Saturday 24 December 2011

Laporan PTK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar.
Salah satu kompetensi lulusan peserta didik Taman Kanak – Kanak adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, salah satu kegiatan yang perlu dikenalkan di TK adalah kegiatan berhitung permulaan yang dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan.
Berbagai upaya mengenalkan berhitung permulaan yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran , seperti : pembelajaran berhitung menggunakan gambar, biji – bijian , manik – manik. Namun masih banyak anak kurang tertarik dan kurang antusias dengan bahan – bahan tersebut sehingga pembelajaran kurang berjalan dengan optimal. Hal ini nampak pada kegiatan anak sebagai berikut : Enggan membilang 1 – 20 dengan gambar atau manik – manik, enggan membuat urutan dengan biji – bijian sampai dengan 10, belum optimal dalam membedakan 2 benda (lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak ) , belum optimal dalam penjumlahan maupun pengurangan dengan benda – benda sampai dengan 10, belum optimal menyusun pola berurutkan maupun berhitung statistika sederhana.
Demikian pula anak didik kelompok B di TK Negeri Cempaka jaya Kota Pekalongan berdasarkan pengamatan guru masih banyak ditemukan anak yang belum optimal dalam pembelajaran berhitung permulaan.
Sebagai upaya untuk mengatasi kondisi tersebut perlu diadakan Penilitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Didik Kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 dengan Alat Peraga Kotak Multiguna.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan masalah :
Apakah penggunaan alat peraga kotak multiguna dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008 ?


C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian :
Dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan Tahun Pelajaran 2007/2008.
2. Manfaat Penelitian :
a. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan dapat menerapkan pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan di Taman Kanak – kanak dengan menggunakan alat peraga kotak multiguna.
b. Bagi anak
Dengan menggunakan alat peraga kotak multiguna anak dapat meningkatkan kemampuan dalam berhitung permulaan secara optimal.
c. Bagi guru TK
Mendapat informasi bahwa dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Tahun Pelajaran 2007/2008.
d. Bagi Kepala Sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pembelajaran di Taman Kanak – Kanak.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HEPOTESIS

A. Landasan Teori
1. Berhitung Permulaan di TK
Menurut Kamus Bahasa Indonesia ( 1991 : 355 ) berhitung adalah membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyakkan dsb).
Tidak dibenarkan apabila berhitung di TK diberikan secara memaksa yakni anak dipaksa belajar seperti orang dewasa. Pada usia 4 – 6 tahun anak membutuhkan benda konkrit untuk memahami konsep hitung/belangan. Penguasaan konsep tersebut melalui beberapa tahap :
a. Tahap Konsep / Pengertian
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. Menghitung harus dilakukan dengan memukau sehingga benar-benar dipahami anak, mengurangi cara anak menghitung dengan jari tangan dan kaki.
b. Tahap Transisi / Peralihan
Peralihan dari konkrit ke abstrak dari konsep ke lambang bilangan. Tahap ini adalah saat anak mulai benar – benar memahami konsep dengan cara apa saja. Saat inilah guru mulai menunjukkan dengan memodelkan cara penulisan lambang bilangan secara bertahap sesuai dengan kecepatan kemampuan perkembangan anak yang berbeda. Anak tidak lepas begitu saja melainkan diamati.
c. Tahap Lambang Bilangan
Tahap anak sudah mulai diberi kesempatan menuliskan lambang sendiri tanpa paksaan, missal :
* lambing 7 untuk menggambarkan konsep 7
* merah untuk menggambarkan konsep warna
2. Alat peraga kotak multiguna
Alat peraga adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun tidak bergerak yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif, dan efesien sehingga tujuan TK dapat tercapai
Alat peraga kotak multiguna dapat digunakan untuk berbagai kegiatan berhitung permulaan karena terdiri dari berbagai alat seperti: laci, papan berlubang, pralon untuk meronce urutan pola, tempat penyimpanan bahan peraga, serta penataan bahan peraga. Adapun bahan peraga berupa botol bekas minuman ” milkkuat ” yang diwarnai merah, kuning, biru, putih, dan hijau. Dilengkapi pula dengan kartu angka. Agar lebih menarik dan menyenangkan kotak ini dipasang alat musik instrumentalia.

B. Penelitian Yang Relevan
Berdasarkan landasan teori di atas maka penelitian yang relevan adalah dengan penelitian tindakan kelas. Penilitian tindakan kelas merupakan suatu percermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas bersama untuk meningkatkan dan/atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di kelas.
C. Kerangka Berfikir
Rancangan model penelitian tindakan kelas ini adalah kolaborasi guru kelompok B dan menggunakan model / proses. Model ini direncanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.
Siklus I terdiri atas kegiatan-kegiatan : a. Rencana tindakan, b. Pelaksanaan kegiatan c. Observasi dan d. Refleksi/evaluasi. Berdasarkan hasil refleksi / evaluasi pada siklus I dilanjutkan dengan siklus II yang kegiatannya hampir sama dengan siklus I.
Siklus Penelitian Tindakan Kelas





Keterangan :
P 1 = Perencanaan Tindakan I Rp 1 = Revisi Perencanaan
T 1 = Tindakan I T 2 = Tindakan II
O 1 = Observasi 1 O 2 = Observasi II
R 1 = Refleksi/Evaluasi R 2 = Refleksi II

D. Hipotesis
Penggunaan alat peraga kotak multiguna dirancang untuk menarik minat anak pada kegiatan berhitung permulaan. Dengan alat peraga kotak multiguna ini anak melakukan pembelajaran berhitung permulaan melalui kegiatan bermain sambil belajar dengan aktif, antusias dan menyenangkan , sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan secara optimal.














BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian dan Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak didik kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan berjumlah 26 terdiri dari 14 anak perempuan dan 12 anak laki – laki, dikarenakan pada kelompok tersebut banyak ditemukan anak belum optimal dalam membilang 1 – 20 dengan gambar atau manik – manik, membuat urutan dengan biji – bijian sampai dengan 10, membedakan 2 benda ( lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak ) , penjumlahan maupun pengurangan dengan benda – benda sampai dengan 10, menyusun pola berurutkan maupun berhitung statistika sederhana.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2007/2008 dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2008.
B. Variabel yang diteliti
Ada 3 variabel yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini :
a. Variabel input :
sesuatu variable yang berkaitan dengan anak. Jadi penelitian ini fokus anak yang akan diberi tindakan.
b. Variabel proses :
dalam hal ini berupa variabel pembelajaran berhitung permulaan dengan menggunakan alat peraga kotak multiguna.

c. Variabel out put :
yaitu variabel hasil belajar. Dalam penelitian ini hasil belajar anak adalah dapat berhitung permulaan secara optimal.
C. Data dan Cara Pengumpulannya
Pada tahap ini data yang ingin dikumpulkan adalah tentang kemampuan berhitung permulaan anak. Data tersebut diperoleh berdasarkan observasi yang dibuat oleh guru kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan.
D. Analisis Data
Untuk mengetahui tingkat perubahan secara optimal kemampuan berhitung permulaan adalah deskriptif prosentase. Adapun perhitungannya diperoleh melalui perbandingan kemampuan berhitung permulaan anak sebelum memperoleh materi pembelajaran dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna dengan kemampuan berhitung permulaan anak setelah mengikuti pembelajaran dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna. Apabila ada peningkatan kemampuan berhitung permulaan yang optimal, berarti pembelajaran dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna sudah tercapai.
E. Indikator Kinerja
1. Anak mampu mengelompokkan benda – benda sesuai denga warnanya
2. Anak mampu membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda ) sampai dengan 20.
3. Anak mampu membuat urutan 1-10 dengan benda-benda
4. Anak mampu membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
5. Anak mampu menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10 (sepuluh)
6. Anak mampu memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan. Misal merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, ...., ....
Apabila 85 % dari jumlah 26 anak mampu sesuai dengan indikator kinerja di atas maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna tercapai.
F. Prosedur Penelitian
Siklus I
1. Perencanaan
a. Mempersiapkan kegiatan pembelajaran berhitung permulaan yang akan disajikan secara tepat.
1. Mengelompokkan botol bekas minuman sesuai warna di laci kotak multiguna
2. Membilang dengan botol bekas minuman sampai 20 diletakkan pada papan berlubang kotak multiguna
3. Membuat urutan 1-10 dengan botol bekas minuman diletakkan pada papan berlubang kotak multiguna
4. Membedakan 2 kumpulan yang sama jumlahnya dan yang tidak sama dengan botol bekas minuman di laci / papan berlubang kotak multiguna
5. Membedakan 2 kumpulan yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan botol bekas minuman di laci / papan berlubang kotak multiguna
6. Menyebutkan hasil penambahan dengan kumpulan botol bekas minuman sampai 10 sesuai jumlah di laci / papan berlubang kotak multiguna
7. Menyebutkan hasil pengurangan dengan kumpulan botol bekas minuman sampai 10 sesuai jumlah di laci / papan berlubang kotak multiguna
8. Meronce urutan pola dengan botol bekas minuman di kotak multiguna
9. Menghitung statistika sederhana dengan botol bekas minuman di kotak multiguna
b. Mempersiapkan alat peraga kotak multiguna

















Gambar 1
Alat dan bahan



Alat dan bahan :
1. Kotak multiguna : kotak dimodifikasi yang terdiri dari : laci, papan berlubang, pralon untuk meronce urutan pola, tempat penyimpanan bahan peraga, serta penataan bahan peraga
2. bahan peraga berupa : 200 botol bekas minuman “ milkkuat “ yang diwarnai merah, kuning, biru, putih, dan hijau
3. Kartu angka
4. Alat musik instumentalia.
c. Membuat perangkat observasi yang sesuai dengan rencana pembelajaran. ( lampiran 2 )
d. Simulasi skenario pembelajaran dengan menggunakan alat peraga kotak multiguna dilakukan oleh Peneliti dan kolaburator sesuai dengan rencana pembelajaran berhitung permulaan yang akan disajikan.
e. Uji kelayakan alat peraga bunga pinus berdasarkan hasil simulasi skenario pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna
f. Pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna siap disajikan dalam proses pembelajaran.
2. Tindakan Kelas
a. Penyajian pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna dilakukan oleh guru I, observasi dilakukan oleh guru II menggunakan lembar observasi terstruktur.
b. Anak bersama-sama guru menerapkan pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna. Guru II mengamati interaksi guru dan anak dengan menggunakan lembar observasi terstruktur.
Di bawah ini akan ditampilkan contoh pembelajaran dengan kotak multiguna :













Gambar 2
Mengelompokkan botol bekas minuman
sesuai warna di laci kotak multiguna















Gambar 3
Membilang dengan botol bekas minuman sampai 20
diletakkan pada laci / berlubang kotak multiguna




















Gambar 4
Membuat urutan 1-10 dengan botol bekas minuman
diletakkan pada papan berlubang kotak multiguna
















Gambar 5
Membedakan 2 kumpulan yang sama jumlahnya
dan yang tidak sama dengan botol bekas minuman

















Gambar 6
Membedakan 2 kumpulan yang lebih banyak dan lebih sedikit
dengan botol bekas minuman
















Gambar 7
Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan
dengan botol bekas minuman sampai 10







Gambar 8
meronce urutan pola dengan botol bekas minuman


















Gambar 9
Menghitung statistika sederhana dengan botol bekas minuman















Gambar 10
Menghitung statistika sederhana dengan botol bekas minuman

c. Anak menjawab pertanyaan guru dan berani mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri secara sederhana dan sistematis
3. Obsevasi
a. Pada saat penyajiaan materi berhitung permulaan dengan menggunakan alat peraga kotak multiguna.
obyek observasi : respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
b. Unjuk kerja anak
obyek observasi : unjuk kerja anak dengan bukti kemampuan anak menggunakan alat peraga kotak multiguna pada saat kegiatan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
c. Hasil akhir setiap kegiatan
obyek observasi : Kemampuan menjawab pertanyaan guru dan kemampuan mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri secara sederhana dan sistematis.
4. Evaluasi dan Refleksi
Terdiri dari tindakan sebagai berikut : pengumpulan data hasil observasi, analisis data hasil observasi, melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan kelompok B TK Negeri Cempaka jaya dengan alat peraga kotak multiguna.
Berdasarkan hasil tindakan pada siswa, anak yang belum menunjukkan kemampuan berhitung permulaan secara optimal diberi perlakuan lagi siklus II selama 8 minggu. Dengan demikian maka kegiatan selanjutnya adalah siklus II.

Siklus II
1. Revisi rencana tindakan I
Sebagai tindak lanjut siklus I, diadakan kegiatan ulang. Pada tahap perencanaan disiapkan rencana yang sama dengan siklus I, namun diadakan beberapa perubahan cara penyampaian proses pembelajaran upaya meningkatkan kemampuan berhitung permulaan kelompok B TK Negeri Cempaka jaya dengan alat peraga kotak multiguna agar lebih menarik dan menyenangkan bagi anak. Perubahan cara pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna ini didasarkan pada faktor-faktor yang menyebabkan siswa belum optimal.


2. Tindakan II
Pada tahap ini materi pembelajaran berhitung permulaan dengan alat peraga kotak multiguna yang disampaikan lebih berfokus pada penyebab belum optimalnya kemampuan berhitung permulaan.
Dengan berdasarkan pada faktor tersebut, diharapkan penggunaan alat peraga kotak multiguna dapat tercapai kemampuan berhitung permulaan yang optimal.
3. Observasi Interprestasi Tindakan II
Seperti halnya pada siklus I, pada siklus II observasi ditujukan pada anak yang menjadi subjek penelitian, khususnya pada siswa yang belum ada perubahan yang optimal pada kemampuan berhitung permulaan
4. Refleksi II
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran kemudian hasilnya dicatat dan dibandingkan dengan siklus I.








BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian
1. Kemampuan berhitung permulaan anak sebelum penelitian
Kondisi awal kemampuan berhitung permulaan anak kelompok B sewaktu menggunakan alat peraga bukan kotak multiguna dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Daftar nama anak dan kemampuan berhitung permulaan anak kelompok B
TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan dengan alat peraga bukan kotak multiguna

NO NAMA L/P KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN
OPTIMAL BELUM OPTIMAL
1. Ahmad Zifa Fahla L - v
2. Alfina Rosemalinda P - v
3. Ala Udin Abduzakur L - v
4. Amartya Bella Aryanto P v -
5. Amir Syaifudin L v -
6. Bagus Wicaksono L - v
7. Chikmatul Laila P v -
8. Fara Febrianti P v -
9. Fina Karhomatul Auliya P - v
10. Helmi Wirayudha P L v -
11. Irma Rahmat P - v
12. Krisnanda Ayub Pelita P L - v
13. Melati Indah Nugraheni P v -
14. Mochammad Ardianto L v -
15. Muhammad Adrian L - v
16. Muhammad Bagas F. L - v
17. M. Zidny Askana L - v
18. Nadiyah Rohadatul Aisy P v -
19. Nafa Rizka Salsabila P v -
20. Nidhomul Muna Lana L v -
21. Putri Anggita Suksmasari P - v
22. Puteri Aprilia Ananto P - v
23. Rahma Sabrina P - v
24. Ridix Boy L v -
25. Shafa Rizka Dewi P P v -
26. Tuta Aulia Fandela P - v
Jumlah 12 14
Prosentasi 46,15 % 53,85 %
Dari tabel di atas menunjukkan kemampuan berhitung permulaan anak sebelum penelitian : 12 anak atau 46,15 % sudah optimal ,
14 anak atau 53, 85 % belum optimal.
2. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap kemampuan berhitung permulaan anak kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan setelah pembelajaran dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2
Kemampuan berhitung permulaan anak
setelah mengikuti pembelajaran dengan alat peraga kotak multiguna
NO RES
PONDEN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN
PADA SETIAP SIKLUS
SIKLUS I SIKLUS II
OPTIMAL BELUM OPTIMAL OPTIMAL BELUM OPTIMAL
1. - v v -
2. v - v -
3. - v v -
4. v - v -
5. v - v -
6. v - v -
7. v - v -
8. v - v -
9. v - v -
10. v - v -
11. - v v -
12. v - v -
13. v - v -
14. v - v -
15. - v - v
16. v - v -
17. - v - v
18. v - v -
19. v - v -
20. v - v -
21. - v v -
22. v - v -
23. v - v -
24. v - v -
25. v - v -
26. - v v -
Jumlah 19 7 24 2
Prosentase 73,07 % 26,93 % 92,30 % 7,70

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
Kemampuan berhitung permulaan anak pada siklus I terdapat 19 anak ( 73,07 % ) sudah optimal, 7 anak ( 26,93 % ) belum optimal. Pada siklus I terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak secara optimal sebesar 26,92 % dari kondisi awal 46,15 %.
Sedangkan pembelajaran pada siklus II terdapat 24 anak
( 92,30 % ) sudah optimal, 2 anak ( 7,70 % ) belum optimal. Pada siklus II terdapat peningkatan kemampuan berhitung anak secara optimal sebesar 19,23 % dari siklus I 73,07 %.

B. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari data di atas menunjukkan bahwa penggunaan alat peraga kotak multiguna dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan secara optimal , hal ini ditunjukkan dengan :
1. Anak mampu secara optimal mengelompokkan botol bekas minuman dengan berbagai cara menurut warna.
2. Anak mampu secara optimal membilang ( mengenal konsep bilangan ) sampai dengan 20.
3. Anak mampu secara optimal membuat urutan 1-10
4. Anak mampu secara optimal membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
5. Anak mampu secara optimal menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan benda sampai 10 (sepuluh).
6. Anak mampu secara optimal memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan. Misal merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, ...., ....
7. Anak mampu secara optimal menghitung statistika sederhana
Secara lengkap kemampuan berhitung anak sebelum dan setelah penelitian melalui 2 siklus dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Jumlah anak yang optimal dalam kemampuan berhitung permulaan
sebelum penelitian dan pada siklus I & siklus II

Jumlah Responden /
Kategori penelitian Kemampuan berhitung permulaan Keterangan
Sebelum penelitian Siklus I Siklus II

26 anak

1. Optimal







2. Belum
optimal




12 anak
( 46,15 % )






14 anak
( 53,85 % )


19 anak
( 73,07 % )






7 anak
( 26,93 % )


24 anak
( 92,30 % )






2 anak
( 7,70 % )


Kemampuan berhitung permulaan yang optimal meningkat :
Siklus I : 7 anak
( 26,92 % )
Siklus II : 5 anak
( 19,23 % )

Kemampuan berhitung permulaan belum optimal cenderung menurun

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa alat peraga kotak multiguna dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak. Dari 26 anak yang sudah optimal ada 24 anak dan yang belum optimal ada 2 anak.
Upaya yang dilakukan guru agar anak memikili kemampuan berhitung permulaan secara optimal adalah meningkatkan perannya dalam mengendalikan suasana kelas agar situasi pembelajaran berlangsung lebih kondusif, menyajikan pembelajaran dengan alat peraga kotak multiguna lebih kreatif , aktif , menarik dan menyenangkan, memberi motivasi dan perhatian khusus kepada 2 anak yang belum optimal dalam berhitung permulaan agar secara bertahap untuk mengikuti teman – temannya yang sudah optimal.


















BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada BAB IV maka dapat disimpulkan bahwa :
Dengan penggunaan alat peraga kotak multiguna dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik Kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan tahun pelajaran 2007/2008. Namun demikian dari 26 anak masih ada 2 anak kemampuan berhitung permulaan belum optimal.

B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas , disarankan kepada :
1. Bagi guru :
a. Para guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam membuat alat peraga yang menarik dan menyenangkan
b. Guru dalam menyajikan kegiatan bermain sambil belajar diupayakan menggunakan alat peraga agar pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar oleh anak.
c. Melatih keberanian anak untuk bertanya dan menyampaikan pendapat .Guru harus terus menerus memberikan rangsangan dan dorongan kepada anak untuk aktif menyampaikan pendapat.
2. Bagi kepala sekolah
Hendaknya mendukung dan mendorong para guru untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam membuat alat peraga edukatif yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai cara menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak. Di samping itu diharapkan memberikan fasilitas yang dibutuhkan guru untuk keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga edukatif .


















DAFTAR PUSTAKA


Dikdaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-kanak, 1998, Depdikbud, Jakarta

Hibana S. Rahman, 2002, “ Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini “ PGTKI Press, Yogyakarta

Kurikulum Berbasis kompetensi, 2004, Depdiknas, Jakarta

Kamus Besar Bahasa Indonesia , 1989 , Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Moeslichatoen, 2004, “Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak”, Rineka Cipta, Jakarta

Permainan Membaca, Menulis dan Berhitung di TK , 2000, Depdiknas, Jakarta

Rasiman, Matematika Permulaan I, 2005, IKIP PGRI Semarang

Suharsini Arikunto, “ Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktek “ , Jakarta Rineka Cipta , 1998

Suharsini Arikunto, “ Penilitian Tindakan Kelas “ , Jakarta, Bumi Aksara , 2006

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

IMPLEMENTASI METODE DONGENG DALAM PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK

IMPLEMENTASI METODE DONGENG
DALAM PEMBELAJARAN DI TAMAN KANAK – KANAK

Oleh : Kunduri , S.Pd
( Guru TK Negeri Cempaka Jaya Kota Pekalongan )



A. Pendahuluan
Melihat realita yang ada pada saat ini maka yang perlu disiapkan adalah generasi yang teguh dalam keimanan yang memiliki wawasan luas dan berakhlaq mulia. Semua ini merupakan tujuan pendidikan. Dimana pendidik utama dan pertama adalah orang tua, menyusul kemudian guru terutama guru prasekolah ( TK ), namun biasanya dalam upaya–upaya penanaman nilai–nilai moral (afektif) pada anak tidak menggunakan metode yang memenuhi kebutuhan anak. Padahal yang dibutuhkan adalah bermain, bersenang–senang, bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahu, berimanjinasi, berekspresi, dan merasakan disayang (merasa aman) serta menyayangi. Sementara ini yang berkembang di kalangan pendidik metode yang digunakan dalam upaya penanaman nilai adalah anak diceramahi dan diminta menghafal nilai–nilai tersebut. Padahal metode ceramah bagi anak taman kanak-kanak sangat lemah. Hal ini sekurang–kurangnya disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Metode tersebut tidak memenuhi kebutuhan anak. Anak hanya dijadikan obyek, metode ini hanya memuaskan pendidik atau orang tua saja.
Anak-anak mendengarkan dan menghafalkan tentang peraturan sekolah dan sekedar memenuhi tuntutan pendidik dan orang tua.
2. Metode tersebut hanya menyentuh sisi kognitif saja. Ini berarti hanya mengaktifkan instrumen otak sadar saja, insrumen bawah sadar, dan ruh, atau hati tidak tersentuh.
Dongeng adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia, bahkan dalam Al Qur’an pun berisi banyak sekali cerita – cerita yang diulang–ulang dengan gaya yang berbeda. Tidak heran jika Allah menyebut Al Qur’an kumpulan cerita yang paling baik. “Kami menceritakan kepadamu cerita yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu…”(QS 12 (Yusuf) ayat 3 ).
Kedudukan strategis cerita dalam dunia pendidikan mempunyai beberapa fungsi penting dalam penanaman akhlak ( afektif ), melalui cerita-cerita yang baik, sesungguhnya anak-anak tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan saja, tetapi mendapatkan pendidikan yang jauh lebih luas. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa cerita ternyata menyentuh berbagai aspek pembentukan kepribadian dan perilaku anak-anak.




Mengingat begitu besar peranan dongeng dalam dunia pendidikan, seorang pendidik atau guru haruslah paham dengan teknik bercerita sehingga pesan moral dapat dipahami dan dimengerti oleh anak didik sehingga pembentukan perilaku anak dapat berjalan dengan optimal.

B. Pengertian dongeng
Dongeng adalah bertutur kata atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. (Didaktik metodik: 1998: 14)
Menurut (Gordon & Brown, 1985 : 324) dalam Moeslichatoen (2004 : 26 ) Dongeng merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai–nilai yang berlaku di masyarakat.
Menurut Kusmarwanti dalam Musfiroh (2005: 57) dongeng adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, penderitaan orang, kejadian dan sebagainya baik yang sungguh – sungguh maupun rekaan belaka.
Menurut Rahman (2005: 87) dongeng adalah penggambaran tentang sesuatu secara verbal. Melalui cerita, anak diajak berkomunikasi, berfantasi, berkhayal dan mengembangkan kognisinya. Dongeng merupakan suatu stimulan yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental.

C. Manfaat dongeng
Mendongeng mempunyai beberapa manfaat penting antara lain :
a. Sebagai sarana kontak batin antara pendidik (termasuk orang tuanya) dengan anak didik.
b. Sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai-nilai ajaran tertentu.
c. Sebagai metode untuk memberikan bekal kepada anak didik agar mampu melakukan proses identifikasi diri maupun identifikasi perbuatan (akhlak).
d. Sebagai sarana pendidikan emosi (perasaan) anak didik.
e. Sebagai sarana pendidikan fantasi/imajinasi/kreativitas (daya cipta) anak didik.

D. Implementasi metode dongeng dalam pembelajaran di TK
1. Metode dongeng
Agar proses pembelajaran di taman kanak-kanak berhasil, diperlukan adanya metode yang tepat dalam menyampaikan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dicapai. Metode sebagai bagian dari strategi kegiatan dipilih dan diterapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Namun yang perlu diingat, di taman kanak-kanak mempunyai cara yang khas.




Oleh karena itu, ada metode-metode yang lebih sesuai bagi anak didik taman kanak-kanak dibandingkan metode-metode yang lain, misalnya metode ceramah. Metode ceramah tidak berdaya guna bagi anak taman kanak-kanak.
Metode dongeng merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak taman kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak taman kanak-kanak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak TK, maka mereka dapat memahami isi cerita tersebut, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita


2. Langkah–langkah penyajian dongeng .
Untuk mencapai keberhasilan dalam mendongeng perlu tahapan – tahapan yang harus diperhatikan oleh setiap pendongeng /pendidik, antara lain:

a. Mempersiapkan materi/naskah dongeng yang akan disajikan secara tepat.

1. Dari sumber cerita yang telah ada.
Seorang pendidik yang akan mendongeng pasti harus menentukan terlebih dahulu gambaran jalan ceritanya. Ia bisa saja mengambil dari buku-buku, majalah, atau komik-komik tertentu. Bila langkah ini yang diambil dikatakan bahwa pendidik itu menggunakan sumber cerita yang telah ada. Tentu saja cerita yang dipilih harus sudah dipertimbangkan masak-masak. Apakah cerita itu tepat? Apakah cerita itu mempunyai bobot dan greget yang kuat? Apakah cerita itu memberikan ruang gerak yang luas kepada pencerita untuk mengembangkan teknik penyajiannya? Apakah cerita itu alurnya pas, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu panjang? Bila sudah yakin benar dengan pilihan ceritanya, maka seorang pendongeng harus melanjutkannya dengan langkah-langkah berikutnya:
a. Memilih naskah cerita yang tepat.
b. Mengubah naskah itu dari naskah tertulis menjadi naskah yang siap dibacakan secara lisan (naskah dengan bahasa lisan). Naskah tidak hanya harus bagus untuk dibaca, tetapi juga harus menarik untuk dibacakan.
c. Membaca naskah baru itu berulang-ulang sehingga pencerita yakin bahwa dirinya benar-benar menguasai alur cerita.
d. Menyiapkan bumbu-bumbu cerita (bila perlu ditulis dalam naskah)





2. Membuat Naskah Sendiri
Bila seorang pendongeng berkehendak untuk membuat cerita karya sendiri, maka yang terpenting ia harus menentukan terlebih dahulu alur atau plot cerita. Bisa dalam bentuk kerangka/bagan alur cerita, bisa juga ditulis secara lengkap. Bila ditulis secara lengkap, sebagaimana tergambar di atas, harus ditulis dengan gaya bahasa lisan. Yang penting alur/plot cerita harus benar–benar dikuasai .

b. Menguasai aspek-aspek ketrampilan teknik dari unsur-unsur penyajian dongeng.
Bila faktor naskah beres, maka faktor kedua yang akan menentukan berhasil tidaknya seseorang didalam mendongeng adalah faktor teknik penyajian. Seorang pendongeng perlu mengasah ketrampilannya dalam mendongeng, baik dalam ilustarsi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim, dialog, visualisasi gerak/peragaan, ekspresi (terutama mimik muka), teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu musik dan sebagainya. Seorang pendongeng harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat. Untuk mampu menguasai aspek ketrampilan teknik dari unsur penyajian cerita di atas tentu saja dibutuhkan persiapan yang baik.Nah, tidak dapat diabaikan di sini, latihan–latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Segalanya tidaklah mungkin sekali jadi.


c. Mempersiapkan alat peraga yang sesuai dengan dongeng jika diperlukan.
Alat peraga adalah semua benda yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat berjalan lancar, teratur, efektif, dan efesien sehingga tujuan dapat tercapai.
Alat peraga yang digunakan dalam mendongeng akan mempermudah pendengar membayangkan sesuatu yang diceritakan. Alat itu bisa berupa benda asli/langsung, gambar, boneka, buku cerita dan lain-lain. Alat peraga tersebut digunakan untuk mengenalkan tokoh, alam fauna atau alam satwa.
Tujuan digunakan alat peraga dalam mendongeng, antara lain:
Dengan alat peraga diharapkan dapat menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian, menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak.

d. Mempersiapkan media pengeras suara/pelantang sebagai unsur pendukung penyajian dongeng.
Pelantang merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk memperjelas suara pendongeng pada saat menyajikan dongeng sehingga dongeng yang disajikan dapat ditangkap oleh pendengar.


Seorang pendongeng harus mampu menyajikan suara yang bervariasi baik narasi maupun dialog antar tokoh agar dongeng yang disajikan menarik dan menyenangkan.
Manfaat pelantang bagi keberhasilan mendongeng, antara lain:
a. Untuk memantapkan suara-suara tak lazim, seperti suara angin berhembus, gelegar bunyi halilintar, suara sepatu kuda, ringkikan kuda dan lain-lain.
b. Memperjelas narasi alur cerita yang disajikan.
c. Memperjelas vocal dialog antar tokoh, suara kecil, suara besar, marah, sedih, tertawa dan lain-lain.
d. Suara pendongeng dapat dijangkau dengan baik walaupun pendengar dengan jumlah yang banyak.

E. Penutup
Untuk mampu menyajikan dongeng dengan baik dibutuhkan persiapan yang baik.Selain itu keluwesan dalam mendongeng, teknik penyajian dongeng, keterampilan dan penghayatan dalam mendongeng hanya dapat dikuasai dengan pengalaman–pengalaman dan latihan. Latihan–latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Segalanya tidaklah mungkin sekali jadi. Dengan demikian diharapkan guru mampu menyajikan dongeng dengan menarik dan menyenangkan, tentunya akan berimbas pada perhatian anak yang mendalam sehingga berpengaruh pada pembentukan perilaku anak di taman kanak–kanak.

laporan Hasil penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikhis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai–nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. ( Depdiknas, 2006 )
Salah satu model pembelajaran di taman kanak – kanak adalah model pembelajaran berpusat pada minat anak dengan menggunakan area, yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih / melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Area merupakan tempat anak melakukukan kegiatan belajar / bermain. Kegiatan di area IPA misalnya, anak diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk bereksplorasi terhadap alam sekitar dengan mengadakan berbagai macam percobaan sederhana. Di area matematika diarahkan agar anak dapat mengenal berbagai macam cara belajar berhitung, seperti mengenal angka, mengklasifikasi, dan membandingkan. Di Area baca tulis diarahkan agar anak dapat mengenal bentuk gambar maupun tulisan melalui buku – buku dengan variasi gambar dan tulisan serta berbagai alat permainan lainnya . Agar proses pembelajaran berjalan dengan menarik dan menyenangkan, guru dituntut kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam menyediakan maupun menggunakan alat peraga..
Sejalan dengan hal tersebut salah satu faktor yang perlu diperhatikan guru adalah mengenai alat peraga / bermain yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak, terutama pada pengembangan kognitif dan pengembangan bahasa anak, namun demikian kenyataan yang terjadi di lapangan , kebanyakan guru masih belum optimal dalam membuat alat peraga yang menarik dan mampu memanfaatkannya untuk proses pembelajaran sehingga anak kurang tertarik dan kurang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, hal ini berdampak anak akan mengalami verbalisme dan hasil kegiatan belajar mengajar kurang sesuai dengan yang diharapkan.
Merujuk pada pemikiran di atas maka penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul : “ Alat Peraga Tempat Pot Multiguna Mendukung Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Kognitif dan Kemampuan Bahasa di Taman Kanak – kanak.


B. Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan penulis sajikan pelaksaan kegiatan sebagai berikut :
1. Pembuatan alat peraga tempat pot multiguna, yang meliputi bahan dan alat yang digunakan, cara membuatnya, dan langkah – langkah penggunaan alat peraga.
2. Menyusun kegiatan dan indikator yang pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna di area.
3. Strategi / teknik penyajian alat peraga tempat pot multiguna sesuai dengan kegiatan di area.
4. Penilaian Proses Hasil Pembelajaran. Pada bagian ini penulis akan membuat rencana penilaian hasil belajar, yang meliputi : indikator – indikator keberhasilan belajar siswa, teknik penilaian, alat penilaian.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Mengkondisikan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan bahasa lebih sistematis dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna.
b. Agar anak tertarik dan senang dengan kegiatan PBM yang diberikan guru.
c. Anak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk terhadap alam mengadakan berbagai macam percobaan sederhana, mengenal berbagai macam cara belajar matematika, mengenal bentuk gambar maupun tulisan dalam situasi yang menyenangkan.
d. Anak dapat berfikir logis, sistematis sejak dini melalui pengamatan dan percobaan dengan alat peraga tempat pot multiguna.
e. Anak berani mengemukakan pendapat dan bicara lancar dengan bahasanya sendiri.
2. Manfaat
a. Melatih anak berpikir sistematis sedini mungkin dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna.
b. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengembangkan aspek sains sederhana. Contoh : Mengadakan percobaan sederhana ( mencampur warna, memasukkan benda ke air, proses pertumbuhan tanaman ), melatih dan mengamati urutan peristiwa, menimbang benda – benda.
c. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengenal berbagai macam cara belajar matematika sedehana, Contoh : Membilang dengan benda – benda, mengitung statistika, konsep sama tidak sama, mengenal pola
d. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengenal bentuk gambar maupun tulisan, Contoh : menghubungkan gambar dengan tulisan, mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita yang sudah diceritakan oleh guru.
e. Dapat memusatkan perhatian anak pada PBM.
f. Menyenangkan anak karena ada unsur mengeksplorasi diri dan kreatifitas sesuai dengan minat.

D. Definisi Istilah
1. Pengertian alat peraga
Alat peraga merupakan kelengkapan yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak – kanak. Alat peraga yang dimaksud adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun tidak bergerak yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif, dan efesien sehingga tujuan TK dapat tercapai ( Depdiknas 2006 )
2. Alat peraga tempat pot multiguna
Alat peraga berbentuk tempat pot yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar serta dapat digunakan mencakup lebih dari satu bidang pengembangan, indikator dan di berbagai area.
3. Pengembangan Kognitif
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam – macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan dan persiapan pengembangan kemampuan berfikir teliti.
4. Pengembangan Berbahasa
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa Indonesia


BAB II
LAPORAN KEGITAN YANG DILAKUKAN

A. Penyusunan Program Pembelajaran.
1. Pembuatan alat peraga tempat pot multiguna
Alat / bahan :


Gambar 1
Alat dan bahan


a. Tempat pot yang telah dimodifikasi bongkar pasang.
b. Pot kecil sebanyak 50 buah
c. Botol bekas air mineral / Toples kecil sebanyak 9 buah
d. Selang infuse
e. Tutup toples bekas sebanyak 2 buah
f. Cat berbagai biru, kuning, merah
g. Kain flannel
h. Prolon kecil
i. Tanah / kapas
j. Biji – bijian ( kacang hijau, jagung, kacang tanah ) / kerikil
k. Pewarna makanan yang tidak membahayakan ( biru, merah, kuning )
l. Gabus
m. Kayu
n. Air
o. Pias – pais angka / huruf / kata
p. Boneka / wayang
Cara membuat :
Contoh : Kegiatan mencampur warna ( kognitif 9 )
a. Siapkan 9 botol bekas air mineral 1liter yang telah dipotong bagian tengah atau toples plasti kecil.
b. Bagian bawah 6 botol bekas air mineral 1liter / toples plasti kecil dilubangi kanan kiri seukuran selang infuse.
c. Masukkan selang infuse ke dalam lubang , kemudian di lem alteko agar menutup sela – sela lubang sehingga tidak bocor.
d. Letakkan 9 botol bekas air mineral 1liter / toples plasti kecil pada tempat pot yang telah dimodifikasi, lalu rangkaikan selang - selang tadi menjadi rangkaian pararel ke bawah.
e. Alat peraga siap digunakan untuk percobaan mencampur warna.
Untuk dipergunakan pada proses pembelajaran pada kegiatan dan indikator yang lain alat peraga pot multiguna dapat dimodifikasi bongkar pasang sesuai dengan kebutuhan.
2. Penyusunan kegiatan dan indikator yang anak yang diharapkan.
Di bawah ini akan penulis tampilkan kegiatan dan indikator yang diharapkan tercapai yang pelaksanaannya dilakukan dengan alat peraga multiguna di beberapa area .
a. Di area IPA
1. Kegiatan :
a. Mencampur warna
b. Benda – benda dimasukkan ke dalam air ( tenggelam, melayang, terapung )
c. Proses pertumbuhan tanaman
d. Menimbang dengan benda – benda
2. Indikator :
a. Kognitif ( 6 ) : menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.
b. Kognitif ( 9 ) : Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika : warna dicampur, proses pertumbuhan tananam, balon ditiup lalu dilepaskan, benda dimasukkan ke dalam air (tenggelam, melayang, terapung ), benda – benda dijatuhkan, benda – benda didekatkan dengan magnit, mengamati benda dengan kaca pembesar,macam– macam rasa, mencium macam – macam bau, mendengar macam – macam bunyi.
c. Kognitif ( 22 ) : Mengukur panjang dengan langkah, jengkal, lidi, ranting, penggaris, meteran, dll.
d. Kognitif ( 23 ) : Membedakan berat benda dengan timbangan ( buatan atau sebenarnya )
e. Kognitif ( 24 ) : Mengisi dan menyebut kan isi wadah ( 1 gelas, 1 botol dll ) dengan air, pasir, biji – bijian, beras dll.
b. Di area Matematika
1. Kegiatan :
a. Pengenalan warna
b. Membilang dengan benda – benda.
c. Menghitung statistika
d. Menyusun pola
e. Konsep sama dan tidak sama
2. Indikator :
a. Kognitif ( 1 ) : Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri – ciri tertentu. Misal : menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll.
b. Kognitif ( 13 ) : Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda ) sampai dengan 10.
c. Kognitif ( 16 ) : Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
d. Kognitif ( 29 ) : Anak dapat memahami konsep matematika sederhana.
e. Kognitif ( 31 ) : Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan. Misal merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, …, …
c. Di area Baca Tulis
1. Kegiatan :
a. Sandiwara Boneka / Wayang
b. Bercerita dengan kain planel
c. Memasangkan lambang bilangan dengan benda – benda sampai dengan 10
d. Menghubungkan tulisan dengan gambar
2. Indikator :
a. Bahasa ( 5 ) : Mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita secara urut.
b. Kognitif ( 15 ) : Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda – benda sampai dengan 10 ( anak tidak disuruh menulis
c. Bahasa ( 16 ) : Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya.
B. Pelaksanaan Program Pembelajaran
Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa untuk penggunaan alat peraga tempat pot multiguna diintegrasikan dengan PBM sehari – hari yang dalam persiapannya tertulis dalam Satuan Kegiatan Harian. Oleh karena itu alat peraga ini dipergunakan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan. Juga dapat digunakan mencakup lebih dari satu bidang pengembangan, indikator dan di berbagai area.
Adapun strategi / teknik pelaksanaan penggunaan alat peraga tempat pot multiguna menggunakan teknik pendekatan bermain sambil belajar sesuai dengan karakteristik anak Di samping itu dengan model pembelajaran berpusat pada minat dengan menggunakan area diharapkan anak secara individual dapat mengaktualisasi diri bermain dengan alat peraga tersebut.
Langkah – langkah penggunaan alat peraga tempat pot multiguna adalah sebagai berikut :
1. Di area IPA
a. Mencampur warna

Gambar 2
Percobaan mencampur warna





Gambar 3
Hasil percobaan mencampur warna


Langkah penggunaan :
1. Siapkan cairan warna dasar biru , kuning , merah dalam botol bekas air mineral.
2. Pastikan selang infuse dalam keadaan menutup aliran air.
3. Tuangkan warna biru dan kuning ke dalam 2 botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil yang paling atas.
4. Buka satu selang infuse yang akan dialiri warna biru dan satu selang infuse yang akan dialiri warna kuning yang akan ditampung botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil di tengah sehingga warna biru dan kuning bercampur jadi satu
5. Amati perubahan warna yang terjadi.
6. Demikian pula dengan warna biru dengan merah, warna kuning dengan merah, setelah bercampur amati pula perubahan warna yang terjadi. Begitu seterusnya.

b. Benda dimasukkan ke dalam air (tenggelam, melayang, terapung )
Langkah penggunaan :
1. Letakkan 3 botol bekas air mineral 1liter yang telah dipotong bagian tengah / toples plasti kecil pada tempat pot yang telah dimodifikasi.
2. Tuangkan ke dalam 3 botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil yang telah di pasang.
3. Masukkan batu, gabus, kayuke dalam air tersebut ke masing – masing botol air , lalu amati apa yang terjadi
c. Proses pertumbuhan tanaman



Gambar 4
Proses pertumbuhan tanaman


Langkah penggunaan :
1. Siapkan tempat pot multiguna, pot, tanah / kapas.
2. Siapkan pula biji kacang hijau, gabah padi, biji jagung dsb.
3. Masukkan tanah / kapas ke dalam pot jangal lupa diberi sedikit air supaya basah.
4. Tanam biji – biji tersebut pada pot yang telah diberi tanah / kapas.
5. Letakkan pot – pot tersebut pada tempat pot multiguna.
6. Amati pertumbuhan tanaman setiap hari.
7. Ukur masing – masing pertumbuhan tanaman tersebut dengan penggaris untuk mengetahui berapa perkembangan masing – masing tumbuhan.
8. Amati pertumbuhannya , berbeda atau sama ?
d. Menimbang dengan benda – benda

Gambar 6
Timbangan buatan


Gambar 7
Menimbang benda – benda


Langkah penggunaan :
1. Ubah tempat pot menjadi timbangan buatan.
2. Gantungkan tutup toples bekas yang diberi tali pada kedua ujung ruas timbangan.
3. Letakkan batu ke salah tutup toples bekas yang diberi tali , letakkan pula balok kayu ke tempat yang satunya lagi.
4. Amati apa yang terjadi.
Percobaan di atas usahakan dapat dilaksanakan oleh anak secara bergantian sehingga anak akan menemukan sendiri jawabannya. Guru bertindak sebagai fasilitator.
2. Di Area Matematika
a. Pengenalan warna & membilang dengan benda benda


Gambar 8
Pengenalan warna & membilang dengan
Benda - benda


b. Menghitung statistika


Gambar 9
Menghitung statistika

c. Menyusun pola , konsep sama dan tidak sama


Gambar 10
Menyusun pola, konsep sama dan tidak sama

Langkah penggunaan :
1. Untuk kegiatan pengenalan warna , anak diberi tugas memasang pot warna ke masing – masing ring tempat pot sesuai dengan warnanya sambil menyebutkan warna tersebut.
2. Untuk kegiatan membilang dengan benda – benda ( kerikil, manik – manik, biji – bijian ) , pasang pot di tempat pot sesuai dengan warnanya. Anak diberi tugas membilang angka sambil mengisi pot tesebut dengan benda – benda sesuai dengan tugas guru, misal setiap pot diisi lima, lima.
3. Untuk kegiatan menghitung statistika, pasang pot di tempat pot sesuai dengan warnanya. Anak berbaris berbanjar , masing – masing anak diberi benda ( kerikil, manik – manik, biji – bijian ), kemudian secara bergiliran anak di beri tugas untuk memasukkan benda tersebut ke dalam salah satu pot sesuai dengan warna yang disukainya. Hitung berapa anak yang menyukai warna biru, warna kuning, warna merah, warna hijau, warna orange, warna ungu.
4. Untuk kegiatan menyusun pola, anak diberi tugas menyusun pot di tempat pot, misal : dengan pola satu satu seperti biru, merah, biru, merah, …, …. , dengan pola dua dua seperti kuning – kuning, merah – merah, …. ….., ….. ……
5. untuk kegiatan konsep sama dan tidak , anak diberi tugas memasang dua warna pot dengan jumlah yang sama atau jumlah yang tidak sama, contoh yang sama : pasang 3 pot merah dan 3 pot kuning. Sedangkan yang tidak sama : pasang 6 pot biru dan 4 pot merah.
3. Di Area Baca Tulis
a. Sandiwara boneka / wayang


Gambar 11
Tempat pot
dibuat panggung boneka/wayang



Gambar 12
Dongeng Gajah dan Harimau







b. Bercerita dengan kain planel, Menghubungkan angka / tulisan dengan gambar pada kain planel.


Gambar 13
Bercerita dengan kain planel
Menghubungkan angka / tulisan dengan gambar pada kain planel.

Langkah penggunaan :
1. Untuk kegiatan sandiwara boneka / wayang, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat membawakan cerita dengan menggunakan boneka maupun wayang ( bentuk binatang atau orang ) dari balik layaknya dalang wayang golek.
2. Untuk kegiatan bercerita dengan kain planel, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat membawakan cerita dengan cara menempelkan gambar yang akan diceritakan pada kain planel, kemudian menceritakan gambar – gambar tersebut secara urut.
3. Untuk kegiatan menghubungkan angka dengan gambar, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat melakukan kegiatan dengan cara menempelkan hubungan angka dengan gambar, misal gambar
dengan 3
4. Untuk kegiatan menghubungkan tulisan dengan gambar, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat melakukan kegiatan dengan cara menempelkan hubungan angka dengan gambar, misal gambar
dengan topi

Pada kegiatan di area berhitung di atas usahakan dapat dilaksanakan oleh anak secara bergantian sehingga anak akan menemukan sendiri jawabannya. Sedang kegiatan di area baca tulis anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dengan bahasanya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator. Penggunaan alat peraga tempat pot multiguna ini sebaiknya dilaksanakan pada PMB di kegiatan inti.
C. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Proses penilaian dilaksanakan secara kontingu dan berkesinambungan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung di kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan dengan subyek penilaian anak didik sebanyak 26 anak, terdiri dari 13 anak perempuan dan 13 anak laki dengan menggunakan cara pengamatan langsung dan pencatatan langsung. Adalah aspek yang dinilai adalah :
1. Respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
2. Unjuk kerja anak dengan bukti kemampuan anak menggunakan alat peraga pot multiguna pada saat kegiatan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
3. Keberanian dan kemampuan mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri secara sederhana dan sistematis.
Penilaian tersebut secara terus menerus sesuai dengan kegiatan dan indikator yang ada dalam rencana harian ( SKH ) . Nilai tersebut kemudian dicatat untuk direkap hasil proses belajar mengajar menggunakan alat peraga multiguna di area IPA, area berhitung, dan area baca tulis sesuai dengan indikator yang ingin dicapai anak pada semester II kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Tahun Pelajaran 2006/2007.
Standar penilaian yang dipergunakan adalah kualitatif ( baik, cukup, kurang ) dengan lambang lingkaran hitam ( o ) untuk kategori baik, ceklis (V) untuk kategori cukup dan lingkaran ( O ) untuk kategori kurang.







BAB III
LAPORAN HASIL

Berdasarkan dengan laporan kegiatan yang telah diuraikan di atas bahwa alat peraga pot multiguna ini dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa. Adapum bukti keberhasilan alat peraga tersebut dapat penulis laporkan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan penggunaan alat peraga tempat pot multiguna sudah dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2006/2007.
b. Penggunaan alat peraga tempat pot multiguna telah diterapkan untuk berbagai macam kegiatan dan indikator, serta untuk kegiatan / bermain di berbagai area.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan percobaan mencampur warna. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 5 anak, K = 1 anak.
2. Kegiatan benda dimasukkan ke dalam air. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 22 anak, C = 4 anak, K = 0 anak.
3. Kegiatan proses pertumbuhan tanaman. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
4. Kegiatan menimbang benda - benda. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 21 anak, C = 4 anak, K = 1 anak.
5. Kegiatan pengenalan warna. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 23 anak, C = 3 anak, K = 0 anak.
6. Kegiatan membilang dengan benda benda. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
7. Kegiatan menghitung statistika. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 22 anak, C = 4 anak, K = 0 anak.
8. Kegiatan menyusun pola . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 18 anak, C = 6 anak, K = 2 anak.
9. Kegiatan konsep sama dan tidak sama.. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 19 anak, C = 5 anak, K = 2 anak.
10. Kegiatan sandiwara boneka/wayang . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 5 anak, K = 1 anak.
11. Kegiatan bercerita dengan kain planel . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
12. Kegiatan menghubungkan angka/tulisan dengan gambar. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 18 anak, C = 5 anak, K = 3 anak.
Dari hasil penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga pot multiguna dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa.








BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mencermati hasil kegiatan yang telah dilaksanakan melalui alat peraga pot multiguna selama semester II ( kurang lebih 6 bulan ) di Kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa strategi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pot multiguna dalam pembelajaran berpusat pada minat anak di area ternyata mampu mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa.
2. Dengan penggunaan alat peraga pot multiguna merasa senang dan tertarik sehingga meningkatkan motivasi belajar anak.
3. Dengan alat peraga pot multiguna anak dapat melakukan berbagai macam percobaan sederhana, mengenal berbagai macam cara belajar matematika, mengenal bentuk gambar maupun tulisan dalam situasi yang menyenangkan.
4. Proses belajar mengajar perlu selalu ditingkatkan dengan inovasi dan kreasi baru, sehingga tidak monoton dan membosankan baik bagi guru sendiri maupun bagi anak.



B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas , disarankan kepada :
1. Bagi guru :
a. Para guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam membuat alat peraga yang menarik dan menyenangkan
b. Guru dalam menyajikan kegiatan bermain di area diupayakan menggunakan alat peraga agar pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar oleh anak.
c. Melatih keberanian anak untuk bertanya dan menyampaikan pendapat Guru harus terus menerus memberikan rangsangan dan dorongan kepada anak untuk aktif menyampaikan pendapat.
d. Guru melibatkan secara aktif kepada anak untuk mencoba melakukan percobaan sederhana , maupun kegiatan lain dengan menggunakan alat peraga
2. Bagi kepala sekolah
Hendaknya mendukung dan mendorong para guru untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam membuat alat peraga edukatif yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai cara menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak. Di samping itu diharapkan memberikan fasilitas yang dibutuhkan guru untuk keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga edukatif yang multiguna.



DAFTAR PUSTAKA

Rahman, 2005. Pendidikan Anak Usia Dini ,Yogyakarta, PGTKI Press.

Depdiknas, 2006. Panduan Pengelolaan Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas

Depdiknas, 2006. Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga di Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas.

…………, 2003. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

laporan Hasil penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikhis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai–nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. ( Depdiknas, 2006 )
Salah satu model pembelajaran di taman kanak – kanak adalah model pembelajaran berpusat pada minat anak dengan menggunakan area, yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih / melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Area merupakan tempat anak melakukukan kegiatan belajar / bermain. Kegiatan di area IPA misalnya, anak diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk bereksplorasi terhadap alam sekitar dengan mengadakan berbagai macam percobaan sederhana. Di area matematika diarahkan agar anak dapat mengenal berbagai macam cara belajar berhitung, seperti mengenal angka, mengklasifikasi, dan membandingkan. Di Area baca tulis diarahkan agar anak dapat mengenal bentuk gambar maupun tulisan melalui buku – buku dengan variasi gambar dan tulisan serta berbagai alat permainan lainnya . Agar proses pembelajaran berjalan dengan menarik dan menyenangkan, guru dituntut kreatifitas dan inovasi yang tinggi dalam menyediakan maupun menggunakan alat peraga..
Sejalan dengan hal tersebut salah satu faktor yang perlu diperhatikan guru adalah mengenai alat peraga / bermain yang digunakan dalam proses belajar mengajar agar menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak, terutama pada pengembangan kognitif dan pengembangan bahasa anak, namun demikian kenyataan yang terjadi di lapangan , kebanyakan guru masih belum optimal dalam membuat alat peraga yang menarik dan mampu memanfaatkannya untuk proses pembelajaran sehingga anak kurang tertarik dan kurang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar, hal ini berdampak anak akan mengalami verbalisme dan hasil kegiatan belajar mengajar kurang sesuai dengan yang diharapkan.
Merujuk pada pemikiran di atas maka penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul : “ Alat Peraga Tempat Pot Multiguna Mendukung Keberhasilan Proses Belajar Mengajar Kognitif dan Kemampuan Bahasa di Taman Kanak – kanak.


B. Ruang Lingkup
Dalam tulisan ini akan penulis sajikan pelaksaan kegiatan sebagai berikut :
1. Pembuatan alat peraga tempat pot multiguna, yang meliputi bahan dan alat yang digunakan, cara membuatnya, dan langkah – langkah penggunaan alat peraga.
2. Menyusun kegiatan dan indikator yang pelaksanaannya dilakukan dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna di area.
3. Strategi / teknik penyajian alat peraga tempat pot multiguna sesuai dengan kegiatan di area.
4. Penilaian Proses Hasil Pembelajaran. Pada bagian ini penulis akan membuat rencana penilaian hasil belajar, yang meliputi : indikator – indikator keberhasilan belajar siswa, teknik penilaian, alat penilaian.
C. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Mengkondisikan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan bahasa lebih sistematis dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna.
b. Agar anak tertarik dan senang dengan kegiatan PBM yang diberikan guru.
c. Anak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk terhadap alam mengadakan berbagai macam percobaan sederhana, mengenal berbagai macam cara belajar matematika, mengenal bentuk gambar maupun tulisan dalam situasi yang menyenangkan.
d. Anak dapat berfikir logis, sistematis sejak dini melalui pengamatan dan percobaan dengan alat peraga tempat pot multiguna.
e. Anak berani mengemukakan pendapat dan bicara lancar dengan bahasanya sendiri.
2. Manfaat
a. Melatih anak berpikir sistematis sedini mungkin dengan menggunakan alat peraga tempat pot multiguna.
b. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengembangkan aspek sains sederhana. Contoh : Mengadakan percobaan sederhana ( mencampur warna, memasukkan benda ke air, proses pertumbuhan tanaman ), melatih dan mengamati urutan peristiwa, menimbang benda – benda.
c. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengenal berbagai macam cara belajar matematika sedehana, Contoh : Membilang dengan benda – benda, mengitung statistika, konsep sama tidak sama, mengenal pola
d. Dengan alat peraga tempat pot multiguna dapat digunakan untuk mengenal bentuk gambar maupun tulisan, Contoh : menghubungkan gambar dengan tulisan, mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita yang sudah diceritakan oleh guru.
e. Dapat memusatkan perhatian anak pada PBM.
f. Menyenangkan anak karena ada unsur mengeksplorasi diri dan kreatifitas sesuai dengan minat.

D. Definisi Istilah
1. Pengertian alat peraga
Alat peraga merupakan kelengkapan yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Taman Kanak – kanak. Alat peraga yang dimaksud adalah semua benda dan alat yang bergerak maupun tidak bergerak yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar, bermain dan bekerja di sekolah agar dapat berlangsung dengan teratur, efektif, dan efesien sehingga tujuan TK dapat tercapai ( Depdiknas 2006 )
2. Alat peraga tempat pot multiguna
Alat peraga berbentuk tempat pot yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran proses belajar mengajar serta dapat digunakan mencakup lebih dari satu bidang pengembangan, indikator dan di berbagai area.
3. Pengembangan Kognitif
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengolah perolehan belajarnya, menemukan bermacam – macam alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematika, pengetahuan ruang dan waktu, kemampuan memilah dan mengelompokkan dan persiapan pengembangan kemampuan berfikir teliti.
4. Pengembangan Berbahasa
Pengembangan ini bertujuan agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangkitkan minat anak untuk berbahasa Indonesia


BAB II
LAPORAN KEGITAN YANG DILAKUKAN

A. Penyusunan Program Pembelajaran.
1. Pembuatan alat peraga tempat pot multiguna
Alat / bahan :


Gambar 1
Alat dan bahan


a. Tempat pot yang telah dimodifikasi bongkar pasang.
b. Pot kecil sebanyak 50 buah
c. Botol bekas air mineral / Toples kecil sebanyak 9 buah
d. Selang infuse
e. Tutup toples bekas sebanyak 2 buah
f. Cat berbagai biru, kuning, merah
g. Kain flannel
h. Prolon kecil
i. Tanah / kapas
j. Biji – bijian ( kacang hijau, jagung, kacang tanah ) / kerikil
k. Pewarna makanan yang tidak membahayakan ( biru, merah, kuning )
l. Gabus
m. Kayu
n. Air
o. Pias – pais angka / huruf / kata
p. Boneka / wayang
Cara membuat :
Contoh : Kegiatan mencampur warna ( kognitif 9 )
a. Siapkan 9 botol bekas air mineral 1liter yang telah dipotong bagian tengah atau toples plasti kecil.
b. Bagian bawah 6 botol bekas air mineral 1liter / toples plasti kecil dilubangi kanan kiri seukuran selang infuse.
c. Masukkan selang infuse ke dalam lubang , kemudian di lem alteko agar menutup sela – sela lubang sehingga tidak bocor.
d. Letakkan 9 botol bekas air mineral 1liter / toples plasti kecil pada tempat pot yang telah dimodifikasi, lalu rangkaikan selang - selang tadi menjadi rangkaian pararel ke bawah.
e. Alat peraga siap digunakan untuk percobaan mencampur warna.
Untuk dipergunakan pada proses pembelajaran pada kegiatan dan indikator yang lain alat peraga pot multiguna dapat dimodifikasi bongkar pasang sesuai dengan kebutuhan.
2. Penyusunan kegiatan dan indikator yang anak yang diharapkan.
Di bawah ini akan penulis tampilkan kegiatan dan indikator yang diharapkan tercapai yang pelaksanaannya dilakukan dengan alat peraga multiguna di beberapa area .
a. Di area IPA
1. Kegiatan :
a. Mencampur warna
b. Benda – benda dimasukkan ke dalam air ( tenggelam, melayang, terapung )
c. Proses pertumbuhan tanaman
d. Menimbang dengan benda – benda
2. Indikator :
a. Kognitif ( 6 ) : menyebutkan dan menceritakan perbedaan dua buah benda.
b. Kognitif ( 9 ) : Mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika : warna dicampur, proses pertumbuhan tananam, balon ditiup lalu dilepaskan, benda dimasukkan ke dalam air (tenggelam, melayang, terapung ), benda – benda dijatuhkan, benda – benda didekatkan dengan magnit, mengamati benda dengan kaca pembesar,macam– macam rasa, mencium macam – macam bau, mendengar macam – macam bunyi.
c. Kognitif ( 22 ) : Mengukur panjang dengan langkah, jengkal, lidi, ranting, penggaris, meteran, dll.
d. Kognitif ( 23 ) : Membedakan berat benda dengan timbangan ( buatan atau sebenarnya )
e. Kognitif ( 24 ) : Mengisi dan menyebut kan isi wadah ( 1 gelas, 1 botol dll ) dengan air, pasir, biji – bijian, beras dll.
b. Di area Matematika
1. Kegiatan :
a. Pengenalan warna
b. Membilang dengan benda – benda.
c. Menghitung statistika
d. Menyusun pola
e. Konsep sama dan tidak sama
2. Indikator :
a. Kognitif ( 1 ) : Mengelompokkan benda dengan berbagai cara menurut ciri – ciri tertentu. Misal : menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll.
b. Kognitif ( 13 ) : Membilang ( mengenal konsep bilangan dengan benda – benda ) sampai dengan 10.
c. Kognitif ( 16 ) : Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.
d. Kognitif ( 29 ) : Anak dapat memahami konsep matematika sederhana.
e. Kognitif ( 31 ) : Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan. Misal merah, putih, biru, merah, putih, biru, merah, …, …
c. Di area Baca Tulis
1. Kegiatan :
a. Sandiwara Boneka / Wayang
b. Bercerita dengan kain planel
c. Memasangkan lambang bilangan dengan benda – benda sampai dengan 10
d. Menghubungkan tulisan dengan gambar
2. Indikator :
a. Bahasa ( 5 ) : Mendengarkan dan menceritakan kembali isi cerita secara urut.
b. Kognitif ( 15 ) : Menghubungkan / memasangkan lambang bilangan dengan benda – benda sampai dengan 10 ( anak tidak disuruh menulis
c. Bahasa ( 16 ) : Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkannya.
B. Pelaksanaan Program Pembelajaran
Seperti yang sudah penulis jelaskan di atas bahwa untuk penggunaan alat peraga tempat pot multiguna diintegrasikan dengan PBM sehari – hari yang dalam persiapannya tertulis dalam Satuan Kegiatan Harian. Oleh karena itu alat peraga ini dipergunakan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai dengan alokasi waktu yang dibutuhkan. Juga dapat digunakan mencakup lebih dari satu bidang pengembangan, indikator dan di berbagai area.
Adapun strategi / teknik pelaksanaan penggunaan alat peraga tempat pot multiguna menggunakan teknik pendekatan bermain sambil belajar sesuai dengan karakteristik anak Di samping itu dengan model pembelajaran berpusat pada minat dengan menggunakan area diharapkan anak secara individual dapat mengaktualisasi diri bermain dengan alat peraga tersebut.
Langkah – langkah penggunaan alat peraga tempat pot multiguna adalah sebagai berikut :
1. Di area IPA
a. Mencampur warna

Gambar 2
Percobaan mencampur warna





Gambar 3
Hasil percobaan mencampur warna


Langkah penggunaan :
1. Siapkan cairan warna dasar biru , kuning , merah dalam botol bekas air mineral.
2. Pastikan selang infuse dalam keadaan menutup aliran air.
3. Tuangkan warna biru dan kuning ke dalam 2 botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil yang paling atas.
4. Buka satu selang infuse yang akan dialiri warna biru dan satu selang infuse yang akan dialiri warna kuning yang akan ditampung botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil di tengah sehingga warna biru dan kuning bercampur jadi satu
5. Amati perubahan warna yang terjadi.
6. Demikian pula dengan warna biru dengan merah, warna kuning dengan merah, setelah bercampur amati pula perubahan warna yang terjadi. Begitu seterusnya.

b. Benda dimasukkan ke dalam air (tenggelam, melayang, terapung )
Langkah penggunaan :
1. Letakkan 3 botol bekas air mineral 1liter yang telah dipotong bagian tengah / toples plasti kecil pada tempat pot yang telah dimodifikasi.
2. Tuangkan ke dalam 3 botol bekas air mineral 1liter / toples plastik kecil yang telah di pasang.
3. Masukkan batu, gabus, kayuke dalam air tersebut ke masing – masing botol air , lalu amati apa yang terjadi
c. Proses pertumbuhan tanaman



Gambar 4
Proses pertumbuhan tanaman


Langkah penggunaan :
1. Siapkan tempat pot multiguna, pot, tanah / kapas.
2. Siapkan pula biji kacang hijau, gabah padi, biji jagung dsb.
3. Masukkan tanah / kapas ke dalam pot jangal lupa diberi sedikit air supaya basah.
4. Tanam biji – biji tersebut pada pot yang telah diberi tanah / kapas.
5. Letakkan pot – pot tersebut pada tempat pot multiguna.
6. Amati pertumbuhan tanaman setiap hari.
7. Ukur masing – masing pertumbuhan tanaman tersebut dengan penggaris untuk mengetahui berapa perkembangan masing – masing tumbuhan.
8. Amati pertumbuhannya , berbeda atau sama ?
d. Menimbang dengan benda – benda

Gambar 6
Timbangan buatan


Gambar 7
Menimbang benda – benda


Langkah penggunaan :
1. Ubah tempat pot menjadi timbangan buatan.
2. Gantungkan tutup toples bekas yang diberi tali pada kedua ujung ruas timbangan.
3. Letakkan batu ke salah tutup toples bekas yang diberi tali , letakkan pula balok kayu ke tempat yang satunya lagi.
4. Amati apa yang terjadi.
Percobaan di atas usahakan dapat dilaksanakan oleh anak secara bergantian sehingga anak akan menemukan sendiri jawabannya. Guru bertindak sebagai fasilitator.
2. Di Area Matematika
a. Pengenalan warna & membilang dengan benda benda


Gambar 8
Pengenalan warna & membilang dengan
Benda - benda


b. Menghitung statistika


Gambar 9
Menghitung statistika

c. Menyusun pola , konsep sama dan tidak sama


Gambar 10
Menyusun pola, konsep sama dan tidak sama

Langkah penggunaan :
1. Untuk kegiatan pengenalan warna , anak diberi tugas memasang pot warna ke masing – masing ring tempat pot sesuai dengan warnanya sambil menyebutkan warna tersebut.
2. Untuk kegiatan membilang dengan benda – benda ( kerikil, manik – manik, biji – bijian ) , pasang pot di tempat pot sesuai dengan warnanya. Anak diberi tugas membilang angka sambil mengisi pot tesebut dengan benda – benda sesuai dengan tugas guru, misal setiap pot diisi lima, lima.
3. Untuk kegiatan menghitung statistika, pasang pot di tempat pot sesuai dengan warnanya. Anak berbaris berbanjar , masing – masing anak diberi benda ( kerikil, manik – manik, biji – bijian ), kemudian secara bergiliran anak di beri tugas untuk memasukkan benda tersebut ke dalam salah satu pot sesuai dengan warna yang disukainya. Hitung berapa anak yang menyukai warna biru, warna kuning, warna merah, warna hijau, warna orange, warna ungu.
4. Untuk kegiatan menyusun pola, anak diberi tugas menyusun pot di tempat pot, misal : dengan pola satu satu seperti biru, merah, biru, merah, …, …. , dengan pola dua dua seperti kuning – kuning, merah – merah, …. ….., ….. ……
5. untuk kegiatan konsep sama dan tidak , anak diberi tugas memasang dua warna pot dengan jumlah yang sama atau jumlah yang tidak sama, contoh yang sama : pasang 3 pot merah dan 3 pot kuning. Sedangkan yang tidak sama : pasang 6 pot biru dan 4 pot merah.
3. Di Area Baca Tulis
a. Sandiwara boneka / wayang


Gambar 11
Tempat pot
dibuat panggung boneka/wayang



Gambar 12
Dongeng Gajah dan Harimau







b. Bercerita dengan kain planel, Menghubungkan angka / tulisan dengan gambar pada kain planel.


Gambar 13
Bercerita dengan kain planel
Menghubungkan angka / tulisan dengan gambar pada kain planel.

Langkah penggunaan :
1. Untuk kegiatan sandiwara boneka / wayang, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat membawakan cerita dengan menggunakan boneka maupun wayang ( bentuk binatang atau orang ) dari balik layaknya dalang wayang golek.
2. Untuk kegiatan bercerita dengan kain planel, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat membawakan cerita dengan cara menempelkan gambar yang akan diceritakan pada kain planel, kemudian menceritakan gambar – gambar tersebut secara urut.
3. Untuk kegiatan menghubungkan angka dengan gambar, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat melakukan kegiatan dengan cara menempelkan hubungan angka dengan gambar, misal gambar
dengan 3
4. Untuk kegiatan menghubungkan tulisan dengan gambar, Pasang layar kain planel pada tempat sehingga menyerupai panggung wayang. Guru maupun anak dapat melakukan kegiatan dengan cara menempelkan hubungan angka dengan gambar, misal gambar
dengan topi

Pada kegiatan di area berhitung di atas usahakan dapat dilaksanakan oleh anak secara bergantian sehingga anak akan menemukan sendiri jawabannya. Sedang kegiatan di area baca tulis anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat dengan bahasanya sendiri. Guru bertindak sebagai fasilitator. Penggunaan alat peraga tempat pot multiguna ini sebaiknya dilaksanakan pada PMB di kegiatan inti.
C. Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Proses penilaian dilaksanakan secara kontingu dan berkesinambungan pada waktu proses belajar mengajar berlangsung di kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan dengan subyek penilaian anak didik sebanyak 26 anak, terdiri dari 13 anak perempuan dan 13 anak laki dengan menggunakan cara pengamatan langsung dan pencatatan langsung. Adalah aspek yang dinilai adalah :
1. Respon anak pada waktu mengikuti proses belajar mengajar berlangsung.
2. Unjuk kerja anak dengan bukti kemampuan anak menggunakan alat peraga pot multiguna pada saat kegiatan sesuai dengan indikator yang ingin dicapai.
3. Keberanian dan kemampuan mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri secara sederhana dan sistematis.
Penilaian tersebut secara terus menerus sesuai dengan kegiatan dan indikator yang ada dalam rencana harian ( SKH ) . Nilai tersebut kemudian dicatat untuk direkap hasil proses belajar mengajar menggunakan alat peraga multiguna di area IPA, area berhitung, dan area baca tulis sesuai dengan indikator yang ingin dicapai anak pada semester II kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Tahun Pelajaran 2006/2007.
Standar penilaian yang dipergunakan adalah kualitatif ( baik, cukup, kurang ) dengan lambang lingkaran hitam ( o ) untuk kategori baik, ceklis (V) untuk kategori cukup dan lingkaran ( O ) untuk kategori kurang.







BAB III
LAPORAN HASIL

Berdasarkan dengan laporan kegiatan yang telah diuraikan di atas bahwa alat peraga pot multiguna ini dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa. Adapum bukti keberhasilan alat peraga tersebut dapat penulis laporkan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan penggunaan alat peraga tempat pot multiguna sudah dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2006/2007.
b. Penggunaan alat peraga tempat pot multiguna telah diterapkan untuk berbagai macam kegiatan dan indikator, serta untuk kegiatan / bermain di berbagai area.
Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan percobaan mencampur warna. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 5 anak, K = 1 anak.
2. Kegiatan benda dimasukkan ke dalam air. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 22 anak, C = 4 anak, K = 0 anak.
3. Kegiatan proses pertumbuhan tanaman. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
4. Kegiatan menimbang benda - benda. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 21 anak, C = 4 anak, K = 1 anak.
5. Kegiatan pengenalan warna. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 23 anak, C = 3 anak, K = 0 anak.
6. Kegiatan membilang dengan benda benda. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
7. Kegiatan menghitung statistika. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 22 anak, C = 4 anak, K = 0 anak.
8. Kegiatan menyusun pola . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 18 anak, C = 6 anak, K = 2 anak.
9. Kegiatan konsep sama dan tidak sama.. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 19 anak, C = 5 anak, K = 2 anak.
10. Kegiatan sandiwara boneka/wayang . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 5 anak, K = 1 anak.
11. Kegiatan bercerita dengan kain planel . Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 20 anak, C = 4 anak, K = 2 anak.
12. Kegiatan menghubungkan angka/tulisan dengan gambar. Penilaian hasil belajar anak adalah hasil B = 18 anak, C = 5 anak, K = 3 anak.
Dari hasil penilaian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan alat peraga pot multiguna dapat mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa.








BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mencermati hasil kegiatan yang telah dilaksanakan melalui alat peraga pot multiguna selama semester II ( kurang lebih 6 bulan ) di Kelompok B TK Negeri Cempaka Jaya Pekalongan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa strategi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga pot multiguna dalam pembelajaran berpusat pada minat anak di area ternyata mampu mendukung keberhasilan proses belajar mengajar kognitif dan kemampuan berbahasa.
2. Dengan penggunaan alat peraga pot multiguna merasa senang dan tertarik sehingga meningkatkan motivasi belajar anak.
3. Dengan alat peraga pot multiguna anak dapat melakukan berbagai macam percobaan sederhana, mengenal berbagai macam cara belajar matematika, mengenal bentuk gambar maupun tulisan dalam situasi yang menyenangkan.
4. Proses belajar mengajar perlu selalu ditingkatkan dengan inovasi dan kreasi baru, sehingga tidak monoton dan membosankan baik bagi guru sendiri maupun bagi anak.



B. Saran
Bertolak dari kesimpulan di atas , disarankan kepada :
1. Bagi guru :
a. Para guru hendaknya dapat meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam membuat alat peraga yang menarik dan menyenangkan
b. Guru dalam menyajikan kegiatan bermain di area diupayakan menggunakan alat peraga agar pembelajaran menarik dan menyenangkan sehingga dapat dipahami dengan baik dan benar oleh anak.
c. Melatih keberanian anak untuk bertanya dan menyampaikan pendapat Guru harus terus menerus memberikan rangsangan dan dorongan kepada anak untuk aktif menyampaikan pendapat.
d. Guru melibatkan secara aktif kepada anak untuk mencoba melakukan percobaan sederhana , maupun kegiatan lain dengan menggunakan alat peraga
2. Bagi kepala sekolah
Hendaknya mendukung dan mendorong para guru untuk meningkatkan kreatifitas dan inovasi guru dalam membuat alat peraga edukatif yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai cara menarik perhatian dan minat anak, merangsang tumbuhnya pengertian , menciptakan situasi belajar yang menyenangkan bagi anak. Di samping itu diharapkan memberikan fasilitas yang dibutuhkan guru untuk keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga edukatif yang multiguna.



DAFTAR PUSTAKA

Rahman, 2005. Pendidikan Anak Usia Dini ,Yogyakarta, PGTKI Press.

Depdiknas, 2006. Panduan Pengelolaan Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas

Depdiknas, 2006. Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Alat Peraga di Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas.

Depdiknas, 2006. Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak – Kanak , Jakarta, Depdiknas.

…………, 2003. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.

makalah Calistung

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usia 4-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi – fungsi fisik dan psikhis yang siap merespon stimulasi yang diberikan lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai–nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal. Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar (Undang–undang nomor 20 tahun 2003). Pendidikan Taman Kanak–Kanak ini bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar ( Depdiknas, 2006 ).
Salah satu kompetensi lulusan peserta didik Taman Kanak – Kanak adalah mampu mengikuti pendidikan selanjutnya dengan kesiapan yang optimal sesuai dengan tuntutan yang berkembang dalam masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu di Taman Kanak – Kanak perlu dikenalkan kegiatan membaca, menulis, dan berhitung yang dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar. Dengan bermain anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Apalagi dilapangan menunjukkan bahwa ada sekolah dasar tertentu yang berlebel “ SD Favorit “ dalam merekrut anak didik baru kelas I selalu menggunakan tes membaca, menulis, dan berhitung permulaan, di samping keinginan dan kebanggaan orang tua apabila anaknya yang masih di taman kanak – kanak dapat membaca, menulis dan berhitung layaknya anak – anak di sekolah dasar.
Melihat realita tersebut, pendidik harus memiliki respon yang tinggi untuk mengenalkan membaca, menulis dan berhitung sesuai dengan perkembangan anak di TK. Kegiatan ini diberikan tanpa paksaan namun melalui kegiatan bermain yang menarik dan menyenangkan.
Merujuk pada pemikiran di atas maka penulis tertarik membuat karya tulis tugas akhir dengan judul “ Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung di Taman Kanak – Kanak ”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diangkat rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana pelaksanaan permainan membaca, menulis, dan berhitung di taman kanak – kanak ?


C. Penegasan Istilah
1. Permainan membaca menulis dan berhitung
Proses pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perhatian, kemauan untuk mengenalkan membaca, menulis, dan berhitung melalui bermain.
2. Taman kanak-kanak
Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar ( UU Nomor 20 Tahun 2003 ).

D. Tujuan Penulisan
Untuk memahami pelaksanaan permainan membaca, menulis, dan berhitung di anak taman kanak – kanak .

E. Manfaat Penulisan
Atas dasar tujuan di atas, maka manfaat penulisan tugas akhir ini adalah :
1. Bagi penulis
Dapat mengkaji lebih dalam tentang pelaksanaan permainan membaca, menulis, dan berhitung di anak taman kanak – kanak .
2. Bagi anak
Mengenal kegiatan permainan membaca, menulis, dan berhitung melalui bermain yang menarik dan menyenangkan.


3. Bagi kepala sekolah
Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pembelajaran mengenalkan membaca, menulis, dan berhitung di TK.
4. Bagi Progdi PGTK IKIP PGRI Semarang
Hasil penulisan ini dapat menambah kepustakaan yang dijadikan sebagai salah satu sumber bahan dalam penulisan karya ilmiah lebih lanjut.

F. Sistematika Penulisan
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, sistematika penulisan
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Permainan Membaca Menulis dan Berhitung
1. Pengertian Permainan, Membaca, Menulis dan Berhitung
2. Metode Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
3. Pelaksanaan Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
B. Taman Kanak – Kanak
1. Pengertian Taman Kanak – Kanak
2. Proses Belajar di Taman Kanak – Kanak
C. Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung di Taman Kanak – Kanak
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN




























BAB II
KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN
A. Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
1. Pengertian Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
a. Pengertian Membaca
Menurut kamus Bahasa Indonesia ( 1991 : 72 ) membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis ( dengan melisankan atau hanya dalam hati)
Secara khusus perkembangan kemampuan membaca berlangsung melalui berbagai tahap.
1. Tahap Fantasi ( Magical Stage )
Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku.
2. Tahap pembentukan Konsep Diri ( Self Concept Stage )
Anak mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura – pura membaca
→ Orang tua memberikan rangsangan dengan membaca sesuatu
3. Tahap Membaca Gambar ( Bridging Reading )
Anak sadar pada cetakan yang tampak, dapat menemukan kata yang sudah dikenal. Orang tua, guru membacakan cerita, menghadirkan berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberi kesempatan menulis sesering mungkin.
4. Tahap Pengenalan Bacaan ( Take Off Reader Stage )
Anak menggunakan 3 sistem isyarat ( Graphoponic, semantic dan syntetic ) secara bersama. Anak mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya → berusaha mengenal berbagai tanda kotak susu, iklan, pasta gigi, bus.
5. Tahap Membaca Lancar ( Independent Reader Stage )
Anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas.
Orang tua guru membacakan cerita dan berusaha memperbaiki bacaannya.
b. Pengertian Menulis
Menutur Kamus Bahasa Indonesia ( 1991 : 1079 ) menulis adalah membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur, dsb)
Tahap perkembangan menulis banyak terkait dengan perkembangan motorik anak adalah sebagi berikut :
1. Tahap Mencoret atau membuat goresan ( scribble Stage ) membuat tanda dengan alat tulisan orang tua menjadi model.
2. Tahap Pengulangan secara linier ( Linier Repetitive Stage )
Anak menelusuri tulisan yang horizontal.
3. Tahap Menulis secara random
Anak belajar tentang berbagai bentuk yang diterima sebagai suatu tulisan.
4. Tahap menulis tulisan nama ( Letter Name Writing or Phonetic Writing )
Pada tahap ini anak mulai menyusun hubungan antara tulisan dan bunyi.

Contoh : menulis kamu dengan U
Menulis saya dengan Y
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam kemampuan menulis.
1. Prinsip penggunaan tanda atau simbul
Guru memberikan kesempatan latihan kelenturan motorik halus dan memperhatikan cara anak memegang alat tulis dan menggoreskan pada kertas.
2. Prinsip Pengulangan
Memberi latihan berulang – ulang garis atau lengkungan yang dapat digabungkan sehingga terbentuk huruf atau tulisan.
3. Prinsip Keluwesan
Guru memperkenalkan tulisan pertama kali pada anak menggunakan symbol atau tanda yang dekat dan dikenal anak.
Misal : Tulisan bunga mawar dengan gambar bunga mawar
4. Prinsip Pengungkapan
Guru memberikan kesempatan pada anak mengungkapkan pengalamannya berkaitan dengan tulisan yang dibuat.
5. Prinsip Mencontoh
Guru sesering mungkin mengulang berbagai contoh tulisan misal kata susu diulang dalam tulisan susu bendera, susu adik, minum susu
6. Prinsip Pengamatan
Memberi pengamatan dengan pujian.

c. Pengertian Berhitung
Menutur Kamus Bahasa Indonesia ( 1991 : 355 ) menghitung adalah membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyakkan dsb)
Pada usia 2 – 6 tahun anak i membutuhkan benda konkrit untuk memahami konsep hitung/belangan. Penguasaan konsep tersebut melalui beberapa tahap :
1. Tahap Konsep / Pengertian
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan benda peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk dan menghitung bilangan. Menghitung harus dilakukan dengan memukau sehingga benar-benar dipahami anak, mengurangi cara anak menghitung dengan jari tangan dan kaki.
2. Tahap Transisi / Peralihan
Peralihan dari konkrit ke abstrak dari konsep ke lambang bilangan. Tahap ini adalah saat anak mulai benar – benar memahami konsep dengan cara apa saja. Saat inilah guru mulai menunjukkan dengan memodelkan cara penulisan lambing bilangan secara bertahap sesuai dengan kecepatan kemampuan perkembangan anak yang berbeda. Anak tidak lepas begitu saja melainkan diamati.
Cara menuliskan tidak terburu – buru. Diberi pertolongan ingatan visual sehingga penguasaan tidak terbalik – balik.Bila guru terburu – buru melepas anak, menganggap anak sudah mampu, ternyata anak belum menguasainya maka banyak waktu akan terbuang karena harus memulai dari awal.
3. Tahap Lambang Bilangan
Tahap anak sudah mulai diberi kesempatan menuliskan lambing sendiri tanpa paksaan, missal :
- lambang 7 untuk menggambarkan konsep 7
- merah untuk menggambarkan konsep warna
- besar untuk menggambarkan konsep ruang
- persegi untuk menggambarkan konsep bentuk.
Dengan demikian Pengertian Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung adalah proses pembelajaran yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perhatian, kemauan untuk
mengenalkan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis ( dengan melisankan atau hanya dalam hati) , membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur ), membilang (menjumlahkan, mengurangi, membagi, memperbanyakkan dsb) melalui bermain.
2. Metode Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
Agar proses pembelajaran di taman kanak-kanak berhasil, diperlukan adanya metode yang tepat dalam menyampaikan kemampuan-kemampuan yang diharapkan dicapai. Metode sebagai bagian dari strategi kegiatan dipilih dan diterapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.
Setiap guru akan menggunakan metode yang sesuai dalam melaksanakan kegiatan. Namun yang perlu diingat, di taman kanak-kanak mempunyai cara yang khas. Oleh karena itu, ada metode-metode yang lebih sesuai bagi siswa taman kanak-kanak dibandingkan metode-metode yang lain, misalnya metode ceramah. Metode ceramah tidak berdaya guna bagi anak taman kanak-kanak. Metode-metode yang memungkinkan anak satu dengan anak lain berhubungan akan lebih memenuhi kebutuhan dan minat anak. Melalui kedekatan hubungan guru dan anak, guru akan dapat mengembangkan kekuatan pendidikan yang sangat penting.
Berbagai metode pengajaran untuk permainan membaca, menulis, dan berhitung yang dipergunakan guru adalah :
a. Bercakap – cakap
b. Demonstrasi ( peragaan )
c. Pemberian tugas
d. Bercerita
1. Membacakan cerita (story reading)
2. Mengungkapkan cerita
3. Bercerita dengan gambar seri
4. Bercerita dengan papan flanel
5. Bercerita dengan sandiwara boneka
e. Bernyanyi
f. Mengucap syair
g. Dramatisasi
h. Karyawisata
3. Pelaksanaan Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung
a. Permainan Membaca dan Menulis
Bahasa memegang peranan sentral dalam perkembangan mental. Sehingga penguasaan kosa kata anak serta kemampuan mengkomunikasikan pada orang lain akan memiliki dampak positif terhadap perkembangan fungsi kognitifnya. Hal ini dapat dimulai sejak dini yaitu diantaranya baca tulis di TK melalui “Permainan”.
Dalam pengembangan membaca dan menulis di TK beberapa pendekatan yang digunakan adalah :
1. Metode Sintesa ( Montessori )
Didasarkan atas teori asosiasi yang dikembangkan dari ilmu jiwa unsur (ilmu jiwa mozaik) mengatakan bahwa : suatu unsur ( misal unsur huruf ) akan mempunyai makna jika bertalian atau berhubungan ( berasosiasi ) dengan unsure lain sehingga membentuk suatu arti. Dilakukan dengan bantuan gambar.
Misal : huruf a disertai gambar ayam.
Huruf a disertai gambar apel
2. Metode Global ( Decroly )
Didasarkan pada teori gestalt yang dikembangkan dari ilmu jiwa gestalt ( ilmu jiwa keweluruhan )
Anak pertama kali memakai sesuatu secara keseluruhan ( global ).
Keseluruhan memiliki makna yang lebih dahulu dibandingkan unsur.Kedudukan unsur hanya berarti jika memiliki kedudukan fungsional dalam suatu gestalt ( keseluruhan ).
Contoh : “a” hanya bermakna jika “a” ini fungsional dalam kata kalimat misal “ayam berlari”
3. Metode Whole Linguistic ( Vigotsky )
Permainan membaca tidak dilakukan dengan menggunakan pola kata atau kalimat yang berstruktur melainkan dengan menggunakan kemampuan linguistic ( bahasa ).
Contoh : Setelah anak menggambarkan atau mewarnai sesuatu seperti rumah atau tanaman, guru meminta anak untuk mewarnai nama dan guru membantu menuliskan nama dari gambar
Sedangkan pendekatan permainan menulis menurut Montessori dapat dilakukan dengan :
- Mengisi lukisan dengan garis ( mengarsir )
- Menebalkan tulisan
- Meraba tulisan yang bertekstur ( kasar )

B. Taman Kanak - Kanak
1. Pengertian Taman Kanak – Kanak
Taman Kanak–kanak adalah salah satu bentuk pendidikan di jalur formal yang menyediakan program pendidikan dini anak usia 4 sampai 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar ( UU Nomor 20 Tahun 2003 ). Pendidikan Taman Kanak–Kanak ini bertujuan membantu anak didik mengembangkan potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai–nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar ( Depdiknas, 2006 ).
Adapun fungsi pendidikan Taman Kanak – Kanak adalah :
a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin anak.
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
c. Menumbuhkan sikap perilaku yang baik.
d. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
e. Mengembangkan ketrampilan, kreatifitas, dan kemampuan yang dimiliki anak.
f. Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Menurut Carolyn Triyon dan J. W Lilienthal (Hilderbrand, 1986: 45) dalam Moeslichatun (1999 : 4 : 5) tugas-tugas perkembangan masa kanak-kanak awal yang harus dijalani anak taman kanak-kanak :
a. Berkembang menjadi pribadi yang mandiri, adalah berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab untuk melayani dan memenuhi kebutuhan sendiri pada tingkat kemandirian yang sesuai dengan tingkat usia taman kanak-kanak.
b. Belajar memberi, berbagi, dan memperoleh kasih sayang, adalah kemampuan saling memberi dan berbagi kasih sayang antara anak
yang satu dengan anak yang lain untuk dapat hidup bermasyarakat secara aman dan bahagia dalam lingkungan baru di sekolah.
c. Belajar bergaul dengan anak lain, adalah belajar mengembangkan berhubungan dengan anak lain yang dapat menghasilkan dampak tanggapan positif dari anak lain dalam lingkungan sekolah yang lebih luas daripada lingkungan keluarga.
d. Mengembangkan pengendalian diri, yakni belajar untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakatnya. Anak belajar untuk memahami setiap perbuatan itu mempunyai konsekuensi atau akibat. Bila anak memahami hal tersebut maka ia akan selalu berusaha untuk memenuhi apa yang ingin dilakukan itu sesuai dengan tingkah laku yang dapat diterima masyarakatnya dalam lingkungan sekolah.
e. Belajar bermacam-macam peran orang dalam masyarakat, yaitu anak belajar bahwa di dalam masyarakat itu ada pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan orang tertentu yang menghasilkan jasa layanan pada orang lain dan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan orang lain. Contohnya pekerjaan yang memberikan jasa layanan kepada orang: dokter mengobati orang sakit, pak becak mengantarkan anak ke sekolah, tukang batu membangun rumah, dan sebagainya. Sedangkan contoh pekerjaan yang memberikan hasil yang dapat memenuhi kebutuhan orang lain: pak tani mengerjakan sawah untuk menghasilkan padi, juru masak menghasilkan masakan untuk dimakan orang lain, dan sebagainya.
f. Belajar untuk mengenal anggota tubuh masing-masing, adalah mengenal panca indera yang dimiliki, anggota tubuh yang dimiliki dan kegunaannya dalam memperoleh pengetahuan dan dalam kaitan kegiatan makan, melakukan kebersihan, dan memelihara kesehatan serta kegiatan-kegiatan yang lain.
g. Belajar menguasai ketrampilan motorik halus dan kasar, maksudnya anak belajar mengkoordinasi otot-otot halus untuk melakukan pekerjaan menggambar, melipat, menggunting, membentuk dan sebagainya. Kegiatan –kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar misalnya berlari, meloncat, menendang, menangkap (bola), dan sebagainya.
h. Belajar mengenal lingkungan fisik dan mengendalikan, adalah merupakan pengenalan terhadap ciri-ciri benda yang ada di sekitarnya, membandingkan ciri benda satu dengan benda yang lain, menggolong-golongkan benda itu, menggunakannya secara tepat, dan menyesuaikan diri dengan benda-benda tersebut. Contoh mengenal ciri-ciri benda: mengenal bentuk, ukuran, dan warnanya. Membandingkan antara benda yang satu dengan benda yang lain berdasarkan bentuk, ukuran, dan warnanya. Dalam menggolong-golongkan benda dapat menggolongkan berdasarkan bentuk, ukuran, dan warnanya. Untuk dapat menggunakan secara tepat benda-benda tersebut anak mendasarkan pada ciri-ciri yang dimiliki oleh benda itu.
i. Belajar menguasai kata-kata baru untuk memahami anak/orang lain, maksudnya belajar kata-kata baru dalam kaitan benda-benda yang ada di sekitarnya: namanya, ciri-cirinya, kegunaannya, dan sebagainya dari percakapan dengan anak atau orang lain.
j. Mengembangkan perasaan positif dalam berhubungan dengan lingkungan, adalah mengembangkan perasaan kasih sayang terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya atau dengan anak-anak atau orang-orang yang ada di sekitarnya.

2. Proses Belajar di Taman Kanak – Kanak.
Salah satu model pembelajaran di TK adalah model pembelajaran berdasarkan minat, yang proses pembelajaran memberi kesempatan kepada anak didik untuk memilih / melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya. Model pembelajaran berdasarkan minat dirancang untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan spesifik anak dan menghormati keberagaman budaya yang menekankan prinsip :
1. Individualisasi pengalaman pembelajaran bagi setiap anak.
2. Membantu anak untuk membuat pilihan – pilihan melalui kegiatan pusat – pusat kegiatan.
3. Peran serta keluarga.
Model pembelajaran berdasarkan minat menggunakan 10 area, yaitu area agama, balok, bahasa, drama, berhitung/matematika, IPA, musik, seni/motorik, pasir dan air, membaca dan menulis.
1. Area Agama
a. Menanamkan anak nilai – nilai moral , agama , budi pekerti.
b. Alat – alat : maket tempat ibadah (masjid,gereja,pura,vihara) , gambar tata cara sholat, gambar tata cara berwudhu, sajadah, mukena, peci, kain sarung, kerudung, buku iqro’, kartu huruf hijaiyah, tasbih, juz ‘ama, al qur’an dan sebagainya,
2. Area Balok
a. Permainan balok sangat penting bagi perkembangan anak di berbagai bidang termasuk bahasa, kemampuan sosial, pengetahuan, matematika, kemampuan motorik dan kemampuan dalam pembelajaran.
b. Alat – alat : Balok – balok berbagai ukuran dan warna, loggo, lotto sejenis, lotto berpasangan, kepingan geometri dari triplek berbagai ukuran dan warna, kotak geometri, kendaraan tiruan (laut, udara, dan darat), rambu – rambu lalu lintas, kubus berpola, tusuk gigi, kubus berbagai ukuran dan warna, korek api, tusuk es krim, bola berbagai ukuran dan warna, dus – dus bekas dan sebagainya.
3. Area Berhitung / Matematika
a. Membantu anak untuk mencocokkan, berhitung, mengelompokkan serta mendorong kemampuan intelektual anak.
b. Alat – alat : lambang bilangan, kepingan geometri, kartu angka, kulit kerang, puzzle, konsep bilangan, kubus permainan, pohon hitung, papan jamur, ukuran panjang pendek, ukuran tebal tipis, tutup botol, pensil, manik – manik, gambar buah – buahan, penggaris, meteran, buku tulis, gambar bilangan dan sebagainya.
4. Area IPA
a. Mencerminkan minat anak terhadap kejadian – kejadiaan alami.
b. Alat – alat : Macam – macam tiruan binatang, gambar – gambar perkembangbiakan binatang, gambar – gambar proses pertumbuhan tananaman, biji – bijian, kerang, kerikil, magnit, kaca pembesar, paku, paku payung, benda – benda kasar halus, pengenalan berbagai rasa (gula, garam,kopi,asam,cuka), berbagai bumbu (bawang, kemiri, ketumbar) dan sebagainya.
5. Area Musik
a. Musik adalah sumber yang sangat kaya untuk memajukan perkembangan dimanapun, kapanpun dengan budaya manapun musik dapat digunakan untuk menyatukan kegiatan pembelajaran, bernyanyi, menggerakkan badan, bertepuk tangan, menari, memainkan alat – alat musik. Musik mengembangkan panca indra.
6. Area Bahasa
a. Anak – anak sering berada di area bahasa. Mereka asyik membolak balik buku walaupun belum bisa membaca, ini menumbuhkan minat baca bagi anak.
b. Alat – alat : Buku – buku perpustakaan, papan planel, boneka, kartu huruf, kartu nama – nama hari, kartu nama – nama bulan, majalah anak, koran dan sebagainya.
7. Area Membaca dan Menulis
a. Di sini anak lebih ditekankan pada persiapan menulis / menarik garis , mencontoh tulisan.
b. Alat – alat : Buku tulis, kertas, pensil, pensil warna kartu huruf, kartu kata, kartu gambar dan sebagainya.
8. Area Drama
a. Mendorong anak untuk memperagakan apa yang mereka lihat dalam kehidupan sehari – hari.
b. Alat – alat : Perabotan dapur, lemari, meja kursi makan, meja kursi tamu, boneka, baju bekas, jemuran, seterika, sepatu, sandal, telpon, vas bunga, tas belanja dan sebaginya.
9. Area Pasir / Air
a. Anak – anak menikmati kegairahan bermain dengan pasir dan air, awalnya mereka berekplotasi tanpa menggunakan alat yang banyak, lama kelamaan mereka biasa bermain dengan alat yang lebih rumit.
b. Alat – alat : Bak air, bak pasir, sekop, botol – botol plastik, literan, cangkir, cetakan – cetakan pasir, corong, sendok dan sebagainya.
10. Area Seni dan Motorik
a. Di sini untuk menumbuh kembangkan kreatifitas, rasa ingin tahu, daya khayal dan inisiatif, serta membawa suasana riang gembira dan kepuasan bagi anak.
b. Alat – alat : Pensil warna, cat, gunting, krayon, kapur tulis, kain perca, benang, kelereng, anyaman, lem, plastisin dan sebagainya.







Contoh penataan ruang untuk area :



Langkah–Langkah Kegiatan Model pembelajaran berdasarkan minat
1. KEGIATAN AWAL + 30 MENIT ( KLASIKAL )
 Berdoa , mengucap salam , bernyanyi ( Pembiasaan )
 Bercerita tentang pengalaman ( 3/4 anak ) setiap hari dan setiap satu anak bercerita, 3 atau 4 anak bertanya tentang cerita anak tersebut.
 Membicarakan tema/sub tema ( Bahasa )
 Melakukan kegiatan fisik / motorik , dapat dilakukan diluar atau di dalam kelas ( fisik motorik )
2. KEGIATAN INTI + 60 MENIT ( INDIVIDUAL DI AREA )
 Sebelum melaksanakan kegiatan inti , guru membicarakan tugas – tugas di area yang diprogramkan pada hari itu.
 Area yang dibuka setiap hari minimal 4-5 sesuai dengan indikator yang dikembangkan.
 Guru menjelaskan kegiatan-kegiatan di dalam area yang diprogramkan.
 Kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
Area Berhitung / Matematika
* Membilang dan menyebut urutan bilangan 1 – 20.
Area Seni / Motorik
* Menggambar bebas dengan krayon
Area IPA
* Eksperimen mencampur warna biru , kuning , merah

Area Baca Tulis
* Menghubungkan tulisahn dengan gambar
 Anak dibebaskan memilih area mana yang disukai , walaupun area itu tidak dibuka sesuai dengan program guru.
 Anak dapat berpindah sesuai dengan minatnya tanpa ditentukan oleh guru.
 Apabila anak tidak mau melakukan kegiatan di 4 – 5 area yang diprogramkan, guru harus memberi motivasi anak tersebut agar mau melakukan kegiatan.
 Guru dapat melayani anak dengan membawakan tugasnya ke area yang sedang diminatinya.
 Guru dapat memberikan penilaian dengan memakai alat penilaian yang telah ditentukan . Di samping itu guru juga dapat menilai ke mana saja minat anak pada hari itu dengan mengadakan ceklist ( V ) di setiap area .
 Guru membagi jumlah anak di kelas masing – masing area yang diprogramkan (misalnya 4/5 area)
 Bagi kegiatan yang memerlukan pemahaman atau yang membahayakan , jumlah anak dibatasi agar guru dapat memperhatikan lebih mendalam proses dan hasil yang dicapai dapat lebih maksimal, tanpa mengabaikan anak – anak yang di area lain.

.
3. ISTIRAHAT / MAKAN + 30 MENIT
Cuci tangan , makan ( berdoa sebelum dan sesudah makan ) dan bermain
4. KEGIATAN AKHIR + 30 MENIT ( KLASIKAL )
 Bertepuk dengan 2 pola
 Mendongeng “ Prau Timun “
 Menyanyi , berdoa , pulang
ALAT/SUMBER BELAJAR
Alat/sumber belajar yang ada di masing – masing area dapat digunakan dan ditambah dengan alat yang sesuai program.
PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK
Penilaian dilaksanakan dengan observasi , penugasan , hasil karya dan unjuk kerja.

C. Permainan Membaca, Menulis, dan Berhitung di Taman Kanak – Kanak
Pada dasarnya calistung di TK tidak ditekankan pada pencapaian segi prestasi akademik namun diberikan melalui proses pembelajaran yang wajar sesuai dengan perkembangan dan karakteristik anak usia prasekolah.
Tidak dibenarkan apabila calistung di TK diberikan secara memaksa yakni anak dipaksa belajar seperti orang dewasa untuk memenuhi keinginan orang tua dan guru. Hal ini akan menimbulkan dampak negative bagi perkembangan anak selanjutnya. Salah satunya adalah kurang berkembangnya potensi dan kemampuan kreatif anak.

1. Permainan Membaca di TK
Permainan membaca meliputi kemampuan mendengar, melihat dan memahami berbicara dan membaca gambar.
a. Kemampuan Mendengar
1. Menirukan kembali 3-4 urutan kata (bahasa 2)
2. Melakukan 2-3 perintah secara sederhana (bahasa 4)
3. Menjawab pertanyaan tentang keterangan / informasi secara sederhana (bahasa 8)
4. Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana (bahasa 5)
5. Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana
(bahasa 18)
6. Mengucapkan sajak dengan ekspresi (seni 25)
7. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama. misal : kaki-kali atau suku kata akhir yang sama misal ; nama-sama dan lain-lain (bahasa 3)
b. Kemampuan Melihat dan Memahami
1. menunjukkan gerakan-gerakan misal : duduk jongkok, berlari, makan, melompat, menangis, senang, sedih dan lain-lain
(bahasa 10).
2. Menceritakan pengalaman/kejadian secara sederhana (Bahasa 7)
3. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar) (bahasa 16)
4. Menunjuk sebanyak-banyaknya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna, bentuk atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu (kognitif 2)
5. Menyebut kembali benda-benda yang baru dilihatnya (kognitif 12)
6. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri (Bahasa 15)
7. Menyebutkan posisi/keterangan tempat : misal : di luar, di dalam, di atas, di bawah, di depan, di belakang, di kiri, di kanan dsb
(bahasa 11)
c. Kemampuan Berbicara ( Berkomunikasi )
1. Menjawab pertanyaan tentang keterangan / informasi secara sederhana ( bahasa 8 )
2. Menceritakan pengalaman / kejadian secara sederhana (Bahasa 6)
3. Mendengarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita secara sederhana (bahasa 5)
4. Menghubungkan gambar/benda dengan kata (bahasa 17)
5. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar) (bahasa 16)
6. Mengucapkan sajak dengan ekspresi (seni 25)
7. Menunjuk sebanyak-banykanya benda, hewan, tanaman yang mempunyai warna atau ukuran atau menurut ciri-ciri tertentu
(kognitif 2)

8. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri (bahasa 15)
9. Menyanyi 15 lagu anak-anak ( seni 23)
10. Menyebutkan kata-kata yang mempunyai suku kata awal yang sama.
Misal : kaki – kali atau suku suku kata akhir yang sama misal :nama – sama dll (bahasa 3)
d. Membaca gambar
1. Mengurutkan dan menceritakan isi gambar seri sederhana (3-4 gambar) (bahasa 16)
2. Bercerita tentang gambar yang disediakan atau yang dibuat sendiri (bahasa 15)
2. Permainan Menulis.
a. Persiapan Menulis.
1. Meronce dengan manik-manik (seni 7)
2. Menggunting bebas (fisik motorik 6)
3. Merobek bebas (fisik motorik 7)
4. Mencocok dengan pola buatan guru (seni 13)
5. Menggambar bebas dengan berbagai media (pensil warna, krayon, arang dll) (seni 1)
6. Mewarnai bentuk gambar sederhana (1-6 lipatan) (fisik motorik 4)
7. Menyusun menara dari kubus minimal 8 kubus (fisik motorik 8)
8. Mencipta 2 bentuk bangunan dari balok (seni 8)
9. Menjahit jelujur 10 lubang dengan tali sepatu (fisik motorik 5)
10. Menggunting bebas (fisik motorik 6)
11.Meniru melipat kertas sederhana (1-6 lipatan) (fisik motorik 4)
12.Menganyam dengan kertas (seni 11)
13.Permainan warna dengan berbagai media misal : krayon, cat air dll
(seni 14)
b. Bentuk Tulisan
1. Mencoret.
a. Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, lengkung dan lingkaran (fisik motorik 3)
b. Membuat lingkaran dan segi empat (fisik motorik 9)
c. Melukis dengan jari (finger painting) (seni 15)
d. Permainan warna dengan berbagai media misal : krayon, catair dll (seni 14)
2. Tulisan Horisontal (Tahap linier)
a. Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, lengkung dan lingkaran (fisik motorik 3)
b. Membuat lingkaran dan segi empat (fisik motorik 9)
3. Menulis Acak
Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, lengkung dan lingkaran (fisik motorik 3)
4. Menulis nama
Menjiplak dan meniru membuat garis tegak, datar, lengkung dan lingkaran (fm 3)

3. Permainan berhitung di TK
Pelaksanaan permainan berhitung di TK dapat diaksanakan melalui penguasaan konsep, transisi, dan lambang bilangan terdapat di semua jalur matematika meliputi :
a. Jalur Pola
Anak diharapkan dapat mengenal dan menusun pola yang terdapat disekitarnya secara berurutan setelah melihat dua sampai tiga pola yang ditunjukkan oleh guru. Anak mampu membuat urutan pola sendiri sesuai dengan kreativitasnya, barmain pola di kelompokkan A dan B dimulai dengan menggunakan pola yang mudah sederhana selanjutnya menjadi kompleks.
Missal :
- Meronce
( sederhana )
( komplek )
- Mencontoh tulisan AB AB AB AB ( Sederhana )
ABB ABB ABB ABB ( Komplek )
- Mewarnai gambar bentuk geometri

M H M H M H M ( Sederhana )

M H H M H H M ( Komplek )

- Menempelkan bentuk geometri ( sama dengan diatas, dengan kertas berwarna )
- Menyusun benda daun – bunga – daun – bunga ( sederhanma
- Pola berjalan : tiga langkah satu loncat –tiga langkah satu loncat
- Pola tepuk tangan
b. Jalur Bilangan
Anak diharapkan mampu mengenal konsep bilangan, transisi, lambing.
Contoh :
Permainan aku pandai menghitung
- Delapan atau sepuluh gambar baju dan kancingnya
- Delapan atau sepuluh gambar hutuan dan binatang buas
- Delapan atau sepuluh gambar semangka dan bijinya
- Delapan atau sepuluh gambar pohon dan buahnya
- Delapan atau sepuluh gambar jalan dan mobil
c. Geometri
Anak diharapkan dapat mengenal dan menyebutkan berbagai macam benda berdasarkan bentuk geometri dengan cara mengamati benda – benda yang ada disekitar anak.
Contoh kegiatan :
- Menyebutkan benda – benda yang berbentuk segi empat, lingkaran yang ada di sekitar anak.
- Menciptakan bentuk – bentuk mobil dari kepingan geometri
- Menggunting bentuk segi tiga, segi empat,lingkaran.

d. Jalur Ukuran
Anak diharapkan dapat mengenal ukuran standartd yang bersifat informal atau alamiyah, Misal :
- Ukuran panjang = tali, benang, ranting, tusuk gigi, penjepit buku
- Ukuran waktu = Hitunglah bilangan 1 – 10 tepuk tangan.
Suara ketukan (memakai kaos kaki, sepatu, baju dsb)
e. Jalur Estimasi
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan memperkirakan (Estimasi) sesuatu misalnya perkiraan terhadap waktu, luas atau ruang selain itu anak terlatih untuk mengantisipasi kemungkinan yang terjadi.
Misal :
- berapa hari biji tumbuh
- berapa lamakita makan
- berapa lama anak dapat memantulkan bola
- berapa ketukan gambarkan selesai.
f. Jalur Klasifikasi
Anak diharapkan dapat mengelompokkan atau memilih benda berdasarkan jenis, fungsi, warna, bentuk pasangannya sesuai yang dicontohkan dan tugas yang diberikan oleh guru.
Kegiatan → mengelompokkan mewarnai dan menandai binatang berkaki 4

Kegiatan lain :
- Mengelompokkan benda menurut posisi
- Mengelompokkan benda dengan ciri tertentu
- Mengelompokkan tekstur
- Mengelompokkan rasa
g. Jalur Statistika
Anak diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk memahami perbedaan – perbedaan dalam jumlah dan perbandingan dari hasil pengamatan terhadap suatu obyek ( dalam bentuk visual ).
Contoh kegiatan:
- Mengenal konsep bilangan sama dan tidak sama, lebih dan kurang, banyak dan sedikit.
h. Jalur Pemecahan masalah
Setiap saat guru dapat melemparkan soal secara lisan, anak mencoba menjawab (dapat sebagi selingan kegiatan )







1. Permainan berhitung diberikan secara bertahap diawali dengan menghitung benda atau pengalaman peristiwa konkrit yang dialami melalui pengalaman terhadap alam sekitar.
2. Pengetahuan dan ketrampilan pada permainan berhitung diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya. Misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, sederhana ke lebih kompleks.
3. Permainan berhitung akan lebih berhasil jika anak diberi kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah – masalahnya sendiri.
4. Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media sesuai dengan tujuan menarik dan bervariasi mudah digunakan dan tidak membahayakan.
5. Bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil contoh yang terdapat dilingkungan sekitar anak.
6. Dalam permainan berhitung anak dapat dikelompokkan sesuai tahap penguasaan berhitung yaitu tahap konsep, masa transisi dan lambang.
7. Dalam mengevaluasi hasil perkembangan anak harus dimulai dari awal sampai akhir kegiatan.
1. Pola
2. Bilangan
3. Geometri
4. Ukuran
5. Estimasi / Probabilitas
6. Klasifikasi
7. Statistika
8. Pemecahan masalah.