Tuesday 26 October 2021

Makalah BIMBINGAN BELAJAR DISEKOLAH DASAR

 

MAKALAH

BIMBINGAN BELAJAR DISEKOLAH DASAR

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH BIMBINGAN KONSELING

 

DOSEN PENGAMPUH:

Dra. N. Ilis, M. S.i.


DI SUSUN OLEH :

ADE ANGGREYNI                          NPM : 208610002

ATHIYAH AFIFAH                          NPM : 208610093

INDAH NUR FAUZIAH                   NPM : 208620532

INDI MAULANI. R                           NPM : 208610391

RADHIAH NURUL FAJRI               NPM : 208610050

SITI LAILA SAKINAH                    NPM : 208610067

SITI SUTINAH                                  NPM : 208610068

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK

PGSD – MALAM

2021-2022


DAFTAR ISI

 

DAFTAR ISI …………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A.       Latar Belakang ……………………………………………………… 1

B.        Rumusan Masalah   ………………………………………………….. 1

C.       Tujuan Kepenulisan …………………………………………………. 2

 

BAB II

MATERI PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A.    Definisi Belajar         …………………………………………………... 3

B.     Bimbingan Belajar    …………………………………………………… 4

C.    Jenis- Jenis Masalah Belajar ………………………………………….. 7

D.    Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar ………………………………………………………………….  7

E.     Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar …………………………………………………………  9

F.     Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar …….  11

 

BAB III

PENUTUP ......................................................................................................... 15

A.    Kesimpulan …………………………………………………………… 15

B.     Daftar Pustaka ………………………………………………………... 16

 

 

 

 

 

 

KATA PENGANTAR

 

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami banyak limpahan rahmat, nikmat, karunia dan kerberkahan – Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir nanti. Puji dan syukur senantiasa kmai panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami banyak limpahan rahmat, nikmat, karunia dan kerberkahan – Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir nanti.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang Bimbingan Belajar di Sekolah Dasar, sekaligus untuk memenuhi tugas kami selaku mahasiswa dalam mata kuliah Bimbingan Konseling. Kami berharap, dengan disusun nya makalah ini, dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya kami sebagai mahasiswa tentang mempelajari dan memahami tentang bimbingan belajar disekolah dasar.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu apabila terdapat banyak kesalahan dalam penyusunan dan penulisan makalah, saya memohon maaf yang sebesar – besarnya.

 Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Depok, 20 Oktober 2021

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap murid khususnya di sekolah dasar memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, disamping persamaannya. Perbedaan menyangkut perbedaan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga dan lain-lain. Perbedaan ini cenderungakan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri.

Murid datang kesekolah dengan harapan agar dapat mengikuti pendidikan yang baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka hadapi, bersumber dari ketegangan karena tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelegtual yangkurang, motivasi belajar yang lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasai proses belajar.

Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di Sekolah Dasar, selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku murid sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar, baik secara individu maupun kelompok.

 

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan belajar?

2.      Apa pengertian bimbingan belajar di SD?

3.      Apa saja jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?

4.      Bagaimana mengetahui murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar?

5.      Apa saja yang merupakan faktor penyebab terjadinya masalah-masalah  murid di SD?

6.      Bagaimana cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?

 

C.    Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi tujuan sebagai berikut.

1.      Menyebutkan definisi belajar.

2.      Menjelaskan pengertian bimbingan belajar di SD.

3.      Menyebutkan jenis-jenis masalah belajar yang di alami di SD.

4.      Mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar.

5.      Menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di SD.

6.      Mengungkapkan cara-cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB II

MATERI PEMBAHASAN

 

A.    Definisi Belajar

Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada dasarnya terletak pada perubahan perilaku. Pengertian belajar diantaranya dikemukakan sebagai berikut :

“Belajar adalah proses perubahann pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungan”. (Anita E. Wool Folk, 1995: 196)

“Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam arti luas ) ditumbuhkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. (Garry & Kingsley, 1970: 15)

Dari kedua definisi di atas nampak bahwa belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan lingkungan. Akan tetapi ternyata tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar. Akan tetapi tidak semua perubahan perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang sebagai bukan hasil belajar.

Dari definisi di atas dapat diidentifikasikan bahwa perilaku yang bukan hasil belajar itu adalah :

1.      Kecenderungan perilaku instinktif

Perilaku instinktif adalah pola respon yang dibawa sejak lahir dan sudah dimiliki individu secara relatif sempurna.

2.      Kematangan

Kematangan dapat diartikan  sebagai kesiapan organ fisik maupun psikis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan merupakan proses perkembangan yang datang dari diri individu dan bukan karena pengaruh latihan atau intervensi lingkungan. Perubahan perilaku yang dicapai pada tahap perkembangan tertentu yang disebabkan bukan oleh campur tangan  lingkungan disebut kematangan dan bukan hasil belajar.

Yellon dan Weinstein (1977: 26) mengartikan perilaku kematangan itu adalah perubahan yang lebih merupakan hasil pertumbuhan fisik dan perubahan biologis daripada hasil pengalaman. Perilaku ini disebutnya perilaku pilogenetik. Sedangkan perilaku belajar disebabkan oleh karena pengalaman, dan disebutnya sebagai perilaku ontogenik. Proses belajar yang dialami manusia baik itu yang berkaitan dengan kemampuan fisik, psikis, maupun sosial akan bergantung kepada perpaduan antara kematangan dan pengalaman. Perpaduan kematangan dan pengalaman ini akan menghasilkan kesiapan belajar.

3.      Perilaku keadaan sementara

Perubahan perilaku yang sifatnya sementara, seperti keletihan atau kekuatan pengaruh obat-obat tertentu, bukan hasil belajar. Pengulangan kegiatan secara terus-menerus seringkali ditandai oleh rendahnya efesiensi kegiatan sebagai petunjuk terjadinya keletihan. Keletihan merupakan kondisi yang dapat memperlemah keterampilan. Baik keletihan maupun belajar keduanya dapat dilihat dari tindakan yang ditampilkan. Perbedaannya terletak bahwa yang satu sifatnya sementara dan yang lain bersifat menetap  (permanen). Keletihan yang sifatnya sementara lambat laun akan hilang, dan jika keletihan sudah hilang maka keterampilan dan efisiensi tindakan akan kembali normal sekalipun tanpa intervensi lingkungan. Demikian pula dengan pengaruh obat-obatan yang dapat meningkatkan ketahanan, mungkin untuk sementara akan dapat meningkatkan efisiensi tindakan. Namun setelah pengaruh itu hilang efisiensi akan kembali kepada keadaan semula.

B.     Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar, sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan kata lain tugas guru di sini adalah membanatu murid dalam mengenal, menumbuh dan mengembangakan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk lebih jelasnya, bimbingan belajar di sekolah dasar bertujuan sebagai berikut :

1.      Pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik terutama dalam mengerjakan tugas dalam mengembangan keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru.

2.      Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun berkelompok.

3.      Mengembangan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Secara operasional bimbingan belajar di sekolah dasar terpadu dengan proses pembelajara secara keseluruhan. Sehingga disamping peran guru sebagai pengajar kepedulian guru pun terhadap keragaman individu murid merupakan hal penting sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan bimbingan belajar. Jadi, sangat mungkin guru dituntut memberikan pelayanan kepada murid secara individu atau perorangan, disamping memperhatikan kelompok kelas secara keseluruhan.

Untuk melihat kriteria keberhasilan belajar murid, guru dapat melakukan evaluasi (penilian) berdasarkan orientasi (tinjauan) dalam segi :

1.      Tujuan yang sesuai dengan rumusan Tujuan  Pembelajaran Khusus (TPK), maka akan ditemukan kualifikasi murid sebagai berikut :

a.       Murid yang benar-benar dapat dinilai sebagai menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka prestasinya yang tinggi (Qualified Students).

b.      Murid yang dapat dinilai sebagai cukup menguasai pelajaran, seperti yang ditunjukkan oleh angka prestasinya yang sedang (Relatively Qualified Students).

c.       Murid dapat dinilai sebagai tidak atau belum menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka nilai prestasinya yang berada di bawah ukuran batas lulus (Unqualified Students).

2.      Kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam bidang studi tertentu, akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai berikut :

a.       Murid yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya (Overachievers).

b.      Murid prestasinya sesuai dengan apa yang diperkirakan (Estimated, predicted) berdasarkan tes kemampuan belajarnya.

c.       Murid yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajar (Underachievers).

3.      Berdasarkan waktu yang ditetapkan (time allowed) untuk menyelesaikan sesuatu program belajar, maka akan kita temui kualifikasi siswa sebagai berikut :

a.       Murid yang ternyata dapat meyelesaikan pelajaran atas pekerjaan lebih cepat dari waktu yang disediakan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.

b.      Murid yang dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan tepat sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan (siswa normal).

c.       Yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan (Slow learners) : siswa lambat.

4.      Dengan menggunakan norm referenced (PAN) dimana prestasi seorang siswa dibandingkan dengan siswa lainnya (baik teman sekelompok ditempat yang sama maupun ditempat yang lain) maka akan ditemukan kategorisasi siswa sebagai berikut :

a.       Murid yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (Higher groups).

b.      Murid yang prestasinya selalu di sekitar rata-rata (mean) dari kelompok yang sama (averages).

c.       Murid yang prestasinya selalu berada dibawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lowerr-groups).

Dari kriteria keberhasilan belajar murid di atas, hendaknya guru memperoleh gambaran tentang murid yang termasuk kedalam kelompok syarat berhasil, cukup berhasil dan kelompok yang .lebih berhasil di dalam belajarnya. Sehingga guru akan lebih terampil dalam menangani murid-murid, khususnya bagi merekayang benar-benar memerlukan perhatian khusus dalam proses pembelajarannya sehar-hari.

C.    Jenis- Jenis Masalah Belajar

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikianya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Jenis-jenis maslaah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada murid-murid yang mengalami :

1.      Keterlambatan akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.

2.      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.

3.      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengaaran khusus.

4.      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

5.      Bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya.

6.      Sering tidak sekolah.

 

D.    Mengidentifikasi Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar

Murid yang mengalami masalah belajar, dapat didefinisi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar skala pengungkapan sikap dan kebiasaan belajar.

1.      Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah alat yang disusun untuk mengungkapkan kapan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan pengjaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery lerning) yang didasarkan bahwa setiap murid dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan jika deiberi waktu yang cukup dan bimbingan yang mamadai untuk mempelajari bahan yang disajikan, yaitu presentase  minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai murid yang mengalami masalah belajar dan memerlikan bantuan khusus, sedangkan murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan sebelum waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.

2.      Tes Kemampuan Belajar

Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau kecenderungan tertentu. Tingat kempuan ini biasanya diukur atau diungkapkan denganmenggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ)  90-109. Hasil yang dicapai murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid yang kemampuan dasarnya tinggi  akan mencapai hasil belajar yang tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.

3.      Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar

Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah satu fakktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar, ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar. Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus menerus oleh murid dalam belajar.

Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah dikembangkan beberapa alat berupa “Skala sikap dan kebiasaan belajar”.

 

E.     Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar

Setelah seorang guru mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya selanjutnya guru dapat melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung sangat kompleks, karena masalah  belajar mengandung pengertian, bahwa:

Pertamamasalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan. Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang murid atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor yang sama.

Keduadari sebab yang sama dapat timbul masalah yang berlainan seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang murid, namun menimbulkan masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing individu.

Ketiga, sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh seorang murid tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.

Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

1.      Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid it sendiri). Antara lain :

a.       Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun (alergi, asma, dsb).

b.      Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasanya cenderung kurang.

c.       Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment), tercekam rasa taku, benci dan antipasti, serta ketidak matangan emosi.

d.      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan da sikap yang salah, seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran  sekolah malas dalam belajan, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.

 

2.      Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari luar diri individu) yaitu berasal dari :

a.       Sekolah, antara lain : sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru), metode mengajar yang kurang memadai, kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.

b.      Keluarga, antara lain : keluarga tidak utuh dan atau kurang harmonis,  sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, keadaan ekonomi.

c.       Masyarakatantara lain; adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung kegiatan belajar di sekolah, teman sebaya yang memiliki perilaku kurang baik.

Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang menyebabkan masalah belajar adalah:

1.      lemahnya motivasi belajar,

2.      kurang intensifnya bimbingan pengajar,

3.      kurangnya kesempatan berlatih  atau  berpraktik,

4.      tidak ada upaya dan kesempatan  reinforcement,

5.      kurang gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan.

Lebih  lanjut Callis (dalam Depdikbud, 1995) menjelaskan bahwa masalah belajar  disebabkan  oleh : 

1.      kurang informasi dan kurang pengertian tentang diri sendiri (lack of informatiaon and undertanding about self),

2.      kurang informasi dan kurang pengertian tentang lingkungannya (lack of information and understanding of the environmentaly)

3.      kurang terampil (lack of skill).

 

F.     Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah Belajar

Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah belajar antara lain:

1.      Pengajaran Perbaikan

Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar-mengajar.

Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228)[1][2].

2.      Kegiatan Pengayaan

Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang  diperhatikan dan kurang dihargai.

3.      Peningkatan Motivasi Belajar

Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban membantu murid meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat dilakukan adalah dengan :

a.       Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.

b.      Menyesuaikan pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.

c.       Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.

d.      Memberikan hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.

e.       Menciptakan suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.

f.        Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan, mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.

g.      Melengkapi sumber dan peralatan belajar.

h.      Mempelajari hasil belajar yang diperoleh.

 

4.      Peningkatan Keterampilan Belajar

Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :

a.       Membuat catatan waktu guru mengajar.

b.      Membuat ringkasan dari bahan yang dibaca.

c.       Menegrjakan latihan-latihan soal.

5.      Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik

Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu murid hendaknya dibantu dalam hal :

a.       Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.

b.      Memelihara kondisi kesehatan yang baik.

c.       Mengataur waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.

d.      Memilih tempat belajar yang baik.

e.       Belajar dengan menggunakan sumber belajar yang baik.

f.        Membaca secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.

g.      Tidak segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.

 

Disamping dengan cara bantuan di atas terdapatt beberapa cara yang laian yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah :

1.      Membantu murid menyususun rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok bahasan yang akan dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahanyang bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui kemajuan-kemajuan yang dicapai.

2.      Membantu murid mengikuti kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu mengetahuai apa yang harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah sampai di rumah).

3.      Melatih murid membaca cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.

4.      Melatih murid untuk dapat mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite, Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter, 1975).

5.      Membiasakan murid mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.

6.      Membantu murid menyusun jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk ini diperlukan adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.

7.      Membantu murid agar dapat berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan memindahkan tempat duduk murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku dan sebagainya.

8.      Membantu murid mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental, penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi administratif penyelenggaraan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Belajar merupakan perubaha perilaku yang disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi dengan  lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar sendiri merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan belajar ini bertujuan sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan pribadi.

Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik, ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah. Guru dapat mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar melaui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan keniasaan belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung sanagt kompleks karena masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang berlainan, ada pula dari sebab yang sama tetapi menimbulkan masalah yang berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan peningkatan keterampilan belajar.

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Sunaryo Hartadiningrat, dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Garry,R & Kingsley,H.I. (1987). The Nature and Condition of learning. New Jersey: Practice Hall.

http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/bimbingan-belajar-di-sekolah-dasar.html