belajar yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan pengajaran
dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c. Menciptakan suasana
pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d. Memberikan hadiah
(penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang
menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e. Menciptakan suasana hubungn
yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.
f.
Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang
tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan
menjengkelkan.
g. Melengkapi sumber dan
peralatan belajar.
h. Mempelajari hasil belajar
yang diperoleh.
4. Peningkatan Keterampilan
Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya
adalah dengan :
a. Membuat catatan waktu guru
mengajar.
b. Membuat ringkasan dari
bahan yang dibaca.
c. Menegrjakan latihan-latihan
soal.
5. Pengembanagan Sikap dan
Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan
belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh
secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang
terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid
hendaknya dibantu dalam hal :
a. Menemtukan motif-motif yang
tepat dalam belajar.
b. Memelihara kondisi
kesehatan yang baik.
c. Mengataur waktu belajar
baik di sekolah maupun di rumah.
d. Memilih tempat belajar yang
baik.
e. Belajar dengan menggunakan
sumber belajar yang baik.
f.
Membaca secara baik dan sesuai dengan
kebutuhan.
g. Tidak segan-segan bertanya
untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian
yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
adalah :
1. Membantu murid menyususun
rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok bahasan yang akan
dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahanyang
bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui
kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2. Membantu murid mengikuti
kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar kegiatan
belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu
mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan
belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan
yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan
belajar-mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).
3. Melatih murid membaca
cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca
dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak
informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4. Melatih murid untuk dapat
mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang
perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite,
Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter,
1975).
5. Membiasakan murid mengerjakan
tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6. Membantu murid menyusun
jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk ini diperlukan
adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7. Membantu murid agar dapat
berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan memindahkan tempat duduk
murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak
terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku
dan sebagainya.
8. Membantu murid
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental,
penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi
administratif penyelenggaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan perubaha perilaku yang disebabkan oleh karena individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar
sendiri merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar
dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan
belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik,
menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan
pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam
sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.
Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada
murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar,
sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan
kebiasaan buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat
mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar melaui tes
hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan
belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung sanagt
kompleks karena masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang
berlainan, ada pula dari sebab yang sama tetapi menimbulkan masalah yang
berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan
pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan
peningkatan keterampilan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Garry,R & Kingsley,H.I. (1987). The Nature and
Condition of learning. New Jersey: Practice Hall.
http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/bimbingan-belajar-di-sekolah-dasar.html