Wednesday 16 May 2012

Makalah ALIRAN QADARIYAH DAN JABARIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan. Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam berdebat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam. Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu, meningkat menjadi persoalan teologi. Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang untuk memperdebatkannya. Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia, kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah, Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah serta aliran-aliran lainnya. Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Jabariyah danQadariyah. Dalam makalah ini penulis hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran Jabariyah dan Qadariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah aliran dan ajaran-ajarannya secara umum. B. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : 1. Apakah yang dimaksud aliran Jabariyah dan Qadariyah itu? 2. Bagaimana bentuk pemikiran/ajaran aliran Jabariyah dan Qadariyah itu? 3. Bagaimana Refleksi Faham Qadariyah dan Jabariyah tentang Musibah? C. TUJUAN PENULISAN Dari permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat mengetahui sejarah munculnya aliran Jabariyah dan Qadariyah. 2. Dapat mengetahui bentuk pemikiran atau ajaran kaum Jabariyah dan Qadariyah. BAB II PEMBAHASAN A. ALIRAN JABARIYAH (FATALISM/PREDESTINATION) 1. Latar Belakang Lahirnya Jabariyah Secara bahasa Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung pengertian memaksa. Di dalam kamus Munjid dijelaskan bahwa nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya melakukan sesuatu. Salah satu sifat dari Allah adalah al-Jabbar yang berarti Allah Maha Memaksa. Sedangkan secara istilah Jabariyah adalah menolak adanya perbuatan dari manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Dengan kata lain adalah manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa (majbur). Menurut Harun Nasution Jabariyah adalah paham yang menyebutkan bahwa segala perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh Qadha dan Qadar Allah. Maksudnya adalah bahwa setiap perbuatan yang dikerjakan manusia tidak berdasarkan kehendak manusia, tapi diciptakan oleh Tuhan dan dengan kehendak-Nya, di sini manusia tidak mempunyai kebebasan dalam berbuat, karena tidak memiliki kemampuan. Ada yang mengistilahkan bahwa Jabariyah adalah aliran manusia menjadi wayang dan Tuhan sebagai dalangnya. Adapun mengenai latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelelasan yang sarih. Abu Zahra menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah. Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia ketika berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapaun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan, yang bersamaan dengan munculnya aliran Qadariayah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak sebelum agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta keringnya udara. Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham fatalisme. 2. Dalil-dalil naqliy sebagai dasar aliran Jabariyah Terlepas dari perbedaan pendapat tentang awal lahirnya aliran ini, dalam Alquran sendiri banyak terdapat ayat-ayat yeng menunjukkan tentang latar belakang lahirnya paham Jabariyah, diantaranya: a. QS ash-Shaffat: 96      96. Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". b. QS al-Anfal: 17                   •       17. Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. c. QS al-Insan: 30        •      30. dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 3. Dalil-dalil Aqliy sebagai dasar aliran Jabariyah Adapun dalil-dalil aqliy yang dijadikan landasan bagi kaum Jabariyah antara lain sebagai berikut: a. Makhluk tidak boleh mempunyai sifat sama dengan sifat Tuhan, dan kalau itu terjadi, berarti menyamakan Tuhan dengan makhluknya. Mereka menolak keadaan Allah Maha Hidup dan Maha Mengetahui, namun ia mengakui keadaan Allah Yang Maha Kuasa. Allahlah yang berbuat dan menciptakan, oleh karena itu, makhluk tidak mempunyai kekuasaan. b. Manusia tidak memiliki kekuasaan sedikit juapun, manusia tidak dapat dikatakan mempunyai kemampuan (Istitha`ah). Perbuatan yang tampaknya lahir dari manusia bukan dari perbuatan manusia karena manusia tidak mempunyai kekuasaan, tidak mempunyai keinginan dan tidak mempunyai pilihan antara memperbuat atau tidak memperbuat. Semua perbuatan yang terjadi pada makhluk adalah perbuatan Allah dan perbuatan itu disandarkan kepada makhluk hanya penyandaran majazi. Sama seperti kata pohon berbuah, air mengalir, batu bergerak, matahari terbit dan tenggelam dan biji-bijian tumbuh dan sebagainya. Selain ayat-ayat Alquran di atas benih-benih faham al-Jabar juga dapat dilihat dalam beberapa peristiwa sejarah: a. Suatu ketika Nabi menjumpai sahabatnya yang sedang bertengkar dalam masalah Takdir Tuhan, Nabi melarang mereka untuk memperdebatkan persoalan tersebut, agar terhindar dari kekeliruan penafsiran tentang ayat-ayat Tuhan mengenai takdir. b. Khalifah Umar bin al-Khaththab pernah menangkap seorang pencuri. Ketika diintrogasi, pencuri itu berkata "Tuhan telah menentukan aku mencuri". Mendengar itu Umar kemudian marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta. Oleh karena itu Umar memberikan dua jenis hukuman kepada orang itu, yaitu: hukuman potongan tangan karena mencuri dan hukuman dera karena menggunakan dalil takdir Tuhan. c. Ketika Khalifah Ali bin Abu Thalib ditanya tentang qadar Tuhan dalam kaitannya dengan siksa dan pahala. Orang tua itu bertanya,"apabila perjalanan (menuju perang siffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tidak ada pahala sebagai balasannya. Kemudian Ali menjelaskannya bahwa Qadha dan Qadha Tuhan bukanlah sebuah paksaan. Pahala dan siksa akan didapat berdasarkan atas amal perbuatan manusia. Kalau itu sebuah paksaan, maka tidak ada pahala dan siksa, gugur pula janji dan ancaman Allah, dan tidak pujian bagi orang yang baik dan tidak ada celaan bagi orang berbuat dosa. d. Adanya paham Jabar telah mengemuka kepermukaan pada masa Bani Umayyah yang tumbuh berkembang di Syiria. Di samping adanya bibit pengaruh faham jabar yang telah muncul dari pemahaman terhadap ajaran Islam itu sendiri. Ada sebuah pandangan mengatakan bahwa aliran Jabar muncul karena adanya pengaruh dari dari pemikriran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermazhab Qurra dan agama Kristen bermazhab Yacobit. Dengan demikian, latar belakang lahirnya aliran Jabariyah dapat dibedakan kedalam dua factor, yaitu factor yang berasal dari pemahaman ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Alquran dan Sunnah, yang mempunyai paham yang mengarah kepada Jabariyah. Lebih dari itu adalah adanya pengaruh dari luar Islam yang ikut andil dalam melahirkan aliran ini. Adapun yang menjadi dasar munculnya paham ini adalah sebagai reaksi dari tiga perkara: pertama, adanya paham Qadariyah, keduanya, telalu tekstualnya pamahaman agama tanpa adanya keberanian menakwilkan dan ketiga adalah adanya aliran salaf yang ditokohi Muqatil bin Sulaiman yang berlebihan dalam menetapkan sifat-sifat Tuhan sehingga membawa kepada Tasybih. 4. Ajaran-ajaran Jabariyah Adapun ajaran-ajaran Jabariyah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ekstrim dan moderat. Pertama, aliran ekstrim. Di antara tokoh adalah Jahm bin Shofwan dengan pendapatnya adalah bahwa manusia tidak mempu untuk berbuat apa-apa. Ia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai kehendak sendiri, dan tidak mempunyai pilihan. Pendapat Jahm tentang keterpaksaan ini lebih dikenal dibandingkan dengan pendapatnya tentang surga dan neraka, konsep iman, kalam Tuhan, meniadakan sifat Tuhan, dan melihat Tuhan di akherat. Surga dan nerka tidak kekal, dan yang kekal hanya Allah. Sedangkan iman dalam pengertianya adalah ma'rifat atau membenarkan dengan hati, dan hal ini sama dengan konsep yang dikemukakan oleh kaum Murjiah. Kalam Tuhan adalah makhluk. Allah tidak mempunyai keserupaan dengan manusia seperti berbicara, mendengar, dan melihat, dan Tuhan juga tidak dapat dilihat dengan indera mata di akherat kelak. Aliran ini dikenal juga dengan nama al-Jahmiyyah atau Jabariyah Khalisah. Ja'ad bin Dirham, menjelaskan tentang ajaran pokok dari Jabariyahadalah Alquran adalah makhluk dan sesuatu yang baru dan tidak dapat disifatkan kepada Allah. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk, seperti berbicara, melihat dan mendengar. Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala hal. Dengan demikian ajaran Jabariyah yang ekstrim mengatakan bahwa manusia lemah, tidak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimilki oleh paham Qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas dari scenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Kedua, ajaran Jabariyah yang moderat adalah Tuhan menciptakan perbuatan manusia, baik itu positif atau negatif, tetapi manusia mempunyai bagian di dalamnya. Tenaga yang diciptakan dalam diri manusia mempunyai efek untuk mewujudkan perbuatannya. Manusia juga tidak dipaksa, tidak seperti wayang yang dikendalikan oleh dalang dan tidak pula menjadi pencipta perbuatan, tetapi manusia memperoleh perbuatan yang diciptakan tuhan. Tokoh yang berpaham seperti ini adalah Husain bin Muhammad an-Najjar yang mengatakan bahwa Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan-perbuatan itu dan Tuhan tidak dapat dilihat di akherat. Sedangkan adh-Dhirar (tokoh jabariayah moderat lainnya) pendapat bahwa Tuhan dapat saja dilihat dengan indera keenam dan perbuatan dapat ditimbulkan oleh dua pihak. B. ALIRAN QADARIYAH ( FREE WILL AND FREE ACT( 1. Latar Belakang Lahirnya Aliran Qadariyah Pengertian Qadariyah secara etomologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi istilah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan-perbutannya. Harun Nasution menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh Dr. Hadariansyah, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan perbuatan, mencakup semua perbuatan, yakni baik dan buruk. Sejarah lahirnya aliran Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti dan masih merupakan sebuah perdebatan. Akan tetepi menurut Ahmad Amin, ada sebagian pakar teologi yang mengatakan bahwa Qadariyahpertama kali dimunculkan oleh Ma’bad al-Jauhani dan Ghilan ad-Dimasyqi sekitar tahun 70 H/689M. Ibnu Nabatah menjelaskan dalam kitabnya, sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Amin, aliran Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh orang Irak yang pada mulanya beragama Kristen, kemudian masuk Islam dan kembali lagi ke agama Kristen. Namanya adalah Susan, demikian juga pendapat Muhammad Ibnu Syu’ib. Sementara W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain yang menyatakan bahwa paham Qadariyah terdapat dalam kitab ar-Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik oleh Hasan al-Basri sekitar tahun 700M. Ditinjau dari segi politik kehadiran mazhab Qadariyah sebagai isyarat menentang politik Bani Umayyah, karena itu kehadiran Qadariyahdalam wilayah kekuasaanya selalu mendapat tekanan, bahkan pada zaman Abdul Malik bin Marwan pengaruh Qadariyah dapat dikatakan lenyap tapi hanya untuk sementara saja, sebab dalam perkembangan selanjutnya ajaran Qadariyah itu tertampung dalam Muktazilah. 2. Ajaran-ajaran Qadariyah Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang ajaranQadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya. Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa atas segala perbuatannya. Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Karena itu sangat pantas, orang yang berbuat akan mendapatkan balasannya sesuai dengan tindakannya. Faham takdir yang dikembangkan oleh Qadariyah berbeda dengan konsep yang umum yang dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu paham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan sejak azali terhadap dirinya. Dengan demikian takdir adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya bagi alam semesta beserta seluruh isinya, sejak azali, yaitu hokum yang dalam istilah Alquran adalah sunnatullah. Secara alamiah sesungguhnya manusia telah memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam demensi fisiknya tidak dapat bebruat lain, kecuali mengikuti hokum alam. Misalnya manusia ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip seperti ikan yang mampu berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang seratus kilogram. 3. Dalil-dalil naqliy yang menjadi dasar aliran Qadariyah Dengan pemahaman seperti ini tidak ada alasan untuk menyandarkan perbuatan kepada Allah. Di antara dalil yang mereka gunakan adalah banyak ayat-ayat Alquran yang berbicara dan mendukung paham itu : •            •   •               40. Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari kami. Maka Apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.                •                  29. dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. Al-Kahfi : 29).                 •       165. dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS.Ali Imran :165)                              •          11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS.Ar-R’d :11) 4. Dalil-dalil aqliy yang dijadikan sebagai landasan kaum Qadariyah adalah: a. Jika perbuatan manusia diciptakan atau dijadikan oleh Allah swt mengapa menusia diberi pahala jika berbuat baik dan disiksa jika berbuat maksiyat dan dosa, bukankah yang membuat atau menciptakan perbuatan itu adalah Allah swt sendiri.Jika demikian halnya berarti Allah swt tidak bersikap adil terhadap manusia, sedang manusia itu sendiri adalah adalah ciptaan-Nya. b. Melihat bahwa terdapat ayat ayat al-Qur’an dan dalil-dalil aqli menjadi landasan kedua golongan tersebut, tidak mengherankan, sekalipun penganjur paham Jabariyah dan Qadariyah telah lama meninggal, akan tetapi masih terdapat di kalangan kaum muslimin. Dalam sejarah teologi Islam selanjutnya, paham Qadariyah dianut oleh kaum Muktazilah sedangkan paham Jabariyah moderat masih terdapat dalam aliran Asy’ariyah. C. Refleksi Faham Qadariyah dan Jabariyah tentang Musibah Dalam paham Jabariyah, berkaitan dengan perbuatannya, manusia digambarkan bagai kapas yang melayang di udara yang tidak memiliki sedikit pun daya untuk menentukan gerakannya yang ditentukan dan digerakkan oleh arus angin. Sedang yang berpaham Qadariyah akan menjawab, bahwa perbuatan manusia ditentukan dan dikerjakan oleh manusia, bukan Allah. Dalam paham Qadariyah, berkaitan dengan perbuatannya, manusia digambarkan sebagai berkuasa penuh untuk menentukan dan mengerjakan perbuatannya. Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga sebagai paham tradisional dan konservatif dalam Islam dan pahamQadariyah disebut juga sebagai paham rasional dan liberal dalam Islam. Kedua paham teologi Islam tersebut melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli (agama) - sesuai pemahaman masing-masing atas nash-nash agama (Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad) - dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di Indonesia, yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang berpaham Qadariyah merupakan kalangan yang terbatas atau hanya sedikit dari mereka. Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpa dan berkaitan dengan perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawat terbang. Bagi yang berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah kehendak dan perbuatan Allah. Sedang, yang berpaham Qadariyah condong mencari tahu di mana letak peranan manusia pada kecelakaan itu. Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek masing-masing. Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh Allah. Sedang, pada paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena semua peristiwa yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi. Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan sebagai makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat di dalam paham Jabariyah. Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti berkembang di dalam pahamQadariyah ketimbang Jabariyah. Dalam hal musibah gempa dan tsunami baru-baru ini, karena menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi yang berpahamJabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik "hikmat" sudah dilakukan. Sedang hikmat yang dimaksud hanya berupa pengakuan dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi dosa-dosa. Sedang bagi yang berpaham Qadariyah, meski gempa dan tsunami tidak secara langsung menunjuk perbuatan manusia, namun mengajukan pertanyaan yang harus dijawab : adakah andil manusia di dalam "mengganggu" ekosistem kehidupan yang menyebabkan alam "marah" dalam bentuk gempa dan tsunami? Untuk itu, paham Qadariyah membenarkan suatu investigasi (pencaritahuan), misalnya, dengan memotret lewat satelit kawasan yang dilanda musibah. BABIII PENUTUP A. KESIMPULAN Menurut penulis solusi terhadap pandangan aliran Jabariyah danQodariyah yaitu bahwa manusia benar-benar memiliki kebebasan berkehendak dan karenanya ia akan dimintai pertanggungjawaban atas keputusannya, meskipun demikian keputusan tersebut pada dasarnya merupakan pemenuhan takdir (ketentuan) yang telah ditentukan. Dengan kata lain, kebebasan berkehendak manusia tidak dapat tercapai tanpa campur tangan Allah SWT, seperti seseorang yang ingin membuat meja, kursi atau jendela tidak akan tercapai tanpa adanya kayu sementara kayu tersebut yang membuat adalah Allah SWT. Dalam masalah Iman dan Kufur ajaran Jabariyah yang begitu lemah tetap bisa diberlakukan secara temporal, terutama dalam langkah awal menyampaikan dakwah Islam sehingga dapat merangkul berbagai golongan Islam yang masih memerlukan pengayoman. Di samping itu pendapat-pendapat Jabariyah sebenarnya didasarkan karena kuatnya iman terhadap qudrot dan irodat Allah SWT, ditambah pula dengan sifat wahdaniat-Nya. Sementara bagi Qodariyah manusia adalah pelaku kebaikan dan juga keburukan, keimanan dan juga kekufuran, ketaatan dan juga ketidaktaatan. Dari keterangan ajaran-ajaran Jabariyah dan Qodariyahtersebut di atas yang terpenting harus kita pahami bahwa mereka (Jabariyah dan Qodariyah) mengemukakan alasan-alasan dan dalil-dalil serta pendapat yang demikian itu dengan maksud untuk menghindarkan diri dari bahaya yang akan menjerumuskan mereka ke dalam kesesatan beragama dan mencapai kemuliaan dan kesucian Allah SWT dengan sesempurna-sempurnanya. Penghindaran itu pun tidak mutlak dan tidak selama-lamanya, bahkan jika dirasanya akan berbahaya pula, mereka pun tentu akan mencari jalan dan dalil-dalil lain yang lebih tepat. Demikian makalah dari kami yang berjudul “Jabariyah dan Qodariyah” kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Sebagai penutup dalam makalah ini. Kedua aliran, baik Qadariyah ataupun Jabariyah nampaknya memperlihatkan paham yang saling bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Quran. Hal ini menunjukkan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam Islam. B. Saran Dan Kritik Dalam makalah ini tentunya banyak kesalahan dan kekurangan, baik dalam segi penulisan dan pemilihan kata-kata. Maka kami sebagai manusia biasa meminta kepada para pembaca agar tidak segan-segan memberikan saran dan kritik yang tentunya bisa menambah kemajuan kami dalam hal menuntut ilmu. DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2 Asmuni, Yusran, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996) Daudy, Ahmad, Kuliah Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997) Hadariansyah, AB, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam, (Banjarmasin: Antasari Press, 2008) Maghfur, Muhammad, Koreksi atas Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: al-Izzah, 2002) Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI-Press, 1986), cet ke-5 an-Nasyar, Ali Syami, Nasy'at al-Fikr al-Falsafi fi al-Islam, (Cairo: Dar al-Ma'arif, 1977) Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998) al-Qaththan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Alqur'an, diterjemahkan dari "Mabahits fi Ulum al-Qur'an. (Jakarta: Litera AntarNusa, 2004) asy-Syahrastani, Muhammad ibn Abd al-Karim, al-Milal wa an-Nihal, (Beirut-Libanon: Dar al-Kurub al-'Ilmiyah, t.th) Tim, Enseklopedi Islam, "Jabariyah" (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997) http://www.surgamakalah.com/2011/10/dalil-naqli-dan-aqli-landasan-jabariyah.html

MAKALAH PEMIKIRAN AHLU HADITS DAN AHLU RA’YU

PEMIKIRAN AHLU HADITS DAN AHLU RA’YU I. Pendahuluan Syariat hukum islam (fiqh) merupakan hasil karya fuqoha yang menyangkut kemaslahatan masyarakat. Fiqih diamblkan dari sumber-sumber yang masih global, yang masih membutuhkan penjabaran nash yang masih global ketika dikaitkan dengan kemaslahatan membutuhkan kesungguhan dalam memutuskan suatu hukum yang kita kenal dengan istilah ijtihad. Dari ijtihad tersebut kita akan mengetahui orang-orang yang melakukannya, sekaligus sejarah terbentuknya fiqih tersebut. Perkembangan fiqih baru menemui titik keemasannya ketika kedaulatan islam berpindah tangan dari tambuk kepemimpinan umayyah ketangan abbasiyah. Fiqih tesebut merupakan jelmaan dari syariat yang mengalami metemorfiosis dari nash yang utuh menjadi sebuah fatwa-fatwa yang nantinya bisa jadi pedoman untuk memecahkan permasalahan yang disesuaikan dengan problematika yang ada sesuai dengan daerahnya masing-masing. II. Rumusan Masalah Dalam makalah ini, pemakalah akan membahas mengenai pemikiran ahlul Hadits dan Ahlu Ra’yu, meliputi: A. Pengertian Ahlu Hadits Dan Ahlu Ra’yu B. Tokoh-Tokoh Ahlu Hadits dan Ahlu Ra’yu C. Faktor-Faktor Yang Mendasari Ahlu Hadits Dan Ahlu Ra`yu D. Perbedaan yang ada antara ahlu hadits dan ahlu ra`yu III. Pembahasan A. Pengertian Ahlu Hadits dan Ahlu Ra’yu 1. Ahlu Hadits Banyak ulama yang telah menyebutkan definisi Ahlul Hadits. Mungkin bisa dikumpulkan dan disimpulkan sebagai berikut : “Ahlul Hadits adalah mereka yang mempunyai perhatian terhadap hadits baik riwayat maupun dirayah, mereka bersungguh-sungguh dalam mempelajari hadits-hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan menyampaikannya serta mengamalkannya, mereka iltizam (komitmen) dengan As-Sunnah, menjauhi bid’ah dan ahli bid’ah serta sangat berbeda dengan para pengikut hawa nafsu yang mendahulukan perkataan manusia di atas perkataan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan mendahulukan akal-akal mereka yang rusak yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah”. Diantara keutamaan Ahlu Hadits yang disebutkan oleh Ulama : a. Ahlul hadits adalah al-Firqoh an-Najiyah (golongan yang selamat) dan Ath Thoifah Al Manshuroh (kelompok yang menang/ ditolong). Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah berkata tentang Al Firqoh An Najiyah (golongan yang selamat) dan Ath Thoifah Al Manshuroh (kelompok yang menang/ ditolong) : “Jika mereka bukan Ahlul Hadits maka aku tidak tahu siapa mereka”. Hal yang sama dikatakan pula oleh Yazid bin Harun, Abdullah bin Mubarak, Ahmad bin Sinan, Ali bin Al Madini, Imam Al Bukhari, dan lain-lain Rahimahumullahu ajmain. b. Ahlul Hadits adalah pemelihara ad-Dien dan pembela sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Sufyan Ats Tsaury Rahimahullah berkata: “Para Malaikat adalah penjaga-penjaga langit dan Ashabul Hadits adalah penjaga-penjaga bumi ”. Abu Dawud Rahimahullah menegaskan : “Seandainya bukan kelompok ini (para Ashabul Hadits yang menulis hadits-hadits) maka sungguh Islam akan hilang ”. c. Ahlul/Ashabul Hadits adalah pewaris harta warisan dan berbagai hikmah yang ditinggalkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. d. Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata: “Jika saya melihat salah seorang dari Ashabul Hadits maka seakan-akan saya melihat salah seorang dari shahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.” Dalam riwayat lain beliau berkata : “…..seakan-akan saya melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam masih hidup”. e. Ahlul/Ashhabul Hadits adalah manusia yang terbaik: • Abu Bakr bin ‘Ayyasy Rahimahullah mengatakan: “Tidak ada satu kaum pun yang lebih baik dari Ashhabul hadits.” • Kata Imam Ahmad Rahimahullah : “Tidak ada satu kaum pun menurut saya lebih baik dari Ahli Hadits, mereka tidak mengetahui kecuali hadits dan mereka yang paling afdhal berbicara tentang ilmu (Ad Dien) ”. Hal yang serupa dikatakan pula oleh Al Auza’iy Rahimahullah. • Al-Haq (Kebenaran) senantiasa menyertai Ashhabil hadits Harun Ar Rasyid Rahimahullah menyatakan: “Saya mencari empat hal lalu saya mendapatkannya pada empat kelompok : Saya mencari kekufuran maka saya mendapatkannya pada Jahmiyah, saya mencari Ilmu Kalam dan perdebatan maka saya mendapatkannya pada Mu’tazilah, saya mencari kedustaan maka saya mendapatkannya pada Rafidhah dan saya mencari Al Haq (kebenaran) maka saya mendapatkannya bersama Ashabul Hadits.” • Ahlul Hadits adalah para wali Allah Jalla jalaluhu. Yazid bin Harun Rahimahullah mengatakan: “Seandainya Ashabul Hadits bukan para hamba dan wali Allah Subhanahu Wata’ala maka saya tidak mengetahui siapa lagi hamba-hamba dan wali-wali Allah Subhanahu Wata’ala.” Hal yang serupa dikatakan pula oleh Sufyan Ats Tsaury Rahimahullah dan Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah. 2. Ahlu Ra’yu Menurut bahasa Ar-Ra•yu artinya, pemahaman dan akal budi. Manusia dikaruniai Allah dengan diberikan akal budi, karena hanya satu-satunya makhluk yang mempunyai akal. Dengan akal itulah manusia wajib berpikir tentang segala sesuatu, termasuk berpikir tentang persoalan hukum yang tidak terdapat dalam nas Al Qur•an dan As Sunnah. Aliran Ra’yu adalah mereka para fuqaha’ Irak yang dalam metode ijtihadnya banyak dipengaruhi oleh metode berfikir sahabat Umar bin Khattab dan Abdullah bin Mas’ud yang keduanya terkenal sebagai sahabat yang banyak menggunakan ra’yu sebagai dasar penentuan hukum syariat. B. Tokoh-Tokoh Ahlu Hadits dan Ahlu Ra’yu Perintis jejak pertama yang mengenakan mahkota fuqaha ahlu Hadits adalah para sahabat Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam. Yang paling masyhur dari mereka antara lain: 1. Khalifah yang empat (Radhiyallahu ‘anhum) : Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib 2. Al-Abadillah (Radhiyallahu ‘anhum) : Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubair, Ibnu Amr, Ibnu Mas’ud, Aisyah, Ummu Salamah, Zainab, Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, mAbu Hurairah, Jabir bin Abdillah, Abu Said Al-Khudri, Mu’adz bin Jabal 3. Setelah sahabat Rasulullah adalah para tokoh tabi’in Rahimahumullah antara lain: • Said bin Al-Musayyib wafat 90 H, Urwah bin Az-Zubair wafat 94 H, Ali bin Al-Husain Zainal Abidin wafat 93 H, Muhammad bin Al-Hanafiyah wafat 80 H, Ubaidullah bin Abdillah bin Utbah bin Mas’ud wafat 94 H atau setelahnya, Salim bin Abdullah bin Umar wafat 106 H, Al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr Ash¬ Shiddiq wafat 106 H, Al-Hasan Al-Bashri wafat 110 H, Muhammad bin Sirin wafat 110 H, Umar bin Abdul Aziz wafat 101 H, Muhammad bin Syihab Az-Zuhri wafat 125 H 4. Kemudian tabi’ut tabi’in dan tokoh mereka Rahimahumullah : Malik bin Anas wafat 179 H, Al-Auza’i wafat 157 H, Sufyan bin Said Ats-Tsauri wafat 161 H, Sufyan bin Uyainah wafat 193 H, Ismail bin Aliyah wafat 193 H, Al-Laits bin Sa’ad wafat 175 H, Abu Hanifah An-Nu’man wafat 150 H 5. Kemudian pengikut mereka di antara tokoh mereka Rahimahumullah: Abdullah bin Al-Mubarak wafat 181 H, Waki’ bin Al-Jarrah wafat 197 H, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I wafat 204 H, Abdurrahman bin Mahdi wafat 198 H, Yahya bin Said Al-Qathan wafat 198 H, Affan bin Muslim wafat 219 H 6. Kemudian murid-murid mereka yang berjalan di atas manhaj mereka di antaranya (Rahimahumullah) : Ahmad bin Hambal wafat 241 H, Yahya bin Ma’in wafat 233 H, Ali bin Al-Madini wafat 234 H 7. Kemudian murid-murid mereka di antaranya (Rahimahumullah) : Al-Bukhari wafat 256 H, Muslim wafat 271 H, Abu Hatim wafat 277 H, Abu Zur’ah wafat 264 H, Abu Dawud : wafat 275 H, At-Turmudzi wafat 279 H wafat 303 H, An Nasa’i wafat 234 H 8. Kemudian orang-orang yang berjalan di atas jalan mereka dari generasi ke generasi antara lain (Rahimahumullah): Ibnu Jarir wafat 310 H, Ibnu Khuzaimah wafat 311 H, Ad-Daruquthni wafat 385 H, Ath-Thahawi wafat 321 H, Al-Ajurri wafat 360 H, Ibnu Baththah wafat 387 H, Ibnu Abu Zamanain wafat 399 H, Al-Hakim An-Naisaburi wafat 405 H, Al-Lalika’i wafat 416 H, Al-Baihaqi wafat 458 H, Ibnu Abdil Bar wafat 463 H, Al-Khathib Al-Baghdadi wafat 463 H, AI-Baghawi wafat 516 H, Ibnu Qudamah wafat 620 H 9. Di antara murid mereka dan orang meniti jejak mereka (Rahimahumullah) : Ibnu Abi Syamah wafat 665 H, Majduddin lbnu Taimiyah wafat 652 H, Ibnu Daqiq Al-led wafat 702 1-1, Ibnu Ash-Shalah wafat 643 H, Ibnu Taimiyah wafat 728 H, Al-Mizzi wafat 742 H, Ibnu Abdul Hadi wafat 744 H, Adz-Dzahabi wafat 748 H, Ibnul Qayyim wafat 751 H, Ibnu Katsir wafat 774 H, Asy-Syathibi wafat 790 H, Ibnu Rajab wafat 795 H 10.Ulama setelah mereka yang mengikut jejak mereka di dalam berpegang dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah sampai hari ini. Di antara mereka (Rahimahumullah) : Ash-Shan’ani wafat 1182 H, Muhammad bin Abdul Wahhab wafat 1206 H, Al-Luknawi wafat 1304 H, Muhammad Shiddiq Hasan Khan wafat 1307 H, Syamsul Haq Al-Azhim wafat 1349 H, Al-Mubarakfuri wafat 1353 H, Abdurrahman As-Sa`di wafat 1367 H, Ahmad Syakir wafat 1377 H, Al-Mu’allimi Al-Yamani wafat 1386 H, Muhammad bin Ibrahim Alu Asy-Syaikh wafat 1389 H, Muhammad Amin Asy-Syinqithi wafat 1393 H, Badi’uddin As-Sindi wafat 1416 H, Muhammad Nashiruddin Al-Albani wafat 1420 H, Abdul Aziz bin Abdillah Baz wafat 1420 H, Hammad Al-Anshari wafat 1418 H, Hamud At-Tuwaijiri wafat 1413 H, Muhammad Al-Jami wafat 1416 H, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin wafat 1423 H, Shalih bin Fauzan Al-Fauzan (h), Abdul Muhsin Al-Abbad (h), Rabi’ bin Hadi Al-Madkhali (h), Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i wafat 1423 H Sedangkan Ahlu Ra’yu diantaranya: Mujtahid Irak, yakni Abu Hanifah dan sahabat-sahabatnya, berhujjah dengan hadis- hadis mutawatir dan masyhur, serta merajihkan hadits-hadits yang diriwayatkan oleh perawi-perawi yang terpercaya dari kalangan ahli fiqih. Salah satu Konsep yang di utarakan oleh hanifah bahwa beliau tidak harus menerima rumusan hukum dari para tabi’in atau dari muridnya sahabat, dia memandang bahwa dirinya setara dengan para tabi’in dan melakukan atau menetapkan hukum dengan qiyasnya sendiri Mujtahid Madinah yakni Imam Malik dan sahabat-sahabatnya merajihkan apa yang menjadi pendapat penduduk madinah dan meninggalakan semua hadits Ahad yang berbeda dengannya sementara mujtahid yang lain berhujjah denaan segala macam hadis yang diriwayatkan oleh perawi-perawi yang adil dan terpercaya, baik dari kalangan ahli fiqih atau yang lainnya. Imam Malik adalah seorang tokok dihijas dalam segala hal, baik fiqh, al-quran dan hadist, Imam Malik tumbuh besar dikalangan ulama Ahlu Hadits C. Faktor-Faktor Yang Mendasari Ahlu Hadits Dan Ahlu Ra`yu Munculnya dua fakultas atau aliran tersebut (Ahlu Hadits dan Ahlu Ra`yu) lebih disebabkan adanya desakan-desakan warisan struktural dan kultural sekaligus. Dimensi struktural yang mengakibatkan lahirnya dua aliran yaitu (M Ali Hasan, 1996: 163) 1) Pengaruh metodologi para sahabat Metodologi yang dipakai oleh Ahlu hadits adalah sikap mereka yang mempertahankan ketentuan nash yang dhohiriyah sekalipun, tidak mau melakuakan intervensi terhadap hadits atau nash kecuali dalam keadaaan terdesak. Mereka tidak menghendaki rasionalisasi hukum. Adapun orang-orang yang termasuk ahlu hadits yaitu Zubair, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Amr bin Ash. Sedangkan metodologi yang dipakai oleh Ahlu Ra`yu adalah rasio (pemikiran) yang dipelopori oleh Ibnu Mas`ud. Dia sangat terpengaruh oleh pemikiran Umar bin Khattab. Ibnu Mas`ud sangat menagagumi kecemerlangan pemikiran Umar, sebagaimana janji dia yang akan tetap membela Umar walaupun semua orang di bumi menentangnya. Ibnu Mas`ud berkata: “jika semua orang memilih jalan dan Umar memilih jalan yang lain niscaya saya akan memilih jalan Umar.”(Abdullah Fatah,1981:240) 2) Irak notabene wilayahnya merupakan wilayah yang sering terjadi konflik, banyak munculnya penyelewengan hadits dan kebohongan periwayatannya, sedangkan di Hijaz dan Madinah masih banyak hadits dan fatwa sahabat, sehingga mereka tidak perlu melakukan ijtihad dan menggunakan rasio. Berikut adalah faktor-faktor penyebab kemunculan aliran Ahlu Hadits, diantaranya: komitmen para Ulama Madinah terhadap sunnah dan tidak mengambil logika (Ra’yu) yang kemudian melahirkan madrasah Ahlu hadits disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut: a. Banyaknya para sahabat yang menghafal hadits Rasulullah SAW di Madinah dikarenakan yang menetap di kota ini ternyata lebih banyak daripada yang berhijrah ke negeri orang lain. Dengan demikian sangat mudah untuk mendapat hadits Nabi SAW. Di negeri Hijaz selain disitu juga menetapkannya tiga khalifah yang menjadikan Madinah sebagai pusat pemerintahan, fatwa dan qhada mereka sangat terkenal, mereka juga bebas dari fitnah khawarij dan syiah, serta kelompok radikal. Oleh sebab itu, tidak ada pemalsuan hadits di kota Madinah yang kemudian di nisbatkan kepada Rasulullah SAW. Semua ini memudahkan mereka untuk menguasai hadits sehingga tidak perlu mengambil pendapat pribadi. b. Sedikitnya problematika yang muncul, karena syariat turun di negeri ini selama 23 tahun sehingga semua bisa diberikan corak islam yang murni. c. Para Tabi’in yang ikut dengan gaya guru-gurunya dari kalangan sahabat seperti Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, dan Aisyah. Mereka ini sangat terkenal berkomitmen tinggi dengan sunnah dan tidak memakai pendapat pribadi. Dimensi kultural yang mengakibatkan lahirnya dua aliran adalah: a) Irak jauh dari bumi Nabi dan hadits, irak merupakan negara yang terbuka untuk semua kebudayaan dan peradaban lain. Dengan adanya alasan tersebut maka para fuqoha yang dihadapkan pada problematika permasalahan hukum dituntut untuk menyelesaikannya secara cepat, maka secara terpaksa mereka mengerahkan kemampuan yang mereka miliki dengan pemilahan mereka sendiri yang dasarnya bersumber pada al-Qur`an dan hadits. Dengan selalu menggunakan rasionya fuqoha Irak mendapatkan keistimewaan sendiri, yaitu mereka bisa memprediksikan suatu peristiwa yang akan terjadi sekaliagus menetapkan hukumnya. Contohnya pada zaman itu belum ada yang namanya memindah anggota tubuh (diantaranya cangkok paru-paru atau yang lainnya) tapi mereka suadah memberikan rambu-rambu hukum tentang permasalahan tersebut. b) Madinah dan Hijaz adalah gudang ilmu Islam, disana banayak para ulama. Madinah dan Hijaz juga suasana wilayahnya sama seperti pada masa Nabi SAW. Jadi untuk mengatasinya permasalahan cukup permasalahan dengan mengandalkan literatur Al qur`an dan hadis serta ijma` sahabat. (Ahmad Hanafi.1986: 205) D. Perbedaan yang ada antara Ahlu Hadits dan Ahlu Ra`yu Masing-masing dari kedua madzhab fiqh tersebut mempunyai pandangan yang berbeda dalam metode penggalian hukum. Meskipun demikian kedua belah pihak sepakat bahwa sumber hukum utama adalah al-Kitab dan al-Sunah. Semua hukum yang bertentangan dengan kedua sumber tersebut wajib ditolak dan tidak diamalkan. Dengan adanya perbedaan faktor yang memunculkan dua alirannya tersebut diatas, maka dalam memutuskan hukumnya akan sangat berbeda. Akan tetapi pada dasarnya tidak berarti bahwa fuqoha Irak tidak mangguanakan hadits dalam pembentukan hukum, dan juga tidak berarti bahwa fuqoha hijaz tidak berijtihad dan menggunakan ra`yu karena kedua kelompok ini Rahimmahumullah pada dasarnya sepakat bahwa hadits adalah hujjah Syar`iyyah yang menentukan dan ijtihad dengan Ra`yu yakni dengan Qiyas, adalah juga hujjah syar’iyyah bagi hal-hal yang tidak ada nashnya. Contoh perbedaan pendapat ahlu hadits dan ahlu ra`yu: a. Kasus: zakat 40 ekor kambing adalah 1 ekor kambing: - Pendapat Ahlu Hadits (fuqoha Hijaz) : harus membayar zakatnya dengan wujud 1 ekor kambing sesuai yang diterangka hadits dan dianggap belum menjalankan kewajiban apabial dibayar dengan harga yang senilai. - Pendapat Ahlu Ra’yu (Fuquha Irak) : muzakki wajib membayar zakatnya itu dengan 1 ekor kambing atau dengan harga yang senilai dengan seekor kambing. b. Kasus: zakat fitrah itu 1 sha` tamar (kurma) atau syair (gandum) - Pendapat Ahlu Hadits (fuqoha Hijaz) : harus membayar zakatnya dengan 1 sha` tamar sesuai yang diterangkan hadis dn dianggap belum menjalankan kewajiban apabiala dibayar dengan harga yang senilai. - Pendapat Ahlu Ra`yu (fuqoha Irak) : muzakki wajib membayar zakat fitrah itu dengan 1 sha` tamar atau denagn haraga senilai 1 sha` tamar tersebut. c. Mengembalikan kambing yang terlanjur diperas air susunya harus dikembalikan dengan 1 sha` tamar. - Pendapat Ahlu Hadits (fuquha Hijaz): harus menggantinya dengan membayar 1 sha` tamar sesuai yang diterangka hadis dan dianggap belum menjalankan kewajiban apabila dibayar dengan harga yang senilai. - Pendapat Ahlu Ra`yu (fuqoha Irak) : menggantinya dengan harga yang senilai dengan ukuran air susu yang diperas berati telah menunaikan kewajiban. Dari contoh diatas kita dapat mengetahui ahli hadis dari nash-nash ini menurut apa yang ditunjuk oleh ibarat-ibaratnya secara lahiri, dan mereka tidak membahas illat tasyrik (sebab disyariatkan). Sedangkan ahli ra`yi memahami nas-nash tersebut menurut maknanya dan maksud disyariatkan oleh sang pembuat syariat, Allah SWT. Sebab terpenting yang membawa ikhtilaf dua pengaruh kelompok tersebut adalah: 1. Realita yang dihadapi ahlu hadits a. Memiliki kekayaan atsar-atsar (hadits dan fatwa sahabat)yang dapat digunakan dalam membentuk hukum-hukum dn dijadikan sandaran. b. Menghadapi realita masyarakat yang cenderung homogen tanpa terjadinya hal-hal yang berpengaruh pada sumber-sumber tasyrik. c. Muamalat. Aturan, dan tata tertib yang berada di Hijaz sangat dipengaruhi oleh generasi-generasi Islam yang memang tinggal di daerah tersebut. 2. Realita yang dihadapi Ahlu Ra`yu a. Tidak memiliki kekayaan atsar sehingga berpegangan atas akal mereka, berijtihad memahami untuk memahami ma`kulnya nash dan sebab-sebab pembentukan hukum. Dalam hal ini mereka mengikuti guru mereka Abdullah Ibnu Mas`ud ra. b. Menghadapi realita terjadinya fitnah yang membawa pada pemalsuan dan pengubahan hadits-hadits. Karenanya mereka sangat hati-hati dalam menerima riwayat hadits. Mereka menetapakan bahwa hadits haruslah masyhur dikalangan fuqoha`. c. Kekuasaan Persia banyak meninggalkan aneka ragam bentuk muamalat dan adat istiadat, serta aturan tata tertib, maka lapangan ijtihad menjadi demikian luas di Irak. Para ulama bisa melakukan pembahasan dan menuangkan pemikiran. IV. Kesimpulan Ahlu hadits yang termasuk kedalam kelompok ini adalah ulama hijaz, mereka mencurahkan diri untuk menghafal hadits dan fatwa-fatwa sahabat. kemudian mengalahkan pembentukan hukum atas dasar pemahaman terhadap hadits-hadits dan fatwa-fatwa tersebut. Mereka menjauhi larangan berijtihad dengan pendapat dan tidak menggunakannya kecuali dalam keadaan yang sangat darurat. Ahlu Ra’yu termasuk dalam kelompok ini adalah mujtahid-mujtahid Irak. Mereka memiliki pandangan yang jauh tentang maksud-maksud syari’at. Mereka tidak mau menjauhi pendapat kerena pertimbangan keluasan Ijtihad, dan mereka menjadikan pendapat sebagai lapangan luas dalam sebagian besar pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan pembentukan hukum dll. faktor-faktor yang mendasari ahlu hadits dan ahlu ra`yu: a. Pengaruh metodologi para sahabat. b. Irak notabene wilayahnya merupakan wilayah yang sering terjadi konflik Perbedaan yang ada antara ahli hadis dan ahli ra`yu. adanya perbedaan faktor yang memunculkan dua alirannya tersebut maka dalam memutuskan hukumnya akan sangat berbeda akan tetapi pada dasarnya tidak berarti bahwa fuquha Irak tidak mangguanakan hadis adalam pembentukan hukum, dan juga tidak berarti bahwa fuqoha Hijaz tidak berijtihad dan menggunakan Ra`yu karena kedua kelompok ini Rahimmahumullah pada dasarnya sepakat bahwa hadis adalah hujjah syar`iyyah yang menentukan dan ijtihad dengan Ra`yu yakni dengan Qiyas, adalah juga hujjah syariyyah bagi hal-hal yang tidak ada nashnya. V. Penutup Alhamdulillah wa syukurillah... makalah ini dapat terselesaikan. kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam referensi maupun penulisannya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan pemakalah pada khususnya. Amiiin....... DAFTAR PUSTAKA Al-Jamal, Hasan. 2003. Biografi 10 imam Besar. Jakarta: Pustaka Al-Kaustar. Khalil, Rasyad Hanan. Tarikh Tasyri’ al-islamiy. alih bahasa: Nadirsyah Hawari. 2009. Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam. Jakarta: Azmah. Ma’shum Zein, Muhammad. 2008. Arus pemikiran Empat Mazdhab Studi Analisis Istinbath Para Fuqaha. Jombang: darul Hikmah. Supriyadi, Dedi. 2007. Sejarah Hukum Islam Dari Kawasan Jazirah Arab Sampai Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Billah philip, Abu Ameanah. 2005. Asal-Usul dan Perkembangan Fiqh. (Bandung: Nusa Media. http://www.wahdah.or.id/wis/index.php?option=com_content&task=view&id=174&Itemid=138 http://mutiarahadits.wordpress.com/2009/02/05/siapakah-ahlul-hadits-atau-ashabul-hadits-itu/#more-8 diakses tanggal 18 Februari 2012 pukul 12:12 WIB http://alif-belajar.blogspot.com/2011/09/para-ulama-ahlul-hadits.html http://najiyah1400h.wordpress.com/2008/06/13/mengenal-tokoh-tokoh-ahlul-hadits/ http://www.scribd.com/doc/69195964/Definisi-Ar-Ra-Yu http://wwwaninovianablogspotcom.blogspot.com/2010/12/tasyri-periode-ahli-hadits-dan-rayi.html?showComment=1329671807002#c8350557021405519139

Makalah Ijtihad para Sahabat Rosul

PENDAHULUAN Di masa Nabi, wilayah kekuasaan Islam meliputi semenanjung Arabia. Tetapi sepeninggalnya, wilayah itu lambat laun menjadi semakin luas. Di tahun 14 H, Islam menguasai Damaskus, di tahun 17 H, Syam dan Irak dikuasai orang Islam seluruhnya, hingga sampai di Persia pada tahun 21 H, di tahun 56 H Samarkand dikuasai Islam, dan tahun 93 H Islam masuk Andalusia. Meluasnya wilayah kekuasaan Islam beriringan dengan munculnya persoalan baru di kalangan Islam, sementara petunjuk praktis keagamaan terbatas jumlahnya. Konsekuensi lain dari perluasan wilayah Islam adalah bercampurnya orang-orang Arab dengan yang lain. Sebagian mereka ada yang memeluk Islam dan sebagian lagi tetap pada agamanya. Ini suatu perkembangan yang belum muncul di zaman Nabi sehingga dibutuhkan suatu aturan baru yang mengatur hubungan orang-orang muslim dengan non muslim. Dalam menjawab persoalan yang baru, para sahabat terlebih dahulu merujuk ke Alquran. Bila tidak ada di sana mereka berpindah ke al-Hadis. Dengan demikian sumber hukum Islam dimasa ini adalah Alquran dan sunnah Nabi.Berdasarkan kedua sumber itulah para khalifah dan sahabat berijtihad dengan menggunakan akal pikiran. Di masa Abu Bakar, para sahabat menetapkan sesuatu hukum dalam tasyri, yang dihadiri oleh para sahabat besar. Hukum yang dikeluarkan oleh majelis itu disebut ijma’. Umar juga bertindak demikian. Kebanyakan hukum yang diijma para sahabat adalah terjadi pada masa ini. Sesudah para sahabat besar berpindah ke berbagai kota, maka khalifah menghadapi kesukaran untuk mengumpulkan para ahli. Maka mulailah para sahabat ahli hukum menetapkan hukum secara sendiri-sendiri, timbullah ijtihad fardin. Dan tiap-tiap kota terdapat para sahabat yang memberikan fatwa dan menafsirkan nash. Lantaran ini, terjadilah perselisihan-perselisihan faham diantara mereka dalam menetapkan hukum itu. Berdasar pada uraian di atas, maka makalah ini akan membahas bagaimana bisa terjadi perbedaan paham para sahabat dalam hal ijtihad. PEMBAHASAN DIFINISI IJTIHAD Ijtihad menurut bahasa berasal dari kata جهد artinya: mencurahkan segala kemampuan atau “menanggung beban kesulitan”. Bentuk kata yang mengikuti wazan; Ifti’al (إفتعال) menunjukkan arti: “berlebih” (Mubalaghah) dalam perbuatan. Karena itu kata “Ikatasaba” (إكتسب) mempunyai arti “lebih” dari kata “kasaba” (كسب) . Arti ijtihad menurut bahasa adalah: mencurahkan semua kemampuan dalam segala perbuatan. Kata ijtihad ini tidak dipergunakan kecuali pada hal-hal yang mengandung kesulitan dan memerlukan banyak tenaga. Seperti kalimat : “إجتهد فى حمل حجر الرّخا” : “Dia bersungguh-sungguh mencurahkan tenaga untuk mengangkat batu penggilingan itu”. Al-Ghazali mengatakan bahwa: Ijtihad ialah pencurahan segala daya usaha dan penumpahan segala kekuatan untuk menghasilkan sesuatu yang berat atau sulit. Menurut istilah, para ahli Ushul Fiqhi memberikan banyak definisi yang berbeda-beda. Berangkali definisi ijtihad lebih dekat dengan maksud ijtihad tersebut adalah definisi yang diberikan oleh Imam Asy-Syaukani adalah: بدل الوسع فى نبل حكم شر عيّ عمليّ بطريقة ألأستنباطز “mencurahkan kemampuan guna mendapatkan hukum syara’ yang bersifat operasional dengan cara istimbat (mengambil kesimpilan hukum).” Imam al-Amidi mendefinisikan ijtihad sebagai berikut : إستفراغ الوسع فى طلب الظنّ يشى‘ من الأ حكام الشرعيّة على وجه يحس العجزيذ عليه. “Mencurahkan semua kemampuan untuk mencari hukum syara’ yang bersifat dhanni, sampai merasa dirinya tidak mampu untuk mencari kemampuannya itu’’ Khudhari Bek memberikan pengertian bahwa ijtihad adalah mengerahkan kesungguhan dalam hukum syara’ dari apa yang dianggap syari’. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang dimaksudkan dengan ijtihad adalah mencurahkan tenaga (pikiran) untuk menemukan hukum syara’ (agama) melalui salah satu dalil syara’ dan dengan cara-cara tertentu. IJTIHAD SAHABAT Sejarah mencatat bahwa tanggapan sahabat-sahabat terhadap berbagai permasalahan yang timbul menunjukkan adanya keragaman dan perbedaan. Bagi ulama-ulama yang berpandangan luas, adanya perbedaan-perbedaan sahabat itu dinilai sebagai suatu rahmat bagi umat. Imam al-Syaukani dalam al-I’tisham, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahra, mengatakan bahwa “keragaman pendapat sahabat-sahabat adalah menjadi rahmat bagi umat”. Senada dengan itu diriwayatkan bahwa Umar Ibn Abd al-Azis berkata: sama sekali aku tidak suka seandainya para sahabat Rasulullah tidak berbeda pendapat. Karena sekiranya hanya ada satu pendapat, sesungguhnya manusia akan berbeda dalam kesulitan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pendapat para sahabat, untuk menampakkan sebab-sebab perbedaan pendapat mereka. 1. Dimaklumi bahwa Alquran melarang seorang wanita yang bercerai, menikah dengan pria lain sebelum habis masa iddahnya. Di masa Umar r.a. terdapat kasus, seorang janda melanggar aturan ini, menikah dengan pria lain ketika masa iddahnya belum habis. Sebagai pemegang otoritas, Umar menjatuhkan hukuman terhadap kedua orang ini dan memutuskan tali perkawinan ini mereka. Kemudian Umar r.a. berkata: “Perempuan manapun yang dinikahkan pada masa iddahnya, jika suami yang memperistrikannya sempat dukhul maka keduanya diceraikannya dan perempuan itu beriddah dengan sisa iddahnya dari suami yang pertama kemudian laki-laki itu melamar seperti pelamar-pelamar lain. Bila terlanjur dukhul maka keduanya diceraikan kemudian perempuan itu beriddah dengan sisa iddah suami kedua, kemudian laki-laki itu tidak boleh mengawininya selama-lamanya.” Ali berkata “jika isteri telah habis iddahnya dari suami yang pertama, maka orang lain jika mau boleh memperistrikannya”. Keduanya berbeda pendapat dalam mengekalkan haramnya nikah atas suami yang kedua setelah dukhul dengan perempuan yang sedang beriddah. Tentang kasus semacam ini tidak terdapat di dalam Alquran maupun as-Sunnah. Ali r.a. dalam menjawab masalah ini berpegang pada prinsip umum, tidak ada larangan abadi. Maka cukuplah diberikan hukuman fisik dari perceraian, serta iddah ganda. Sementara Umar r.a. dalam mengambil sikap keras itu karena menutup pintu kesalahan yang sama bagi orang lain. 2. Abu Bakar tidak memberikan warisan kepada saudara-saudara kakek. Adapun Umar memberikan bagian mereka. Abu Bakar menjadikan kakek sebagai ayah dan saudara tidak mewaris bersama ayah, berdasarkan nash dan Umar tidak menjadikannya demikian, dan Zaid bin Tsabit sependapat dengan ini. 3. Ibnu Mas’ud berfatwa dan Umar bin Khattab menyetujuinya bahwa: wanita yang dicerai, tidak haidnya yang ketiga. Zaid bin Tsabit berfatwa, bahwa: wanita itu keluar dari iddahnya kapan saja ia masuk dalam haid yang ketiga. Tempat timbulnya perbedaan adalah perbedaan mereka dalam kata quru’, apakah quru’ itu berarti suci sebagaimana dipahamkan oleh Zaid bin Tsabit dan orang lain apakah quru’ itu haid, sebagaimana dipahamkan oleh Ibnu Mas’ud. 4. Umar bin Khattab berfatwa bahwa: wanita yang dicerai putus (Thalak Bain) itu, mendapat nafkah dan tempat tinggal. Ketika sampai pada hadis Fathimah binti Qais bahwasanya Rasulullah tidak memberikan nafkah dan tidak pula tempat tinggal baginya setelah perceraian yang ketiga, maka ia berkata: kita tidak meninggalkan kitab Tuhan dan Sunnah Nabi kita karena perkataan seorang perempuan yang barangkali ia hafal atau lupa. 5. Umar dan Ibnu Mas’ud menetapkan bahwa: iddah perempuan hamil yang kematian suaminya ialah sampai ia melahirkan kandungannya. Ibnu Mas’ud berpendapat bahwa: ketentuan iddah hamil adalah pengecualian (Mukhashshis) dari iddah wafat, karena surah al-Thalak diturunkan sesudah al-Baqarah. Berbeda dengan itu, Ali bin Abi Thalib dan Ibnu Abbas berpendapat bahwa: terhadap perempuan tersebut diberi iddah yang panjang dari iddah hamil dan wafat. 6. Abu Musa al-Asy’ari berfatwa bahwa: cucu perempuan (anak perempuan dari anak laki-laki) tidak mendapat warisan bila ia mewarisi bersama anak perempuan dan saudara perempuan, akan tetapi setelah kasus yang sama diajukan kepada Ibnu Mas’ud, ia menetapkan sesuai dengan keputusan Rasulullah yaitu bagi anak perempuan seperdua, cucu perempuan seperenam dan sisanya untuk saudara perempuan. Menurut penelaahan para ahli faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat para sahabat secara garis besarnya berkaitan dengan tiga hal. Yaitu Alquran, Sunnah Rasul. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Alquran antara lain: 1. Adanya kosa kata yang mengandung arti ganda seperti kata quru’ (قرْء) dalam firman QS. 2:228. والمطلقات يتربّصْن بانْفسهنّ ثلاثة قروْءٍ”Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru”. Karena kosa kata tersebut mengandung arti haid dan suci sekaligus, maka berdasarkan alasan penguatan masing-masing dikabarkan bahwa Umar Ibn Khatab dan Ibn Mas’ud memfatwakan bahwa: iddah wanita yang dithalak berakhir setelah selesai siklus haid yang ketiga. Akan tetapi Zaid bin Tsabit, karena ia mengartikan kosa kata itu dengan suci, maka setelah masuk pada siklus haid yang ketiga. 2. Adanya kosa kata yang dapat diartikan secara denotatif (al-haqiqah) dan konotatif (majaz), seperti kosa kata Abb ( أب ) bisa diartikan “ ayah “ secara donotatif dan bisa diartikan “ kakek “ secara konotatif. Dalam hal ini terjadi perbedaaan pendapat dalam menempatkan kakek. Bagi yang menempatkan kakek sebagai arti konotatif dari ayah, maka ia bisa menghambat ( hijab ) saudara dari menerima waris. Inilah pendapat Ibnu Khattab, Zaid bin Tsabit, Ali Ibn Abi Thalib memandang bahwa kepada saudara laki-laki dari si mayit hendaklah diberikan warisan bersama-sama kakek dengan cara berbagi, karena mereka mempunyai kedudukan yang sama dalam hubungan dengan si mayit, yaitu sama- sama dihubungkan melalui ayah. 3. Terdapat dua hukum yang berbeda dalam dua persoalan, yang diduga salah satunya mencakup sebagian yang terkandung dalam bagian itu terdapat perlawanan. Contoh adalah ayat tentang wanita yang ber iddah wafat. Ayat itu mewajibkan untuk menanti selama empat bulan sepuluh hari, dan diduga ini mencakup orang yang hamil. Dan ayat thalak menjadikan iddah wanita yang ditinggal mati dan hamil adalah ragu-ragu antara yang terkandung oleh ayat pertama sehingga atas wanita itu wajib menanti empat bulan sepuluh hari meskipun ia melahirkan sebelum itu (empat bulan sepuluh hari) pengamalan terhadap ayat cerai. Adapun faktor-faktor yang berkaitan dengan sunnah antara lain sebagai berikut: 1. Karena sunnah terhimpun dan belum ada kesepakatan yang menghimpunnya, guna disebarluaskan dikalangan kaum muslimin, sebagai tempat kembali mereka secara serentak tetapi sunnah pada waktu itu dipindah-pindahkan dengan hafalan dan riwayat, yang kadang-kadang diketahui oleh seorang mufti yang lain di Damaskus. Dan banyak mufti-mufti yang menarik kembali fatwanya setelah mengetahui suatu hadis yang selama ini belum diketahui. 2. Terjadi perbedaan penilaian hadis yang mengakibatkan timbulnya perbedaan pendapat. Seperti yang diriwayatkan bahwa Umar Ibn Khattab menolak riwayat Fathimah Binti Qais karena dianggap kontradiktif dengan Alquran, juga kecuruigaannya terhadap kemampuan hafalan perempuan itu. Umar berpendapat atas dasar Alquran surah al-Thalaq ayat 6 bahwa : perempuan yang ditalak tiga wajib diberi nafkah dan tempat tinggal selama dalam iddah, akan tetapi karena penilaiannya berbeda, Ibnu Abbas menerima riwayat Fathimah, sehingga perempuan yang ditalak tiga tidak wajib diberi nafkah dan tempat tinggal. 3. Adanya kehati-hatian sahabat dalam menerima dan meriwayatkan hadis. Seperti keengganan Abu Bakar pada mulanya untuk menerima riwayat al-Mughirah Ibnu Syu’bah yang mengatakan bahwa : Rasulullah saw memberikan seperenam harta warisan untuk nenek. Setelah Muhammad Ibnu Maslamah tampil sebagai periwayat kedua, barulah Abu Bakar melaksanakan ketentuan tersebut sesuai dengan tuntutan seorang nenek yang datang kepadanya. 4. Adanya sunnah Rasul yang bersifat kondisional dan temporal. Seperti yang diriwayatkan bahwa Umar berpendapat, talak tiga diucapkan sekaligus pada masa kekhalifahannya dihitung jatuh tiga. Untuk itu Umar beralasan bahwa kondisi ummat pada masa Rasulullah saw dan Abu bakar, dan dua tahun awal pemerintahannya tidak sama dengan masa-masa sesudahnya. Mengenai faktor-faktor yang berkaitan dengan ijtihad, perbedaan pendapat umumnya disebabkan perbedaan sahabat dalam menggunakan ra’yu dalam memecahkan persoalan-persolan yang tidak terdapat ketentuannya baik di dalam Alquran maupun sunnah. Perbedaan-perbedaan yang disebabkan olah perbedaan pendapat pribadi ini erat kaitannya dengan kepekaan intelektual sahabat-sahabat itu sendiri. Sahabat yang paling menonjol dalam menggunakan pendapat pribadi ( ra’yi ) menurut Ahmadin ialah Al-Khathab. Bahwa perbedaan-perbedaan pendapat masa ini tidak banyak, karena keputusan mereka sekedar peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu tidak dikukuhkan. Dan sedikit fatwa-fatwa itu yang berasal dari pendapat mereka setelah mereka berijtihad dan membahasnya. Orang-orang yang terkenal mengeluarkan fatwa pada masa ini ialah para khalifah empat ( khulafur- al-rasyidun ), Abdullah Ibn Mas’ud, Abu Musa al-asy’ari, Muaz Ibn Jabal , Ubay Ibn Kaab dan Zaid bin Tsabit. Diantara mereka yang banyak berfatwa adalah Umar Ibn al-Khathab, Ali Ibn Abi Thalib, Abdullah Ibn Mas’ud, dan Zaid Ibn Tsabit. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan pendapat sahabat antara lain : 1. Berbedanya fatwa karena perbedaan dalam memahami Alquran. Demikian ini karena beberapa segi : a. Adanya kosa kata yang mengandung arti ganda seperti kata quru’ dalam surah al-Baqarah ayat 228. b. Ada pula kosa kata yang dapat diartikan haqiqah dan juga secara majaz, seperti kata abb ( أب ), bisa diartikan ayah dan juga kakek. c. Terjadinya semacam kontradiksi ( ta’arud al-nushush ) ) antara ayat-ayat yang membawa pengertian umum, seperti dalam surah al-Thalaq ayat 4; iddah wanita yang hamil, dengan surat al-baqarah ayay 234, iddah wafat. 2. Ada pula faktor-faktor yang berkaitan denagn sunnah . a. Sunnah Rasulullah belum dikodifikasikan dan tingkat pengetahuan para sahabat tentang hadis berbeda. Olehnya itu ada hadis yang diketahui sahabat, sementara yang lain tidak mengetahuinya. b. Para sahabat berbeda dalam penilaian hadis serta berhati-hati dalam menerima periwayatan hadis. c. Ada hadis yang dianggap bersifat kondisional dan temporal sehingga tidak dapat diterapkan pada masa sesudahnya. 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan ijtihad. Oleh karena lingkungan hidup mereka adalah berbeda-beda dan kemaslahatan serta kebutuhan akan aturan-aturanpun tidak sama, dengan demikian berbeda pula pandangan-pandangan mereka dalam penggunaan ra’yu di dalam memecahkan persoalan-persoalan yang tidak terdapat ketentuannya dalam Alquran dan al-hadis. DAFTAR PUSTAKA Bek, Khudhari. Tarikh Tasyri’ Islami, diterjemahkan oleh Muhammad Zuhri dengan judul Sejarah Pembinaan Hukum Islam, Semarang: Darul Ihya,1980 Khallaf, Abdul Wahab. Tarikh Tasyriy al-Islamy, Diterjemahkan oleh Imran AM, dengan judul Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam Surabaya; Bina Ilmu; 1998 Nuruddin, Amiur. Ijtihad Umar bin Khatab, Jakarta: Rajawali, 1987 Qardhawi, Yusuf al-Ijtihad Fisy Syari’atul Islamiyah, dialih bahasakan oleh H. Achmad Syathari dengan judul Ijtihad dalam Islam Jakarta: Bulan Bintang, 1987 Sirry, Mun’im A. Sejarah Fiqhi Islam, Surabaya: Risalah Gusti, 1995 Ash Shiddieqy, Hasbi. Pengantar Ilmu Fiqhi, Jakarta: Bulan Bintang, 1967

Aplikasi Metode Pembelajaran terhadap Materi Fiqih Kelas XII MA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan memiliki peran sentral bagi upaya pengembangan sumber daya manusia. Adanya peran yang demikian, isi dan proses pendidikan perlu dimutakhirkan sesuai dengan kemajuan ilmu dan kebutuhan masyarakat, Implikasinya jika pada saat ini masyarakat Indonesia dan dunia menghendaki tersedianya sumber daya manusia yang memiliki seperangkat kompetensi yang berstandar nasional dan internasional maka isi dan proses pendidikan perlu diarahkan pada pencapaian kompentensi tersebut. Pendidikan berbagai basis kompetensi adalah bentuk pendidikan yang diselenggarakan untuk menyiapkan lulusannya mengusai seperangkat kompentsi yang dapat bermanfaat bagi kehidupannya kelak. Dalam hal ini dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pendidikan berbasis kompetensi ini diharapkan mampu menghasikan luluasan yang memiliki kompetensi yang berstandar nasional dan global, yang meliputi aspek-aspek, sikap, ketrampilan dan kemampuan, pengetahuan, fisik, kepribadian, prinsip-prinsip, nilai-nilai, keyakinan dan minat. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada penguasaan kompetensi yang dibutuhkan di masyarakat sebagai sasaran kegiatan pendidikan, kegiatan pendidikan berpusat pada peserta didik, pemberian waktu yang cukup untuk penguasaan suatu tugas pembelajaran sebelum melanjutkan ke tugas pembelajaran berikutnya, dan persyaratan kriteria ketuntasan dalam penyelesaian suatu tugas pembelajaran. Sesungguhnya, penerapan pendidikan ini berbasis kompetensi dalam sistem pendidikan nasional dimaksud untuk memenuhi aspirasi atau jiwa otonomi dalam bidang pendidikan seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000. Dalam pasal 2 dinyatakan, antara lain bahwa Pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk menetapkan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengatur kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya. Disamping itu, berwenang pula menetapkan standar meteri pelajaran pokok untuk merespon hal tersebut. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan adalah menyusun standar nasioanal untuk seluruh mata pelajaran, yang mencakup komponen-komponen ; (1) Standar Kompetensi, (2) Kompetensi Dasar, yaitu ukuran kemampuan minimal yang mencakup kemampauan-kemampuan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui dan dimahirkan perserta didik pada setiap tingkatan dari suatu mata pelajaran, (3) Materi Pokok yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat berupa bidang ajar, isi, proses ketrampilan, konteks keilmuan suatu mata pelajaran, dan (4) Indikator Pencapaian Kemampuan yang merupakan indikator pencapaian hasil belajar berupa kompetensi dasar yang lebih spesifik dan dapat dijadikan sebagai ukuran untuk penilian ketuntasan belajar. Berdasarkan uraian di atas, agar pendidikan berbasis kompetensi dapat direalisasiakan secara optimal maka perlu didukung adanya beberapa metode yang tepat, kegiatan pengembangan kurikulum dan pembelajaran berbasis kompetensi. Metode, kurikulum dan pembelajaran merupakan aspek-aspek penting dalam kegiatan pembelajaran yang membahas tentang apa yang dipelajari peserta didik dan bagaimana cara mempelajari materi tersebut untuk mencapai sasaran dan target yang diinginkan. B. LANDASAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH Penulisan metodologi dan teknik peembelajaran fiqih sebagai upaya meningkatkan profesionalaitas guru fiqih dalam menerapkan metode dan teknik dalam proses pembejalaran secara ideal. Dasar – dasar penulisan modul ini antara lain ; 1. Undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional [ Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301 ]; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan [ Lembar Negara Republik Indonesaia Tahun 2005 No. 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496]; 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 372 Tahun 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam; 4. Keputusan Meneteri Agama Nomor 373 Tahun 1993 tentang Kurikulum Madrasah Aliyah Keagamaan; 5. Hasil pembahasan bersama Departemen Agama dan Organisasi-organisasi Penyelenggara Pendidikan Madrasah tentang Pengembangan Pendidikan Agama Islam [ PAI ] dan Bahasa Arab di Madrasah pada tanggal 22 Agustus 2007; 6. Hasil perumusan bersama Departemen Agama, Badan Standar Nasional Pendidikan Agama Islam, Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan, dan organisasi-organisai penyelenggara madrasah pada tanggal 29 Januari 2008. C. SISTEMATIKA PENULISAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH Penulisan pembelajarn fiqih ini terdiri dari 3 bagian yakni ; bagian pertama menyakup tentang halaman judul, kata pengantar dan daftar isi. Pada bagian kedua mencakup dalam lima bab yakni ; Bab I dasar-dasar kajian penulisan dibagi 3 hal yakni; pendahuluan, latar belakang masalah, dasar-dasar hukum kajian dan kemudian sistematika penulisan dan penyelenggaraan kajian. Bab II mencakup landasan teori metode pembelajaran yang meliputi 4 bagian diantaranya adalah ; definisi metode, prinsip pemilihan metode, pertimbangan dalam pemilihan metode dan jenis-jenis metode pembelajaran, sedangkan jenis-jenis metode itu dimaksud terdiri dari lebih dari 60 jenis metode diantaranya adalah Metode ceramah (leacturing methode), Metode tanya jawab (questionary methode), Metode pemberian tugas (dutipresent methode), Metode diskusi (discution methode), Metode Sosio drama (Role playing methode), Metode demonstrasi (demonstration methode), Metode pemecahan masalah (problem solving methode), Metode latihan (drelling methode), Metode proyek (projec methode), Metode cerita (narativieng methode), Metode praktik (practising methode), Metode suri tauladan (good example methode), Metode kerjasama (cooperations methode), metode kerja kelompok (cup cluster methode), Metode sistem regu (team teaching methode), metode karya wisata (feeld trib methode), Metode pemberian motivasi (motivation present methode), Metode koperatif (cooperative methode), Metode kontekstual (contectual methode), Metode pembelajaran langsung (direct learning methode), Metode problem terbuka (open ended methode), Metode sistem lingkaran (sircle sistem methode), Metode tugas kelompok (teams geam tournament methode), Metode pemahaman (comprehensive methode), Metode perumpamaan ( parable methode ), Metode simulasi ( simulation methode ) dan Metode pembelajaran timbal balik ( reciprocal learning methode ). Bab III adalah Aplikasi Metode dalam Pembelajaran Fiqih kelas XI (Sebelas) MA mencakup Materi Fiqih kelas XI beserta contoh metode yang digunakan dalam Pembelajaran Fiqih Bab IV adalah tentang Target Pencapaian Metode Pembelajaran Fiqih mencakup Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Fiqih, Implikasi Metode Pembelajaran Fiqih, Langkah-langkah dalam mendesain metode pembelajaran, . Bab V adalah Pengakhiran, kajian ini yang mencakup kesimpulan, saran dan harapan serta penutup disertakan pula halaman daftar pustaka, daftar tabel dan lampiran-lampiran. D. SIGNIFIKASI METODE PEMBELAJARAN FIQIH Signifikasi Metode pembelajaran fiqih mencakup kajian materi fiqih, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan evaluasi. Adapun rincian program kajian fiqih unggulan mempunyai program sebagai berikut ; 1. Menindak lanjuti program Departemen Agama dalam menggali mutu pendidikan PAI dibidang fiqih. 2. Pengembangan profesionalitas guru dalam upaya mencari keberhasilan pendidikan fiqih secara bertahap. 3. Pendalaman kajian materi fiqih sesuai dengan harapan dan tujuan, agar peserta didik dapat mengamalkan ibadah secara islami. 4. Mencari format-format pembelajaran yang tepat dan efisien guna peningkatan kualitas. 5. Pengembangan modul-modul pembelajaran sesuai karakteristik dan watak kepribadian bangsa dan agama. 6. Penerapan metode dan teknik pada proses pembelajaran tepat guna dan berdaya guna bagi pendidikan Islam. 7. Pemanfaatan media yang selalu dinamis searah dengan perkembangan zaman, media cetak dan media elektronika. 8. Peningkatan progam pembelajaran atau membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara tepat dan cermat. 9. Memilih model evaluasi yang sesuai dengan materi agar berhasil gemilang. 10. Penelitian tindak lanjut untuk mengetahui kekuranga dan kelebihan sebagai upaya pijakan perbaikan kedepan. BAB II MEMAHAMI METODE PEMBELAJARAN FIQIH A. PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN Metode asal kata dari bahasa Inggris "Methode" yang berarti cara. Dalam bahasa Indonesia, menjadi metode yang berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dsb); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru mencapai tujuan yang ditentukan. Menurut Dr. Ahmad Tafsir (2007 : 9) metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu. Sedangkan menurut Dr. Zakiah Darojat ( 2001 : 61 ) metode mengajar adalah suatu teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia dimaksudkan agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna oleh anak dengan baik. Metode dalam pandangan Arifin (1996:61) berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan. Dalam bahasa Arab metode disebut ”thariqat”. Dalam kamus besar bahasa indonesia ”metode” adalah cara yang teratur dan berpikir baik untuk mencapai maksud. Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan pelajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran ( Sudjana, 2005:76 ). Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran adalah sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar, dengan kata lain terciptanya interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa lebih aktif dibandingkan dengan guru. Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, mudah, efektif dan dapat dicerna peserta didik dengan baik. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh pendidik (guru di sekolah) untuk menyampaikan bahan belajar kepada peserta didik agar dapat menerima dengan mudah apa yang dilakukan dalam proses belajar mengajar tersebut. Metode mengajar dapat juga sebagai teknik dalam menyampaikan pesan-pesan atau nilai-nilai yang terkadung dalam materi pengajaran oleh guru kepada peserta didik agar dengan mudah memahami, dan mengerti ketepatan dalam memilih metode mengajar, diharapkan akan mampu menumbuhkan situasi proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, merangsang minat belajar dengan rasa senang dan menggembirakan. Dalam makna lain, metode pembelajaran diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan seorang khususnya proses belajar mengajar. Metode juga bisa diartikan sebagai prinsip-prinsip yang mendasari kegiatan mengarahkan perkembangan sesorang khususnya dalam proses belajar mengajar. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran seharusnya berpengaruh pada keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Metode yang tidak tepat akan berakibat terhadap pemakaian waktu yang tidak efisien. Dalam pemilihan dan penggunaan sebuah metode harus mempertimbangkan aspek efektivitas dan relefansinnya dengan materi yang disampaikan. Keberhasilan proses pembelajaran yang akhirnya berfungsi sebagai determinitas kualitas pendidikan. Dengan demikian, metode pembelajaran harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip berikut ini : 1. Didasarkan pada pandangan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi bawaan tertentu dan dengan itu ia mampu berkembang secara aktif dengan lingkunganya. Hal ini mempunyai implikasi bahwa proses belajar mengajar harus di dasarkan pada prinsip belajar siswa aktif. Atau lebih menekankan pada proses pembelajaran bukan proses mengajar. 2. Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik masyarakat madani yaitu manusia yang bebas berekspresi dari ketakutan. 3. Metode pembelajaran didasarkan pada prinsip learning kompotensi, dimana siswa akan memiliki seperangkat pengetahuan, keterampilan, sikap, awasan dan penerapanya sesuai dengan kriteria tujuan pembelajaran. Penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian berkaraya, .sikap dan perilaku berkaraya dengan cara-cara berlehidupan mesyarakat sesuai profesinya,. Proses belajar diorientasikan pada pengembangan kepribadian yang optimal dan didasarkan pada nilai-nilai ilahiah. Di dalam konteks pendidikan islam, prinsip-prinsip di atas menuntut siswa diberi kesempatan untuk secara aktif merealisasikan segala potensi bahwa mereka ke arah tujuan yang di inginkan, yaitu menusia muslim yang berkualitas, inovatif, disiplin, memiliki kesiapan bersaing dan sekaligus bekerjasama serta memiliki disiplin diri (Syinaka, 2003). B. Kedudukan Metode Dalam Pembelajaran Fiqih Di sebagian kalangan masyarakat masih terdapat anggapan bahwa untuk menjadi guru tidak perlu mempelajari metode pengajaran, karena kegiatan mengajar bersifat praktis dan alami, siapa pun asalkan mempunyai keberanian berdiri di depan siswa dan mempunyai bekal pengetahuan, dapat mengajar di kelas. Anggapan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena betapapun kecilnya suatu pekerjaan jika dilakukan dengan asal-asalan dan tidka diimbangi dengan strategi dan car ayang baik, maka dipastikan pekerjaan tersebut tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Terlebih dalam hal pendidikan, dimana yang menjadi subyek pembelajaran adalah individu manusia yang memiliki akal dan hati, maka persiapan yang baik dalam segala hal sangat mutlak diperlukan. Dan pemilihan metode pengajaran yang benar bagi seorang guru akan dapat memaksimalkan hasil-hasil pendidikan itu sendiri. Pada tataran inilah, diketahui bahwa guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. Keberhasilan atau kegagalan guru dalam menjalankan proses belajar mengajar banyak ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Seringkali dijumpai seorang guru memiliki pengetahuan luas terhadap materi yang akan diajarkan, namun tidak berhasil dalam mengajar. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya penguasaan metode mengajar. Disinilah, terlihat betapa pentingnya metode mengajar bagi seorang guru. Oleh karenanya, penguasaan terhadap metode pengajaran menjadi salah satu prasyarat dalam menentukan keberhasilan seorang guru. Ada dua faktor yang mempunyai andil dalam menentukan keberhasilan pembelajaran, yakni faktor yang berada dalam kendali guru faktor yang berada di luar kendali guru (suhardjono,2000). Adapun faktor yang termasuk dalam kendali guru seperti: rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor inilah yang sangat terkait dengan metode. Sedangkan faktor yang berada diluar wilayah kendali guru seperti karakteristik dan latar belakang siswa, tujuan pembelajaran, kondisi dan kualitas sarana prasarana, dan lain-lain. Reiguluth (1994) menamakan faktor tersebut sebagai kondisi ”given”. Baik variabel kondisi ”given” maupun variabel metode, keduanya secara bersama-sama memberi pengaruh kepada hasil belajar. Selanjutnya tindak lanjut yang penting diperhatikan oleh guru adalah bagaimana pada kondisi yang telah (givent), maupun membuat atau melaksanakan metode, sedemikian rupa, sehingga tercapai hasil belajar yang optimal. Sebab kegiatan memilih, merancang, menerapkan dan melaksanakan metode yang efektif, efesien dan kemenarikan pada dasarnyamerupakan tugas nyata seorang guru dalam mengupayakan peningkatan kualitas pemebelajaran. C. Konsep Metode Pembelajaran Fiqih Banyak kalangan menilai bahwa metode pembelajaran fiqih yang berjalan saat ini masih sebatas transfer nilai dengan pendekatan hafalan. Bahkan mastuhu (2002) menyatakan bahwa metode pembelajaran berlaku saat ini masih bersifat klasik, dalam arti mewariskan sejumlah meteri ajaran agama yang diyakini benar untuk disampaikan kepada anak didik tanpa memberikan kesempatan kepada mereka agar menyikapi meteri-meteri tersebut secara kritis, mengoreksi, mengevaluasi dan mengomentarinya. Dalam perkataan lain, metode pembelajaran fiqih sampai kini masih bercorak menghafal, mekanis, dan lebih mengutamakan pengkayaan materi. Dilihat dari aspek kemanfaatan, metode semacam ini kurang bisa memberikan manfaat yang besar. Sebab metode-metode tersebut tidak banyak memanfaatkan daya nalar siswa. Ia terkesan menjejali dan memaksakan meteri pelajaran dalam waktu singkat yang mungkin tidak sesuai dengan kondisi fisik dan psikis siswa, sehingga proses pembelajaran cencerung kaku, statis, menonton, tidak dialogis dan bahkan membosankan. Akhirnya, siswa menjadi tidak kreatif dan kritis dalam belajar. Metode pembelajaran yang demikian ini hanya sekedar mengentarakan anak didik mampu mengetahui dan memahami sebuah konsep, sementara upaya internalisasi nilai belum dapat dilakukan secara baik. Akibatnya, muncul kesenjangan antara pengetahuan dengan praktik kehidupan sehari-hari. Misalnya saja anak didik mengetahui dan menghafal seperangkat nilai-nilai posotif seperti kejujuran dan nilai sebagainyatetapi nilai-nilai tersebut tidak terwujud dalam perilakun. Banyak siswa yang mendapatkan nilai agama sempurna, namun perilakunya tidak sejalan dengan nilai yang di dapatkan di bangku sekolah. Untuk internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai tersebut, menngharuskan pola-pola keteladanan dari pihak guru dalam mengajarkan setiap nilai kepada anak didik. Artinya, seorang pendidik tidak hanya memberikan seperangkat konsep tentang suatu nilai atau ajaran, tetapi juga menjadi teladan atas penerapan nilai dan ajaran yang dimaksud. Dengan demikian, metode pembelajaran fiqih seharusnya di arahkan pada proses perubahan dari normatif ke praktis dan kognitif ke efektif dan psikkomotirik. Perubahan arah tersebut dengan tujuan agar wawasan ke-Islaman mampu ditransformasikan secara sistematik dan komprehensif bukan saja dalam kehidupan konsep melainkan juga dalam kehidupan riil di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian bukan berarti metode menghafal, misalnya, tidak bisa dipakai dan harus begitu saja dikesampingkan. Dalam hal-hal tertentu metode ini masih perlu di pakai, seperti untuk menghafal ayat0ayat suci al_qur’an, hadist, dan sajarah islam. Namun yang perlu dicatat bahwa perhatian yang vtidak proposional terhadap metode menghafal olh guru akan berdampak buruk pada siswa. Guru harus melakukan kombinasi terhadap sebagai metode yang ada disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Mastuhu (2002) mencoba menawarkan konsep pemikiran metode pembelajaran fiqih yang sifatnya lebih teknis, sebagai berikut : 1. Dalam melaksanakan metode pendidikan dan pengajaran islam, harus digunakan paradigma logistik, artinya memandang kehidupan berbagai kesatuan, sesuatu yanmg konkrit dan dekat dengan kehidupan sehari-hari dan hal-hal yang abstrak dan transendental. Materi pengajaran agama islam harus terintegrasi dengan disiplin ilmu-ilmu umum, sementara ilmu-ilmu umum harus disajikan dalam paradigma nilai ajaran islam. 2. Perlu dipergunakan model penjelasan yang rasional, di samping pembiasaan melaksanakan ketentuan-ketentuan doktrin spiritual dan norma kepribadian. Model penjelasan yang rasional, misalnya digunakan dalam menjelaskan rukun iman. 3. Perlu digunakan teknik-teknik pembelajaran partisipatoris. Dalam arti anak didik diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi dalam menemukan permasalahan serta bertanggung jawab terhadap apa yang mereka hasilkan. Metode partisipatoris mengharuskan anak didik belajar mengidentifikasi masalah, mengkonsep cara-cara pemecahan masalah dan mengambil keputusan. Hal ini dapat dilakukan secara kolektif dalam suatu forum diskusi. 4. Metode pembelajaran Fiqih lebih diorientasikan pada apa yang dikerjakan anak didik, sehingga pemberian pengalaman kepada anak didik merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar. Perlu ada interaksi aktif dan partisipatif antara anak didik dengan materi atau dengan situasi akademik tertentu. Dengan cara ini, materi pembelajaran dapat ditransformasikan dalam bentuk pengalaman anak didik yang dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang di inginkan. Pemilihan, penetapan. Pengembangan metode ini di dasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada. Kegiatan-kegiatan tersebut pada dasarnya merupakan inti dari perencanaan pembelajaran. Konsep pembelajaran yang dipakai dalam buku ini memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun sebelumnya (Uno, Hamzah: 1998). 2 Dalam istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana membelajarkan siswa.3 perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidnag kajian dari kurikulum yang lebih menaruh perhatian pada apa tujuan yang ingin dicapai dan apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat mencapai tujuan tersebut. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tujuan dapat tercapai. Dalam kaitan ini, hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah tentang bagaimana cara mengorganisasi pembelajaran, bagaimana menyampaikan isi pembelajaran, dan bagaimana menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal. Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Untuk itu, pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Degeng (1989)4, Reigeluth (1983)5, sebagai suatu disiplin ilmu menaruh perhatian pad aperbaikan kualitas pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran deskriptif, sedangkan rancangan pembelajaran mendekati tujuan yang sama dengan berpijak pada teori pembelajaran deskriptif. Perlunya perancanaan pembelajaran sebagaimana telah disebutkan, dimaksudkan agar dapat metode dicapai perbaikan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan asumsi sebagaimana berikut. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran. Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem. Perancanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana seseorang belajar. Untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada s iswa secara perorangan. Pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dna tujuan pengiring dari pembelajaran. Sasaran akhir dari perencnaaan desain pembelajaran adalah mudahnya siswa untuk belajar. Perencanaan pembelajaran yang harus melibatkan semua variabel pembelajaran. Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan metode pembelajaran perlu adanya penerangan sebagai berikut : 1. Perbaikan kualitas pembelajaran Perbaikan kualitas metode pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dapat dijadikan titik awal dari upaya perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkanjkan karena dalam desain pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan oleh guru atau dosen dalam mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. 2. Metode pembelajaran dirancnag dengan pendekatan sistem Untuk mencapai kualitas pembelajaran, desain pembelajaran yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini didasari bahwa dnegan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang lebih besar dalam mengintergrasikan semua variabel yang mempengaruhi belajar, termasuk keterkaitan antar variabel pengajaran, yakni variabel kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. 3. Metode pembelajaran mengacu pada bagaimana seseorang belajar Kualitas pembelajaran pun banyak tergantung pada bagaimana metode pembelajaran dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan perancangnya. Pakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika bersifat intuitif maka rancangan pembelajaran banyak diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan ilmiah maka rancangan pembelajaran diwarnai oleh berbagai teori yang dikemukakan oleh para ilmuwan pembelajaran. Adapaun pendekatan lainnya adalah pembuatan rancangan pembelajaran yang bersifat intuitif ilmiah, yakni merupakan paduan antara pendekatan intuitif dengan pendekatan ilmiah sehingga rancangan pembelajaran yang dihasilkan disesuaikan dengan pengalaman empiris yang pernah ditemukakan pada saat melaksanakan pembelajaran dan dikembangkan pula dengan penggunaan teori-teori relevan. Berdasarkan tiga pendekatan ini, maka pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih sahih dari dua pendekatan lainnya apabila hanya digunakan secara terpisah. Berbagai teori yang telah dikembangkan mengenai belajar, misalnya teori behavioristik yang menekankan pada perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori pengelolaan informasi yang menekankan pada bagaimana suatu informasi diolah dan disimpan dalam ingata n. Teori ketiga berpijak pada psikologi kogniitf yang memandang bahwa proses belajar adalah mengaitkan pengetahuan baru pada struktur pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, dan hasil belajar akan berupa terbentuknya struktur pengetahuan baru yang lebih lengkap. 4. Metode pembelajaran diacukan pada siswa perorangan Setiap siswa memiliki potensi yang diperlu dikembangkan. Tindakan atau perilakuk belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar tersebut akan tetap berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak mungkin dapat dipaksa segera bertindak secar atepat. Sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan berpiir tinggi, tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam hal ini, jika perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti ini, maka besar kemungkinan siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal, dan yang dilakukan dalam suatu kelompok tertentu akan banyak mengalami hambatan karena perbedaan karakteristik siswa yang tidak diperhatikan. Hal lain yang merupakan karakteristik siswa adalah perkembangan intelektual siswa, tingkat motivasi, kemampuan berpikir, gaya kognitif, gaya belajar, kemampuan awal, dan lain-lain. Berdasarkan karakteristik tersebut. Rancangan pembelajaran mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan ini. 5. Metode pembelajaran diacukan pada tujuan Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung (pengiring). Perancang metode pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran, atau hasil penggiring. Perancangan pembelajaran seringkali merasa kecewa dengan hasil nyata yang dicapainya karena ada sejumlah hasil yang tidak segera bisa diamati setelah pembelajaran berakhir, terutama hasil pembelajaran yang termasuk pada ranah sikap. Padahal ketercapaian ranah sikap biasanya terbentuk setelah secara kumulatif dan dalam waktu yang relatif lama, terintegrasi secara keseluruhan pada hasil langsung pembelajaran. 6. Metode pembelajaran muaranya kemudahan belajar Sebagiamana telah disebutkan, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa, dan perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Di samping itu, peran guru sebagai sumber belajar telah diatur secara terencana; memberikan kemudahan siswa untuk belajar. Dengan desain pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terancana, dan guru dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan dengan baik, sasaran akhir dari pembelajaran adalah terjadinya kemudahan belajar siswa dapat dicapai. 7. Metode pembelajaran melibatkan variabel pembelajaran Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pengajaran yang dirasa turut mempengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabel tersebut adalah variabel kondisi, metode dan bariabel hasil pembelajaran. a. Kondisi pembelajaran mencangkup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran dan harus diterima apa adanya. Variabelnya antara lain tujuan pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. b. Variabel metode pembelajaran mencangkup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Variabelnya antara lain strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dna strategi pengelolaan pembelajaran. c. Variabel hasil pembelajaran mencangkup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran. 8. Metode pembelajaran menetapkan metode untuk mencapai tujuan Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metodekus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus di dasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa haisl pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil setelah perancang pembelajaran mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada dari hasil pembelajaran yang diharapkan. Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran, yaitu, (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode (strategi) pembelajaran yan g berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran. D. Prinsip-prinsip dalam memilih Metode Pembelajaran Berkaitan dengan perencanaan awal, sebelum mulai mengajar pemilihan metode sudah disiapkan yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan, dan sekaligus mengacu pada tujuan yang akan dicapai. Pemilihan metode yang tepat, seorang guru harus mempertimbangkan prinsip-prinsip penggunaan metode yang digunakan. Secara umum prinsip penggunaan metode yang dipilih guru harus; 1. Memperhatikan karakteristik materi pembelajaran yang sudah ditunjukkan dalam standar isi Kurikulum baik Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Materi yang disampaikan dan penggunaan metode tersebut peserta didik diharapkan dapat: a. Membangun pemahaman sendiri tentang materi yang dipelajari. b. Menemukan konsep-konsep baru dari pelajaran yang diberikan, dengan materi yang diterima sebelumnya. c. Meningkatkan interaksi yang dinamis pada diri anak. Pengertian interaksi ini adalah anak dapat berhubungan langsung dengan materi yang dihadapi, dengan gurunya dan juga dengan teman-temannya, serta dengan lingkungan yang ada dikelasnya. d. Menguasai seluruh proses pembelajaran, sehingga dapat menemukan makna belajar yang sesungguhnya e. Memperhatikan minat, kesiapan, kemampuan dan dorongan peserta didik dalam mengikuti pelajaran. f. Menumbuhkan kemampuan berpikir dan berkreatifitas secara bebas, tidak ada tekanan dan paksaan dalam mengikuti pelajaran. g. Menumbuhkan rasa senang dan keinginan untuk melakukan aktifitas dalam proses pembelajaran. h. Menciptakan rasa kebersamaan dan kerja sama antara guru-murid, dan murid-murid, i. Mengerahkan seluruh potensi fisik dan psikhis peserta didik. j. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan percaya diri dengan landasan kemandirian. k. Memperhitungkan sarana dan alat bantu media pembelajaran yang digunakan. E. Faktor Pertimbangan dalam Memilih Metode Diketahui bahwa metode adalah cara, yakni cara dalam penerapannya untuk masing-masing kegiatan yang sama. Dalam proses pembelajaran, pemilihan metode harus memperhatikan berbagai aspek yang terkait dengan situasi dan kondisinya. Sebenarnya tidak ada satu metode pun yang paling baik dibandingkan dengan metode lainnya, seorang guru memang harus cerdas dalam memilih metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga mampu menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien, serta dapat menghasilkan produktifitas tinggi bagi peserta didiknya. Faktor-faktor yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode mengajar adalah: a. Ketepatan dalam memilih metode. Guru setelah menetapkan materi pembelajaran dan tujuan pemebelajaran lalu pemilihan metode harus dicari yang paling tepat, cocok dan sesuai. Pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan pemilihan metodenya haruslah searah, jika pemilihan metode tidak tepat maka tujuan yang dirumuskan tidak pernah akan tercapai b. Keadaan Peserta didik Proses belajar mengajar modern dalam dunia pendidikan, lebih menekankan pada keaktifan pada peserta didik. Maka pemilihan metode yang digunakan guru dalam mengantarkan materi pembelajaran harus lebih berorientasi pada peserta didik. Metode apa yang paling cocok untuk materi yang akan disampaikan saat proses belajar mengajar, yang lebih banyak memberi kontribusi keaktifan peserta didik. Ini penting untuk diperhatikan guru. Selain itu guru juga harus memahami tingkat kemampuan, minat dan dorongan untuk mengikuti pelajaran, watak , karakter, sikap dan ketrampilan peserta didik perlu juga dipahami oleh seorang guru atau gurunya. Dengan memahami seluruh keadaan peserta didik, maka guru akan mudah menentukan pemilihan metode yang diharapkan mampu menumbuhkan keaktifan dan kesenangan dalam mengikuti proses pembelajaran. c. Keadaan Guru Sebenarnya guru dalam melaksanakan tugas pengajaran, adalah sebagai figur sentral dan nara sumber yang profesional. Di mata siswa, orang tua peserta didik dan masyarakat luas, menganggap guru adalah orang yang serba bisa dan menguasai seluruh bidang pendidikan. Namun kenyataan yang ada, tidak semua anggapan guru tersebut serba bisa tersebut pada predikt guru. Ini memang terasa sekali dalam setiap melaksankan tugas sering terjadi benturan ketidakmampuan. Karena guru sebagai pengerak proses pembelajaran, jika sudah menentukan rumusan tujuan, pemilihan meteri dan pemahaman pada keadaan peserta didik, maka giliran guru sendiri, apakah dengan memilih metode tertentu dalam proses pembelajaran tersebut guru mampu atau mengusai penggunaan metode tersebut? Yang dapat menjawab pertanyaan ini adalah masing-masing guru itu sendiri. Untuk itu, dalam memlilih metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar, guru memilih metode yang benar-benar dikuasainya. Jika metode yang diplih tidak dikuasai dan tidak menimbulkan rasa senang dan tidak mendorong semangat mengajar maka proses belajar mengajar akan berakhir kegagalan. d. Materi Pembelajaran Dalam kerangka sistem pembelajaran, selain tujuan dan peserta didik tersebut juga harus diperhitungkan adalah mengenai materi atau bahan pengajaran. Untuk mengantarkan agar pesan-pesan pembelajaran sampai pada peserta didik dan berakhir dengan pengusaan materi tersebut, maka pemilihan metode yang paling relevan harus dicari dan ditetapkan. Bahan pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan akan berbeda dengan materi yang bersifat analisa, bahan pelajaran yang memerlukan konsep berpikir akan berbeda dengan materi pelajaran bersifat ketrampilan. Hal demikian yang harus dibedakan dalam penentuan pemilihan metode mengajarnya. Agar proses belajar mengajar mampu menumbuhkan rasa senang dan keingintahuan pada peserta didik, guru dalam setiap menetapkan materi atau bahan pengajaran, haruslah sudah mempunyai gambaran atau deskripsi materi secara jelas. Materi ini, memakai metode itu, kalau materi yang itu menggunakan metode yang ini dan sebagainya. Jika sudah mempunyai gambaran jelas karakter masing-masing materi, maka metode yang dipakai pun tidak hanya satu metode, misalnya hanya ceramah terus, atau tanya jawab terus. e. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa, sesuatu yang bernama sarana dan prasarana adalah hal yang sangat penting harus ada. Proses belajar mengajar tidak akan dapat berjalan lancar jika fasilitas tidak tersedia. Program apa saja, jika menginginkan agar berhasil maka sarana dan prasarana harus lengkap, jika tidak sampai lengkap haruslah ada sebagian yang dapat menunjang proses kegiatan tersebut. Dalam pemilihan metode mengajar, guru harus juga cerdas. Bahan, alat dan media dalam pembelajaran apakah sesuai dengan metode yang dipilihnya atau tidak. Pemilihan metode pembelajaran harus sesuai dengan keadaan fasilitas yang tersedia, misalnya memilih metode karya wisata, tetapi tidak dilengkapi dengan sarana alat transportasinya tidak akan mungkin berjalan. Maka dalam pemilihan metode sarana prasarana menjadi pertimbangan yang tidak boleh diabaiakan. F. Macam-macam Metode Pembelajaran Metode selalu digunakan dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar selama dunia pendidikan berlangsung. Dalam dunia pendidikan, terutama proses belajar mengajar di kelas, guru tidak bisa lepas meninggalkan metode dalam mengajarnya. Metode pembelajaran dapat diartikan suatu cara yang digunakan seorang guru dalam melaksanakan tugas mengajar. Peranan metode dalam proses pembelajaran sangat penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Interaksi belajar mengajar guru sebagai pembimbing, pengajar atau pendidik agar peserta didik mempunyai perhatian penuh pada materi pembelajaran perlu digunakan berbagai cara agar mencapai tujuan yang diinginkan. Metode pembelajaran bentuk dan jenisnya bermacam-macam serta penerapannya pun bervariasi, sesuai dengan materi ajar yang diberikan. Jenis-jenis metode pembelajaran yang sudah banyak digunakan dalam proses belajar megajar antara lain: 1. Metode ceramah (leacturing methode) Kata ceramah menurut kamus bahasa indonesia, diartikan sebagai pidato yang membicarakan sesuatu hal, pengetahuan (seseorang berbicara yang lain mendengarkan), atau dalam pengertian lain adalah suka bercakap-cakap. Ceramah dapat diartikan untuk menyampaikan pesan, isi hati, pikiran, gagasan dari seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara lisan. Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 61) metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Dalam hal ini biasanya guru memberikan uraian mengenai topik tertentu ditempat tertentu dan dengan alokasi waktu tertentu pula. Dalam dunia pendidikan metode ceramah digunakan oleh seorang guru dalam penyampaian materi pembelajaran untuk memberi keterangan, informasi atau penjelasan agar peserta didik memahami persis seperti yang disampaikan gurunya. Metode ceramah adalah metode yang paling sering digunakan dalam proses pembelajaran. Metode ini dianggap paling murah dan paling mudah dilaksanakan, karena tidak membutuhkan persiapan yang matang. Banyak ahli pendidikan modern yang menganggap bahwa metode ceramah termasuk metode yang kurang bermutu, karena metode ini mempunyai kecenderungan membrangus peserta didik, cenderung membuat pasif dan tidak kreatif. Lebih-lebih jika guru tidak mempunyai ketrampilan berbicara yang cukup bagus. Walaupun metode ini dianggap bukang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, namun kenyataannya dalam setiap melakukan pembelajaran guru tidak pernah ada yang meninggalkan metode ceramah. Sekalipun guru menggunakan metode yang lainnya, tetap menggunakan metode ceramah, pada pertemuan awal untuk memberi informasi atau keterangan mengenai tata kerja metode yang akan digunakan tersebut. Jika dalam proses pembelajaran sampai menghilangkan metode ceramah, maka akan muncul kebisuan dan ketidakjelasan arah dalam setiap proses pembelajaran. Metode ini sering juga disebut sebagai ”one man show method” merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seseorang terhadap kelompok pendengar. Metode ini sangat tepat jika digunakan untuk menyampaikan suatu informasi. Lepas baik atau tidak baik dalam penggunaan metode, yang pasti penggunaan metode pembelajaran tidak monopoli satu metode dalam setiap kali pertemuan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah sebagai bagian dari sekian metode yang digunakan, maka jika guru menggunakan metode ini, agar juga mempersiapkan dengan baik, sehingga walaupun hanya sekedar ceramah tetapi akan menghasilkan produktifitas tinggi dalam penyampaian informasi kepada peserta didiknya. a. Kelebihan metode ceramah 1) Seorang guru yang mampu berceramah dengan baik akan menjadikan materi yang disampaikan lebih menarik. 2) Memberikan pengalaman kepada murid untuk belajar mendengar dan memahami dengan baik perkataan orang lain. 3) Memberikan pengalaman kepada murid untuk membuat catatan-catatabn kecil (membuat ringkasan) 4) Materi yang disusun dengan sistematis dapat menghemat waktu belajar 5) Biayanya murah 6) Dapat menyajikan pelajaran kepad amurid dalam jumlah yang besar dalam waktu yang sama. 7) Mudah mengulang lagi jika diperlukan. 8) Suasana kelas berjalan dengan tenag karena peserta didik melakaukan aktifitas yang sama, sehingga pendidik dapat mengawasinya sekaligus. 9) Pelajaran dapat dilakukan dengan cepat, karena dengan waktu yang singkat dapat di uraikan bahan yang banyak. 10) Organisasi kelas sangat sederhana karena tidak membutuhkan alat-alat yang begitu banyak. b. Kelemahan metode ceramah 1) Guru tidak dapat mendapatkan kepastian daya serap siswa terhadap materi pembelajaran 2) Murid cenderung pasif sehingga sulit mengembangkan kecakapan guna mengeluarkan pendapatnya sendiri. 3) Murid sukar mengkosentrasikan perhatian 4) Perhatian murid hanya pad aguru dan terkadang guru dianggap paling benar. Dalam metode ini gurulah yang aktif. Terdapat unsur paksaan, yakni murid harus mendengar apa yang disampaikan guru dan mengangapnya benar setiap jalan fikiran guru. Pada pendidikan dasar metode ini kurang baik jika dilaksanakan 100%. Hal tersebut dikarenakan dimungkinkan adanya keenganan murid untuk bertanya terhadap istilah atau sesuatu yang belum difahami murid. c. Solusi metode ceramah Dalam pendidikan adama (PAI) metode ini sangat tepat untuk menyampaikan materi tentang tauhid. Karena tauhid merupakan materi yang sukar untuk didiskusikan serta tidak dapat dipragakan. Meotodologi merupakan hal yang snagat penting dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Metode adalah suatu cara mengajar, yang berfungsi sebagai alatt untuk mencapai tujuan pembelajaran. Semakin baik metode digunakan, maka akan semakin efektif dan efisien pula pencapaian tujuanya. Dalam metode mengajar, faktor guru, s iswa yang akan diajarkan, situasi, sarana, prasarana serta fasilitas-fasilitas lainnya sangat besar pengaruhnya. d. Pengaplikasian atau penerapan metode dalam pembelajaran (PAI) Seorang guru dituntut untuk mampu memadukan atau mengaplikasikan berbagai metode yang relevan untuk pembelajaran. Contoh : Shalat, seorang guru di tuntut harus mampu menggunakan atau mengaplikasikan metode ceramah, metode praktek, tanya jawab, latihan, serta harus memberi keteladanan bagi anak didiknya. Karena sholat tidka mungkin dilakukan hanya dengan ceramah saja. Seorang guru harus senantiasa membekali dirinya dengan berbagai kemampuan. Kemampuan intelektual dan metodologis, serta kepribadian dan akhlak mulia harus dimiliki seorang guru. Karena keteladanan mutlak harus dimiliki guru agar id adapat berperan sebagaimana mestinya sebagai guru Pendidikan Agama Islam(PAI). e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Metode Ceramah Menurut Nana Sudjana (1987:77), hal yang diperhatikan dalam penggunaan metode ceramah, yakni harus menetapkan apakah metode ini wajar digunakan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Tujuan yang hendak dicapai. 2) Bahan yang akan diajarkan termasuk buku sumber yang tersedia. 3) Alat, fasilitas dan waktu yang tersedia. 4) Jumlah murid, beserta taraf kemampuannya. 5) Kemampuan guru dalam penguasaan materi dan kemampuan berbicara. 6) Pemilihan metode mengajar lainnya sebagai metode bantu 7) Situasi pada waktu itu. Suparta dan Herry (2002:171), metode ceramah dapat digunakan dalam kondisi sebagai berikut: 1.) Guru ingin mengajarkan topik baru. Pda pendahuluan proses belajar mengajar, guru dapat megantarkan gambaran umum tentang topik itu dengan berceramah. 2.) Tidak ada sumber bahan pembelajaran yang dimiliki oleh peserta didik , sehingga mereka dituntut kreatifitasnya untuk membuat catatan-catatan penting dari bahan pelajaran yang disammpaikan oleh guru. 3.) Guru menghadapi jumlah peserta didik cukup banyak, sehingga tidak memungkinkan guru untuk memperhatikan secara individual. 4.) Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik. 5.) Proses belajar memerlukan penjelasan secara lisan. 2. Metode tanya jawab (questionary methode) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 62) metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru pada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Metode ini dimaksudkan untuk merangsang untuk berpikir dan membimbing peserta didik dalam mencapai kebenaran. Sedangkan menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 197) metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui berbagai bentuk pertanyaan yang dijawab siswa. Dalam metode ini antara lain dapat dikembangkan ketrampilan/kemampuan mengamati, menginterpretasi, mengklasifikasi, menarik kesimpulan, menerapkan dan mengomunikasikan. Sedangkan menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 307) metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkan. Metode tanya jawab dipakai dalam proses pembelajaran tetap masih menggunakan lisan sebgai alat komunikasinya. Metode tanya jawab adalah metode yang menggunakan seperangkat pertanyaan baik pertanyaan dari guru maupun dari peserta didik, yang terpusat pada masalah bahan ajar yang dibahas. Metode ini digunakan tidak lepas dari metode lain, yaitu cemarah dan pemberian tugas, yaitu peserta didik diberi tugas membaca dahulu materi yang ada sudah tertulis dalam bacaan atau buku teks. Jika penjelasan dari guru secukupnya dilakukan dan proses pembacaan materi selesai, baru dibuka dengan tanya jawab, secara timbal balik. Metode Tanya jawab digunakan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi pembelajaran yang sudah dibaca dan dikuasai oleh peserta didik. Dan jika peserta didik belum memahami betul, maka siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru untuk mendapatkn jawaban yang sesuai. Metode ini sebenarnya cukup efektif apabila peserta didik sebelumnya digerakkan imajinasi dan pikirannya sehingga mampu mengolah bahan pelajaran. Sebenarnya metode ini sangat baik untuk melatih anak dalam proses berpikir kritis, dan guru yang membuka peluang untuk menanyakan dan ditanyakan mempunyai jiwa besar. Artinya seorang guru harus bersifat objektif, menghargai semua aspirasi dan keingintahuan peserta didik dengan tidak dibatasi setiap ide dan gagasan yang disampaikan. a. Tujuan Metode Tanya jawab Metode tanya jawab dipakai, banyak manfaat dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, antara lain; 1) Melatih keberanian peserta didik untuk mengugkapkan pendapatnya secara lisan 2) Memberi motivasi peserta didik untuk berlatih berpikir 3) Melatih ketrampilan mengolah jawaban dan pertyanyaan atas masalah yang dibahas. 4) Merangsng pserta didik untuk berpikir kritis dalam menanyakan dan memberikan jawaban atas sutu persoalan. 5) Mengetahui sejauhmana penguasaan materi yang sudah dimiliki oleh peserta didik dalam proses pengajran sebelumnya. Metode tanya jawab, dapat dilakukan pembiacaaan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu. Metode tanya jawab berusaha menghubungakan pemikiran seseorang dengan orang lain metode tanya jawab disebut juga metode dialog, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Di sisi lain Metode dialog juga dipahami sebagai Proses Belajar Mengajar dimana terjadi interaksi antara kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dialog berhubungan dengan cara guru menjelaskan bahan kepada siswa sedangkan belajar mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. Metode tanya jawab identik dengan probing-prompting yakni pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipas. b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan metode tanya jawab adalah : 1) Guru harus benar-benar menguasai bahan pelajaran, termasuk semua jawaban yang mungkin akan di dengarkannya dari murid atas suatu pertanyaan yang di ajukan. 2) Guru harus sudah mempersiapkan semua pertanyaan yang di ajukan olehnya kepada murid dengan cepat. Pertanyaan harus jelas dan singkat ini harus di perhatikan, sebab pertanyaan-pertanyaan harus diajukan secara lisan. 3) Susunlah pertanyaan dalam bahasa yang mudah dipahami murid. 4) Guru harus mengarahkan pertanyaan pada seluruh kelas. 5) Berikan waktu yang cukup untuk memikirkan jawaban pertanyaan, sehingga murid dapat merumuskanya dengan sistematis. 6) Tanya jawab harus dilakukan dengan suasana yang tenang dan bukan dalam suasana yang tegang yang penuh dengan persaingan yang tidak sehat di antara anak didik. 7) Agar sebanyak-banyaknya murid memperoleh giliran menjawab pertanyaan dan jika seseorang tidak dapat menjawab segera, giliran di berikan kepada murid yang lain. 8) Usahakan selalu agar setiap pertanyaan hanya berisi satu problem saja. 9) Pertanyaan harus dibedakan dalam golongan pertanyaan pikiran dan pertanyaan reproduksi atau pertanyaan yang meminta pendapat dan hanya fakta-fakta. Dengan menggunakan tanggung jawab ini guru pendidikan Agama Islam dapat memberikan motivasi atau stimulus kepada siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dalam belajar yaitu guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawab pertanyaan tersebut, atas arahan dari guru baik di lakukan pada waktu apersepsi selingan maupun waktu berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Selain dari pad aitu tanya jawab bisa dilakukan pada waktu guru belum menjumpai materi pembelajaran yang akan di sampaikan kepada siswa. Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab atau siswa bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timal balik secara langsung antara guru. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab antara lain : a. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab 1) Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pembelajaran yang telah dikuasai oleh siswa 2) Untuk merangsang siswa berfikir. 3) Memberi kesempatan kepada sisawa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. b. Jenis pertanyaan Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan ingatan dan pertanyaan pikiran : 1) Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal kepada apa, kapan, dimana, berapa, dan yang sejenisnya. 2) Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana cara berfikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana. c. Teknik mengajukan pertanyaan. Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat bergantung kepada teknik guru dalam mengajukan pertanyaan. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan apabila : 1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran 2) Ingin membangkitkan siswa belajar 3) Tidak terlalu banyak siswa 4) Sebagaimana selingan metode ceramah. Dalam menggunakan metode mengajar, tidak hanya guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah, melainkan mencangkup pertanyaan-pertanyaan dan penyumbangan ide-ide dari pihak siswa. Cara pengajaran yang seperti ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : 1) Metode tanya jawab, dan 2) Metode diskusi. Perbedaan pokok diantara tanya jawab dengan metode diskusi terletak pada : 1) Corak pertanyaan yang diajukan guru 2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa Pada hakekatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan, dalam hal lain guru juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui metode tanya jawab guru ingin mencari jawaban yang tepat dan aktual. Sebaliknya dengan metode diskusi, guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berbeda sifatnya. Disini guru merangsang siswa untuk menggunakan fakta yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan.pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode tanya jawab mempunyai hubungan dengan metode apakah yang sedang dipakai guru metode ini sering sukar dibedakan, tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan. Metode tanya jawab digunakan dengan maksud : 1) Melanjutkan (meninjau) pelajaran yang lalu 2) Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa 3) Memimpin pengamatan dan pemikiran siswa. c. Kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab : 1) Kelebihan dari Metode Tanya Jawab: a) Kelas lebih aktif karena siswa tidak sekedar mendengarkan saja b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa. c) Guru dapat mengetahui sampai dimana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Peserta didik dapat mengembangkan keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. d) Pertanyaan yang dilontarkan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik. Sekalipun pada saat itu peserta didik sedang ribut e) Merangsang peserta didik untuk lebih berlatih mengembangkan daya fikir termasuk daya ingatan. 2) Kelemahan Metode Tanya Jawab : a) Dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. Apabila peserta didik tidak siap, maka peserta didik juga tidak akan berani untuk mengungkapkan mendapat atau bertanya. b) Terbatasnya jumlah waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik selanjutnya. c) Membutuhkan waktu lebih banyak. Beberapa alternatif dapat terjadi dalam metode tanya jawab yaitu : 1) Dari segi kecepatan menuangkan bahan pelajaran 2) Dapat terjadi penyimpanan daripokok persoalan 3) Dapat terjadi perbedaan pendapat anatar murid dan guru. Untuk menghindari suatu yang dapat terjadi dalam metode tanya jawab terutama yang bersifat negatif maka perlu diperhatikan hal-hal yang sebagai berikut : 1) Pertanyaan harus singkat, jelas dan merangsang berpikir 2) Sesuai dengan kecerdasan dan kemampuan anak didik yang menerima pertanyaan. 3) Memerlukan jawaban dalam bentuk kalimat atau uraian kecuali yang bersifat objektif tes dapat menggunakan ya atau tidak. 4) Usahakan pertanyaan yang punya jawaban pasti bukan pertanyaan yang mempunyai jawaban beberapa alternatif. 3. Metode Resitasi (Duti present methode) Metode resitasi disebut juga metode pemberian tugas merupakan metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan guru sehingga siswa dapat mengalaminya secara nyata (Abdurrohman Sholeh, 2005: 185). Menurut Zakiah Darojat (2008 : 298) metode pemberian tugas ialah suatu cara dalam proses belajar mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tapi bertanggungjawab dan murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sedangkan menurut Prof. Kukuh Fackurrohman (2008 : 64) pemberian tugas sama dengan istilah pekerjaan rumah tapi jauh lebih luas. Tugas dilaksanakan dirumah, disekolah, diperpustakaan, dan ditempat lain. Metode penugasan untuk merangsang anak aktif belajar secara individual atau secara kelopmpok. Metode pemberian tugas digunakan oleh guru kepada peserta didik untuk melakukan suatu aktifitas, bekerja, berbuat yang dapat menghasilkan suatu produk karya yang berakhir dengan laporan tertulis. Metode ini muncul dalam proses pembelajaran tidak berdiri sendiri, proses pelaksanaannya bebarengan dengan metode lain seperti ceramah (bentuk penjelasan tugas yang dilaksanakan), diskusi dan tanya jawab, jika tugas yang diberikan membutuhkan keterangan dari orang sumber. Bahkan dapat melibatkan metode eksperimen, jika tugas yang diberikan bentuk penelitian suatu benda atau masalah. Metode resitasi ini, bukanlah metode tambal sulam, artinya metode ini digunakan manakala guru tidak dapat melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran dalam tatap muka, dan untuk mengisi kekosongan peserta didik diberi tugas. Tidak, tidak demikian penggunaan metode pemberian tugas yang semestinya. Metode pemberian tugas adalah metode yang memang dalam perencanaan pembelajaran sudah ditentukan, materi yang sudah disiapkann akan dikupas dan dibahas dengan metode pemberian tugas. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berpikir dan kekaryaan dalam bentuk laporan yang baik dalam bentuk tulisan atau dapat mempresentasikan apa yang dikerjakan. Pemberian tugas bagi peserta didik dapat bentuk tugas individual atau bentuk kelompok. Hal ini tergantung dari bobot dan penyebaran materinya. Pelaksanaan tugas dapat dilakukan di ruang kelas, laboratorium, di perpustakaan bahkan jika tugas belum selesai dan tuntas dapat dilanjutkan di rumah. a. Tekhnik Pemberian Tugas Tekhnik pemberian tugas akan dapat efektif dan memberi motivasi kepada peserta didik, jika pemberian tugas ini diberi petunjuk jelas proses kerjanya. Prosedur pelaksanaan tugas bagi guru dalam metode ini adalah, sbb: 1) Menentukan topik materi pembelajaran yang akan dikerjakan. 2) Merumuskan tujuan yang jelas tentang tugas yang diberikan 3) Menentukan tempat dan alokasi waktu mengenai tugas yang akan dikerjakan. 4) Memberikan petunjuk yang jelas mengenai tugas yang akan dikerjakan, tentang: a) pokok persoalan yang akan dikerjakan b) ruang lingkup atau cakupan materi yang perlu dikerjakan c) format atau kertas kerja sebagai petunjuk pelaksanaan tugas d) format dan sistematika pelaporan yang harus disampaikan. 5) Memberikan motivasi bimbingan dan arahan pada saat proses kerja berlangsung 6) Memberikan pengawasan dan evaluasi hasil kerja. Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis. 4. Metode diskusi (Discution Methode) Menurut Abdurrohman Shaleh (2005 : 194) metode diskusi ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh guna memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain, dalam metode ini siswa mempelajari sesuatu melalui cara musyawarah diantara sesama mereka dibawah pimpinan atau bimbingan guru. Menurut Zakiah Darojat (2008 : 292) metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya metode ceramah, karya wisata dll. Karena metode ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan suatu masalah (problem solving). Dan menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 62) metode diskusi salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumennya untuk memperkuat pendapatnya. Diskusi adalah pembicaraan yang dilakukan dua orang atau lebih untuk membahas suatu masalah yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan dengan landasan berpikir dan beragumentasi secara ilmiah, dan akhir dari pembahasan tersebut menghasilkna suatu kesimpulan. Diskusi digunakan sebagai metode pembelajaran sebanarnya sangat baik untuk merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan melatih ketrampilan berbicara serta melatih keberanian untuk berpendapat. Metode ini digunakan tidak dapat berdiri sendiri, karena saat ceramah guru memegang peran peting menentukan aturan-aturan dan tata cara diskusi, metode tanya jawab, pemberian tugas ikut mewarnai dalam proses diskusi. Diskusi sebagai sebuah metode sebenarnya sudah menjadi kebutuhan dalam proses pembelajaran modern dalam rangka untuk menggali ide, gagasan dan solusi permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan kita. Sebenarnya pengertian diskusi sebagai sebuah metode pemecahan masalah, ada jenis atau nama lain yang berupa seminar, lokakarya, simposium, sarasehan, rapat, musyawarah dan sejenisnya. a. Tekhnik penerapan Metode Diskusi Tekhnik metode diskusi ini dapat mencapai hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran, seorang guru harus mempersiapkan rancangan tekhnik yang jelas. Tahap-tahap pelaksanannya tekhnik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Persiapan : a) menentukan materi atau topik yang didiskusikan b) menentukan rumusan tujuan yang jelas tentang arah diskusi c) menentukan peserta dan pembentukan kelompok dan organisasinya d) menentukan tata tertib dalam pelaksanaan diskusi e) menentukan formasi tempat diskusi f) menentukan alokasi waktu yang tersedia dalam diskusi. 2) Pelaksanaan : a) penjelasan dan pengarahan dari guru mengenai pelaksanaan diskusi b) pembagian peran diskusi, yaitu penunjukan modetaror dan notulis dan anggota diskusi c) pembacaan tata tertib diskuis oleh pimpinan diskusi d) pembagian tugas presentasi, dan pengenalan pemeran diskusi e) pelaksanaan proses diskusi dengan memberikan kesempatan semua peserta diskusi untuk ikut memberi sumbangsih pemikiran dalam pemecahan masalah disksusi. f) pencatatan semua proses dilakukan oleh notulis atau sekretaris diskusi g) membuat kesimpulan hasil diskusi yang dibacakan oleh moterator 3) Evaluasi dan tindak lanjut : a) pemberian komentar oleh guru mengenai proses diskusi yang sudah berlangsung. b) membuat rumusan kesimpulan hasil diskusi untuk dijadikan sebagai laporan b. Tujuan metode Diskusi : 1) Memotivasi atau memberi stimulasi kepada siswa agar berfikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta mengembangkan pikiran-pikiranya. 2) Mengambil suatu jawaban actual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbagan bersama. c. Macam-macam diskusi 1) Diskusi informal 2) Diskusi formal 3) Diskusi panel 4) Diskusi simpusium Tekhnik pembelajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks seperti berikut ini. Pengarahan, informasi bahan ajar, buat kelompok hiterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok asal, pelaksna tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi. Pemahaman bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok Bidak dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa, tekhniknya siswa membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintaksi Bidak menurut Slavin (1985) adalah: (1) Membuat kelompok hiterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif. Tekhnik pengembangan diskusi salah satu tipe pembelajaran koperatif dengan sintaks yakni pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri "reward". 5. Metode Sosiodrama (Role playing methode) Menurut Abdurrohman Shaleh (2005 : 200) metode sosiodrama dan bermain peran adalah dua metode yang dikatakan bersama dan dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti. Sosiodrama artinya mendramatisasi cara bertingkahlaku dalam hubungan sosial, sedangkan bermain peran menekankan kenyataan dimana siswa diikut sertakan dalam memainkan peran dalam mendramatisasikan sesuatu. Menurut Zakiah Darojat (2008 : 301) metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu. Role playing adalah metode yang mangacu pada bermain peran. Dalam istilah lain metode ini disebut juga sosiodrama. Dalam konsep metode ini, proses pembelajaran melibatkan peserta didik langsung untuk melakukan sebuah peran kehidupan. Pengertian peran berarti melakukan imitasi atau peniruan sebuah aktifitas kehidupan manusia dalam melakukan sesuatu. Peran dan tugas guru dalam penggunaan metode ini tidak ringan. Guru tidak hanya sekedar memberi perintah kepada peserta didik untuk melakukan peranan tanpa ada petunjuk yang jelas. Penggunaan metode ini justru sangat sulit dan membutuhkan konsep dan persiapan yang matang. Konsep berpikir dan ketrampilan khusus untuk merancang materi yang tepat dan sesuai dengan peran apa yang akan ditampilkan atau yang diperankan. Dalam dunia intertaimen, seperti film, sinetron, teater, sandiwara, drama atau advertensi (bentuk periklanan), sebelum para aktor dan aktris memerankan peran, maka mereka harus menguasai teks naskah alur cerita yang disebut dengan skenario. Proses terjadinya skenario ini awalnya harus ditulis terlebih dahulu, maka dalam hal ini guru harus menguasai dalam bidang penulisan ini. Selain itu guru juga harus mengusai bidang akting, karena guru dalam metode ini juga berperan sebagai sutradara, sebagai pengatur laku. Tekhnik pembelajaran dalam metode ini, guru dituntut lebih profesional, tidak hanya penguasaan materinya tetapi harus mampu menjadi penulis skenario dan sutradara. Ini berati guru tidak hanya sekedar sebagai penonton peranan, tetapi terlibat langsung dalam proses kegiatan yang sebenarnya. Tekhnik melaksanakan proses pembelajaran ini, maka ada hal-hal yang perlu diperhatikan yakni ; a. Materi pembelajaran yang akan diajarkan hendaknya yang dapat tunjukkan dengan peran. b. Peserta didik yang ditunjuk adalah yang mempunyai kemampuan untuk bermain peran (mempunyai ketrampilan dalam bakat akting) dan mempunyai sikap mental tidak demam panggung. c. Alokasi waktu yang tersedia cukup banyak. d. Adanya tempat yang representatif untuk penampilan, idealnya ada teater (panggung) yang dapat ditonton oleh peserta lain. e. Adanya naskah tulisan (skenario), sebgai pedoman peran mengenai alur kegiatan. f. Adanya pengatur laku (sutradara) untuk mengatur jalannya proses bermain peran g. Dibutuhkan latihan sebelum bermain peran. Upaya memudahkan dan melancarkan proses pelaksanaan metode "role playing", perlu diatur dengan prosedur langkah-langkah sebagai berikut ; a. Menentukan materi yang akn diajarkan. b. Membuat teks tulisan atau skenario c. Menunjuk peserta didik yang akan bertugas untuk bermain peran d. Melakukan latihan yang terencana dengan baik, sebelum tampil. e. Melakukan penampilan atau pementasan dengan urutan kegiatn sebagai berikut: 1) Mengatur tempat atau posisi pemain dan penonton (peserta didik yang tidak terlibat). 2) Melakukan penampilan sesuai dengan peran yang sdah ditentukan. 3) Peserta mengamati dan atau menonton derngan tugas memberi penilaian dan apresiasi. f. Guru melakukan pengawasan dan penilaian serta memberi komentar apa yang dilakukan oleh pemain peran. Tujuan metode ini adalah : 1) Melatih keterampilan sosial 2) Menghilangkan perasaan-perasaan malu dan rendah diri 3) Mendidik dan mengembangkan kemampuan mengemukakan pendapat. 4) Membiasakan diri untuk sanggup menerima pendapat orang lain. 6. Metode Demonstrasi (Demonstration Methode) Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dengan mempertunjukkan suatu. Hal yang dipertunjukkan dapat berupa suatu rangkaian percobaan, suatu model, suatu ketrampilan tertentu. Dalam metode ini siswa dituntut memperhatikan suatu obyek atau proses yang didemontrasikan Menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 189). Demontrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan sebagai upaya peragaan tentang suatu cara melakukan sesuatu. Metode demontrasi ini adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan (Kukuh Fachurrahman, 2007 : 62) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 62) metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, jadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan yang sedang disajikan. Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 296) metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dan menurut Abdurrohman Shaleh (2005 : 189) metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan memperbantukan sesuatu. hal yang dipertunjukkan dapat berupa suatu rangkaian percobaan, suatu model, suatu ketrampilan tertentu. Demontrasi diambil dari kata Inggris yaitu demonstrate yang berarti menunjukkan, membuktikan , memperlihatkan; mengadakan demonstrasi. Demonstration berarti pertunjukan. Dalam kamus bahasa Indonesia, demonstrasi diartikan peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan sesuatu. Sedangkan eksperimen adalah percobaan. Demonstrasi dan eksperimen dijadikan sebuah metode pembelajaran mengandung pengertian bahwa metode yang digunkan untuk menunjukan, memperlihatkan atau percobaan tentang suatu aktifitas kegiatan untuk membuktikan sebuah teori apakah betul atau sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran langsung atau mencoba dengan kemampuannya sendiri untuk mengetahui dan membuktikan tentang proses kerja atau proses terjadinya sesuatu yang didasarkan pada landasan teori keilmuan. Dalam konsep pembelajaran ini, guru dapat mengarahkan peserta didiknya untuk melakukan aktifitas riil dan berbuat secara nyata dalam peragaan, misalnya mata pelajaran Agama Islam mengenai bab shalat. Peserta didik setelah mengetahui cara-cara shalat, baik gerakan dan bacaannya, maka ini dibuktikan dengan peragaan riil, mulai takbiratul ihram sampai salam. Dalam semua pelajaran yang ada unsur prakteknya dapat dilakukan dengan metode demonstrasi dan eksperimen. Metode demonstrasi dan eksperimen dapat dilakukan dengan proses atau langkah-langkah sebagai berikut: a. Menetapkan topik atau materi pembelajaran yang membutuhkan praktek pembuktian. b. Merumuskan tujuan melakukan demontrasi dan eksperimen. c. Menyiapkan bahan atau alat-alat dan tempat yang digunakan dalam demontrasi dan eksperimen. d. Menetapkan peserta didik yang membantu mendemontrasikan dan mengeksperimenkan materi yang sudah ditetapkan. e. Menyuruh peserta didik yang lain untuk mengamati dan memperhatikan apa yang didemonstrasikan temannya, dan pada gilirannya disuruh ikut mencobanya, f. Memerintahkan kepada peserta didik untuk menanyakan apabila ada yang belum dipahami. g. Mengadakan pengawasan dan penilaian dari proses kegiatan demonstrasi dan eksperimen yang dilakukan peserta didik. h. Memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari materi-materi yang dapat didemonstrasikan dan dieksperimen secara individu maupun berkelompok. Diantara keuntungan metode ini adalah a. Perhatian anak dapat dipusatkan dan titik berat yang dianggap penting dapat diamati secara tajam. b. Proses belajar anak akan semakin terarah karena perhatianya akan lebih terpusat kepada apa yang didemonstrasikan c. Apabila anak terlibat aktif, maka mereka akan memperoleh pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada jiwanya dan ini berguna dalam pengembangan kecakapanya. Langkah pelaksanaan demontrasi : a. Mulailah demontrasi dengan kegiatan0kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demontrasi. b. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demontrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demontrasi itu. Langkah mengakhiri demontrasi Apabila demontrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitanya dengan pelaksanaan demontrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demontrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demontrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demontrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar dapat menambah pengalaman anak didik Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan konkrit Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta berperan secara langsung . Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstrasi tersebut, maka dalam bidang setudi agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya. Apalgi teori menjalnkan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus mencoba mendemonstrasikan di depan para murid.Dan apabila anak didik sedang mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gerak-gerik murid tersebut, sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkwajiban memperbaikinnya. Tindakan mengamti segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam pada diri anak didik, guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya. a. Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah : 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak apabila kekurangan media, 2) Metode demonstrasi menjadi kurangefesien nenrlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk mebeli bahan-bahannya memerlukan tenaga yang tidak sedikit Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstrasi menjadi tidak efektif. b. Menetapkan rencana penilain terhadap kemampuan anak didik Pelaksanaannya hal-hal yang mesti dilakukan adalah : 2) Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya 3) Melakukan demontrasi dengan menarik perhatian siswa 4) Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demontrasikan agar mencapai sasaran 5) Memperhatikan keadaan siswa, apakah semuanya mengikuti demontrasi dengan baik. 6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif 7) Menghindari ketegangan 8) Evaluasi c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode demontrasi tersebut adalah : 1) Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa 2) Susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang telah direncanakan 3) Menyiapkan peralatan yang di butuhkan sebelum demontrasi dimulai. 4) Usahakan dalam melakukan demontrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya. 7. Metode pemecahan masalah (problem solving methode) Dalam kamus bahasa inggris metode pemecahan masalah (problem solving method) mempunyai arti : a. Problem : Masalah b. Solving : berasal dari kata solve yang berarti pemecahan c. Method : cara Jadi dapat disimpulkan pengertian Problem Solving adalah pemecahan masalah. Problem solving digunakan sebagai metode dalam proses pembelajaran adalah bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan dengan bantuan proses berpikir. Sebenarnya problem solving merupakan bagian dari alat atau cara untuk penggalian teori keilmuan. Problem solving dianggap sebagai suatu cara yang sangat efektif untuk latihan berpikir, maka agar peserta didik mempunyai daya kreatifitas dalam berpikir, tidak ada jeleknya kalau problem solving dijadikan salah satu dalam metode pembelajaran. Beberapa pendapat ahli tentang pengertian Metode Pemecahan Masalah, diantaranya : a. Menurut sudirman dkk Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabnya oleh siswa. Permasalahan itu dapat diajukan diberikan kepada siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri yang kemudian dicari pemecahannya sebagai kegiatan pembelajaran. b. Menurut Oemar Hamalik Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajarabn dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. c. Menurut penulis Metode pemecahan masalah adalah sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran dimana siswa yang dihadapkan dengan berbagai masalah agar mampu menemukan dan mencari permasalahan yang ditemukan baik itu oleh siswa atau guru. a. Aplikasi Metode Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran PAI Untuk penerapan metode pemecahan masalah dalam pembelajaran yaitu : 1) Merumuskan masalah Guru mengajak siswa untuk menentukan dan memahami masalah yang akan dipecahkan. 2) Menganalisis masalah Siswa diarahkan untuk meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang. 3) Merumuskan hipotesis Guru membantu siswa untuk merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan kemampuan pengetahuan yang dimilikinya. 4) Mengumpulkan data Guru menyuruh siswa mencari dan mengambarkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah. 5) Pengujian hipotesis Siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penilaian hipotesis yang ia ajukan. 6) Merumuskan pemecahan masalah Siswa diajak menggambarkan rekomendasi (mempresentasikan) yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan simpulan mereka. b. Keunggulan Metode Pemecahan Masalah Adapun keunggulan metode problem solving sebagai berikut : a. Melatih siswa untuk mendisain suatu penemuan b. Berpikir dan bertindak kreatif c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan. e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja. c. Kelemahan Metode Pemecahan Masalah Kelemahan metode problem solving sebagai berikut : 1) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut. 2) Proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan mencari informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. 4) Membuat perkembangan pikiran siswa mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik. d. Solusi Terhadap Kelemahan Metode Pemecahan Masalah Adapun solusi untuk mengatasi kelemahan metode pemecahan masalah : 1) Bahan yang dipilih guru merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum. 2) Berikan kesempatan pada siswa untuk mencari jalanya sendiri dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. 3) Diusahakan jawaban bisa merata dan komparatif sehingga bisa diperbandingkan dengan lainyya. 4) Sediakan waktu, pertolongan serta perlengkapan yang memadai. e. Langkah-langkah pelaksanaan Metode Problem Solving: 1) Menetapkan masalah atau materi yang mengandung problem yang dapat dipecahkan. 2) Membuat rumusan yang jelas tentang permasalahan yang akan dipecahkan. 3) Mencari landasan teori yang digunkan sebagai dasar pemecahan masalah. 4) Mencari sebuah rumusan pertanyaan yang memancing munculnya permasalahan. 5) Merumuskan jawaban sementara atas pertanyaan yang dijadikan acuan permasalahan. 6) Mencari alternatif pemecahan masalah yang paling tepat dan sesuai dengan pokok permasalahan. Tekhnik penerapan dari metode pemecahan masalah dalam proses pembelajaran ini dengan mencari pemecahan masalah adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. Sintaknya adalah: identifkasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, analisis kausal, deteksi kausal lain, dan rencana solusi yang terpilih. Langkah penyelesaian maslah sebagai berikurt: menuliskan pernyataan masalah awal, mengelompokkan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, imoplementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihan solusi utama, dan implementasi solusi utama. Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah: mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi. Model pembelajaran ini adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic, elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga terjadli koneksivitas, pilih strategi solusi Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan. 8. Metode latihan (drelling methode) Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 302) penggunaan istilah latihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran tersebut. Langkah-langkah metode dreel: 1) Harus diusahakan latihan tersebut jangan sampai membosankan anak didik 2) Latihan betul-betul diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian anak didik 3) Agar anak didik tidak ragu, maka anak didik lebihdahulu diberikan pengertian dasar tentang materi yang akan diberikan. 9. Metode proyek (project methode) Menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 191) metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menggunakan berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari sebagai tema bahan pelajarannya, agar siswa tertarik untuk belajar. Pelajaran melalui metode proyek dilakukan dengan cara menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang diperoleh siswa. Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 310) metode ini disebut juga dengan teknik pengajaran unit. Anak didik disuguhi bermacam-macam masalah dan anak didik bersama-sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Langkah-langkah metode Proyek : a. Menurut Dr. Zakiah Darojat (2008 : 310) 1) Merealisasi adanya masalah 2) Menyususn hipotesis 3) Mengumpulkan data dan informasi 4) Menyimpulkan b. Menurut Abdurrahman Shaleh (2005 : 192) 1) Mempersiapkan situasi belajar mengajar 2) Memilih dan menetapkan tujuan 3) membuat rencana kerja 4) Pelaksanaan 5) Penilaian 6) Pencatatan a. Aplikasi Metode Proyek Dalam Pembelajaran PAI Contoh metode pembelajaran berbasis proyek pada mata pelajaran PAI : Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam Satuan pendidikan : SMA (Sekolah Menengah Atas) Kelas/ Semester : XI/ Genap Kompetensi dasar : Siswa dapat memahami kletentuan hukum tata cara pengurusan jenazah dan mampu memperagakan tata cara pengurusan jenazah. Indikator pembelajaran : 1. Menjelaskan tata cara pengurusan jenazah 2. Menjelaskan maksud dan tujuan memandikan jenazah serta memberikan contoh cara memandikan jenazah 3. Menjelaskan maksud dan tujuan mengkafani jenazah serta memberikan contoh cara mengkafani jenazah. 4. Menyebutkan do’a-do’a serta memberikan contoh mensholatkan jenazah 5. Mengidentifikasi masalah-masalah autentik 6. Mengidentifikasikan pemecahan masalah-masalah. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Proyek 1. Kelebihan metode proyek : a) Dengan pengajaran proyek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan siswa, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri. b) Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mempraktekkan apayang telah dipelajaro. c) Melalui metode proyek memperhatikan segi minta, perbedaan serta kemampuan masing-masing individu siswa d) Dapat menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yang baik. e) Dapat membentuk siswa dinamis dan ilmiah dalam berbuat /berkarya. 2. Kekurangan metode proyek : a) Memerlukan perencanaan yang matang b) Tidak semua guru merencanakan/terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode proyek guru dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisir pelajaran yang menjadi proyek secara terencana. c) Bila proyek diberikan terlalu banyak, akan berakibat membosankan bagi siswa. d) Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SLTP), metode proyek masih sulit dilaksanakan. Sebab metode proyek menuntut siswa untuk mencari, membaca, memikirkan serta dapat memecahkan masalahnya sendiri. 10. Metode cerita (narativieng methode) Menurut Prof. Kukuh Fackhurrohman (2007 : 62) Alqur’an dan Al Hadits banyak mereddaksikan kisah untuk menyampaikan pesan-pesannya. Seperti kisah malaikat, para Nabi, umat terkemuka pada zaman dahulu dan sebagainya. Sedangkan menurut Abdurrohman Shaleh (2005 : 202) metode cerita ialah suatu cara mengajar yang pada hakekatnya sama dengan metode ceramah karena informasi yang disampaikan melalui penuturan atau penjelasan lesan dari seseorang kepada orang lain. Dalam metode bercerita baik guru maupun siswa dapat berperan sebagai penutur. Guru dapat menugaskan salah seorang siswa atau lebih untuk menceritakan suatu peristiwa atau topik. 11. Metode praktik (practising methode) Menurut Prof. Kukuh Fackhurrohman (2007 : 64) dimaksudkan supaya mendidik dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda seperti diperagakan, dengan harapan anak didik menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang dimaksudkan. Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya. Suintak p[embelajana ini adalah: guru menyiapkan tongkat, sajian materi pokok, siswa mebaca materi lengkap pada wacana, guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepad siswa lain dan guru memberikan petanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. 12. Metode suri tauladan (good example methode) Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti melalui. Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Metod eberasal dari Bahasa Inggris ‘Method’ yang berarti metode atau cara. Sedangkan secara terminology metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai satu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 63) metode yang dapat diartikan sebagai tauladan yang baik. Dengan adanya teladan yang baik itu, maka akan menumbuhkan hasrat bagi orang lain untuk meniru atau mengikutinya, karena memang pada dasarnya dengan adanya contoh ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apapun, maka hal itu merupakan suatu amaliah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari. a. Aplikasi Metode Suri Tauladan Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rosulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah satu factor terpenting yang membawa berliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rosulullah Saw. Di dalam mendidik tidak hanya kata-kata saja, tetapu lebih banyak memberikan keteladanan dalam mendidik umatnya. Karena itulah, keteladanan dikatakan sebagai metode yang sangat efektif dalam pendidikan, khususnya pendidikan islam. Maksudnya keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh dan terbuklti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentukk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figure terbaik dalam pendangan anak didiknya. Oleh karena itu, keteladanan yang baik adalah salah satu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan. Hal ini karena keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam mencapai upaya keberhasilan pendidikan, dan jufa dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan islam. Dalam praktek pendidikan dan pengajaran, secara langsung (durect) maksudnya bahwa pendidikan benar-benar menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak didik. Kedua, secara tidak langsung (indirect) yang maksudnya, pendidik menceritakan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan syuhada, yang tujuannya agar anak didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan mereka. c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Suri Tauladan (Good Example Method) Layaknya metode-metode yang lain, metode suri tauladan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Namun kelemahan dan kelebihan metode keteladanan ini tidak bias dilihat secara kongkrit. Tetapi secara abstrak Armai Arif mengatakan kelebihan dankekurangan metode ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut : 1) Kelebihan : a) Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajari di sekolah. b) Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya. c) Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik d) Bila keteladanan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik. e) Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa. f) Secara tidak langasung guru fapat menerapkan ilmu yang diajarkan. g) Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya. 2) Kekurangan : a) Jika figure yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik pula b) Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme. 13. Metode kerjasama (cooperations methode) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 64) metode kerjasama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara indifidu dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan menggarap berbagai program yang bersifdat prospektif, guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama. 14. Metode kerja kelompok (cup cluster methode) Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian dimana anak didik dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan bergotong royong. Sebagai metode kerja kelompok memiliki pengertian dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri/dibagi atas kelompok-kelompok kecil/sub-sub kelompok. Kerja kelompok dapat dipakai untuk mengajar dan mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. (Syaiful Sagala, 2003: 215). Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama (Roestiyah, 2001: 15).The Power of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala (Komaruddin Hidayat, 2001: 153) DMR adalah pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah: persiapan, pendahuluan, pengemabangan, penerapan, dan penutup Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok. . 15. Metode sistem regu (team teaching methode) Team teaching adalah metode pembelajaran dimana dua guru atau lebih bekerjasama mengajar sebuah kelompok siswa. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan metode ini adalah: pertama, harus ada program pelajaran yang disusun bersama oleh team tersebut, sehingga terarah sesuai dengan tugas masing-masing guru dalam team tersebut. Kedua, Membagi tugas tiap topik kepada guru tersebut sehingga masalah bimbingan pada siswa terarah dengan baik. Ketiga, Setiap anggota dalam satu regu harus memiliki pandangan/pengertian yang sama dan keempat harus dicegah jangan sampai terjadi jam bebas akibat ketidakhadiran seorang guru anggota team tersebut. a. Kelebihan metode system regu 1) Melalui metode system regu (team teaching) ini banyak menguntungkan, karena interaksi mengajar akan lebih lancar. 2) Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap pelajaran yang diberikan dapat mendalam. Karena masing-masing guru bidang studi dapat memberikan/ kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masing-masing.bidang studi dapat memberikan / kajian yang berbeda-beda sesuai dengan spesialisasi mereka masing-masing. 3) Unsur kerja sama antar siswa dan guru masing-masing bidang studi sangat menonjol, sehingga dimungkinkan adanya kerja sama yang harmonis, yang justru sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar. 4) Tugas mengajar guru sedikit lebih ringan , sehingga cukup waktu untuk merencanakan persiapan mengajar yang lebih baik . 5) Pelajaran yang diberikan oleh guru , melalui metode system regu ini dipertanggungjawabkan , karena unit pelajaran ditangani oleh beberapa orang guru . b. Kekurangan metode sistem regu terletak pada : 1. Pelajaran menjadi tidak sistematis , apabila masing-masing berjalan sendiri-sendiri , dan tidak adanya koordinasi yang baik . Hal ini dapat berakibat mebingungkan dan menyulitkan bagi siswa. 2. Bagi guru yang kurang disiplin , bila mendapatkan giliran bebas tugas , kemungkinan waktu tersebut hanya digunakan untuk beristirahat dari pada membuat rencana pelajaran yang baik . 3. Kemungkinan bagi pembetuntukan (team teaching) hanya sekedar memperbincangkan factor ekonomis dan adminitrasi pengajaran yang justru hal yang pokok . 4. Apabila tidak tercipta hubungan yang harmonis dan kerja sama yang kompak antar guru bidang studi , maka kemungkinan akan berakibat fatal bagi tercapainya tujuan pengajaran . 5. Kecendurungan sistem pengajaran modern menghendaki adanya pemisaha yang tugas spesialisasi dari masing-masing mata pelajaran . c. Aplikasi tahapan pembelajaran dengan strategi Team Teaching 1) Tahap awal a) Perencanaan Pembelajarab Disusun secara Bersama Perencanaan pembelajaran atau yang saat ini lebih popular dengan istilah Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) harus di susun secara bersama-sama oleh setiap guru yang bergabung dalam team teaching mehamami tentang apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator yang harus diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepad asistem penilain haisl evaluasi siswa. b) Metode Pembelajaran Disusun Bersama Selain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team , metode yang akan dugunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran Team Teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota Team Teaching. Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru Team Teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah pembelajaran. c) Partner Team Teaching memahami materi dan isi Pembelajaran Guru sebagai partner dalam Team Teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus bersama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam diri maisng-masing. Terutama ini dirasakan manfaatnya dalam penyampaian materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan guru. d) Pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas Dalam Team Tea ching, pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara jelas ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing. Tidak ada lagi yang namanya ketidak jelasan peran dan tanggung jawab dalam hal ini. 2) Tahap Inti Satu guru sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas dan pembantu team. Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran yang ada. 3) Tahap Evaluasi a) Evaluasi guru Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing partner dengan cara member kritik-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan untuk menjaga image masing-masing guru dihadapan siswa. b) Evaluasi siswa Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh guru team teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus mebuat soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru Team Teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik lisan maupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara keduanya. Satu hal yang tak kalah penting adalah dalam evaluasi siswa, guru juga diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru Team Teaching dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-poos pengawasan. 16. Metode karya wisata (feeld trib methode) Metode karyawisata adalah metode pembelajaran dengan melakukan kunjungan ke luar kelas dalam rangka belajar. Langkah-langkah pokok dalam metode karyawisata yaitu: a. Perencanaan karyawisata 1) Merumuskan tujuan karyawisata 2) Menetapkan objek sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai 3) Menetapkan lamanya karyawisata 4) Menyusun rencana belajar bagi siswa selama berkaryawisata 5) Merencanakan perlengkapan belajar yang harus disediakan b. Pelaksanaan karyawisata Dalam fase ini adalah pelaksanaan kegiatan belajar ditempat karyawisata dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar yang dilaksanakan harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. c. Tindak lanjut Pada akhir karyawisata siswa harus diminta laporannya baik lisan maupun tertulis yang merupakan inti masalah yang telah dipelajari pada waktu karyawisata. Keunggulan metode karya wisata 1) Siswa dapat menyaksikan secara langsung 2) Dapat menjawab masalah atau pertanyaan sekaligus selama dilapangan dengan mempertanyakan, mengamati, mencatat, menyimpulkan DLL. Terhadap hal yang belum atau kurang dipahami. 3) Dengan melalui dua hal tersebut diatas memungkinkan siswa dapat mempratekkan hasil karya wisata atau hasil kunjungannya. 4) Pengetahuan siswa menjadi integral atau terpadu. 5) Sebagai selingan yang menyenangkan yang dapat menimbulkan semangat baru untuk belajar dengan sungguh-sungguh. 6) Menimbulkan cakrawala piker atau horizon yang luas dan intuisif. Kekurangan Metode Karya Wisata 1) Dilihat dari segi tenaga dan biaya, metode ini juga tampak kurang efisien dan efektif 2) Dapat membawa resiko perjalanan cukup besar. 3) Karya wisata cenderung bersifat ceremonial ketimbang untuk menambah pengetahuan dna pengalaman. 4) Memerlukan koordinasi dengan guru-guru bidang studi lain agar tidak terjadi tumpuh tindih waktu dalam kegioatan, dalam karya wisata ini tidak harus dilaksanakan setiap hari karena tidak efisien disamping itu metode karya wisata ini juga sangat penting agar siswa siswa mengetahui sesuatu hal secara langsung . Solusi kekurangan dari metode karya wisata tersebut adalah 1) Sebaiknya karya wisata ini dilakukan pad awaktu liburan sekolah atau bisanya disebut dengan studi tour 2) Perlu persiapan dan pembimbing yang pasti agar semuanya berjalan dengan aman 3) Karya wisata harus sesuai dengan penerapan yang diatas sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan. 17. Metode pemberian motivasi (present motivations methode) Pemberian motivasi guru dalam pembelajaran dapat terdiri atas Pemberian Penghargaan, yang dapat menumbuhkan inisiatif, kemampuan-kemampuan yang kreatif dan semangat berkompetisi yang sehat, pemberian penghargaan sebagai upaya pembinaan motivasi tidak selalu harus berwujud atau barang, tetapi dapat juga berupa pujian-pujian dan hadiah- hadiah im-material. Pemberian perhatian yang cukup terhadap siswa dengan segala potensi yang dimilikinya merupakan Bentuk motivasi yang sederhana, karena banyak yang tidak memiliki motivasi belajar diakibatkan tidak dirasakannya adanya perhatian. Ajakan Berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan yang dianggap berharga. Oleh karena itu guru, harus selalu mengajak dan mengulurkan tangan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran guna lebih bergairah dalam belajar dan memperkaya proses interaksi antar potensi siswa dalam proses pembelajaran. 18. Metode kooperatif (cooperative methode) Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi. Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan. 19 Metode kontekstual (contectual methode) Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif - nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi. Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara). 20. Metode pembelajaran langsung (direct learning methode) Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi). 21. Metode problem terbuka (open ended methode) Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir. Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materui selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri). Sintaknya adalah menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 22. Metode tugas kelompok (teams geam tournament methode) Istilah kerja kelompok dipakai untuk merangkum pengertian dimana anak didik dalam satu kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mencari satu tujuan pelajaran yang tertentu dengan bergotong royong. Sebagai metode kerja kelompok memiliki pengertian dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri/dibagi atas kelompok-kelompok kecil/sub-sub kelompok. Kerja kelompok dapat dipakai untuk mengajar dan mencapai bermacam-macam tujuan di sekolah. (Syaiful Sagala, 2003: 215). Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama (Roestiyah, 2001: 15).The Power of Two merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala (Komaruddin Hidayat, 2001: 153) Debat adalah tekhnik pembalajaran tugas kelompok disebut juga dengan sisntak yakni : siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok, sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu setrusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola perlu. Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laopran hasil presentasi. Sinatknya adalah: informasi, kelompok (membaca-mencatatat-menandai), presentasi, diskusi dan melaporkan. Tekhnik yang lain adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintak : pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. 23. Metode pemahaman (comprehensien methode) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 63) metode ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan fikirannya dengan mendata dan menginfentarisasi masalah, dengtan cara memilah-milah, membuang nama yang salah, meluruskan yang bengkok dan mengambil yang benar. Metode pemahaman ini tidak lepas dengan hubungan metode hafalan disebabakan adanya saling berkaitannya. Dan menjadi mengusik dan memerik rasa keingintahuan. Seandainya mau merenungi dirinya sendiri niscaya akan mendapatkan kesuksesan di dalam hidupnya. Namun akhir-akhir ini muncul pandangan atau paradigma yang menyatakan bahwa cara metode hafalan telah berakhir dan harus digantikan oleh metode yang lebih maju yaitu metode pemahaman. Dengan metode pemahaman memiliki nilai kreatifitas dalam proses belajar akan lebih bermakna. Pandangan ini lahir dengan ditandai hadirnya berbagai teori pembelajarab yang mengungkapkan kreativitas seperti Quantum learnign, accelerated learnign dan teori-teori lain. Metode hafalan dan metode pemahaman dapat bersinergi dan ta k dapat berjalan sendiri-sendiri satu dengan yang lain dalam dunia pembelajaran pendidikan. Contoh anak kecil menghafalkan kata tahu ia tidak paham dengan apa yang ia hafal, akan tetapi setelah beberapa saat kemudian ia akan sangan membutuhkan hafalan ini. Untuk lebih jelasnya pembahasan ini tentang keutamaan dan kemanfaatan yang kita capai dalam memahami dan mengamalkan manhaj salaf yang baik adalah : a. Keteguhan iman dan istiqomah dalam agama didunia dan akhirat b. Meraih kenikmatan tertinggi di surga c. Menggapai tempat dari Allah dalam kebaikan d. Mendapatkan semua kemuliaan Allah SWT di surga (Akhirat) Kelemahan : a. Memperlambat dalam pembelajran pendidikan untuk mencapai target mengejar target materi pelajaran. b. Ruang lingkup dalam penyampaian materi belum begitu leluasa hanya tempat tertentu. Membutuhkan waktu proses pembelajaran lama. c. Menyebabkan kegagalan dalam bentuk kepribadian manusia yang kuat dan mampu untuk berbuat banyak dalam kehidupan. d. Metode ini di terapkan tidak secara menyeluruh dan lengkap dalam penyampaian pembelajaran pendidikan. 24. Metode perumpamaan (parable methode) Menurut Prof. Kukuh Fachurrohman (2007 : 63) suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan mentasbihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional- abstrak dengan sesuatu yang bisa diindra. 25. Metode simulasi (simulations methode) Metode ini adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya. Simulasi sangat baik untuk mencek ketrampilan kognitif yang telah diperoleh melalui metode-metode lain, disamping untuk mengubah sikap. Metode ini makin lama makin populer, terutama dalam dua lingkungan yang ekstrem, yaitu sekolah dasar dan penataran dunia usaha. Dengan metode ini suatu masalah dipecahkan, bukan dengan membahas masalah tersebut. Gladiresik merupakan contoh simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai latihan untuk upacara yang sebenarnya supaya tidak gagal pada waktunya nanti. Simulasi juga bisa dilakukan dalam rangka persiapan pelaksanaan ibadah haji. a. Jenis-jenis metode simulasi 1) Bermain peran (role playing dalam proses pembelajarannya mengutamakan pola permainan dalam bentuk dramatisasi. Simulasi ini menitik beratkan agar siswa dapat meningkat. 2) Sosiodrama, merupakan pembelajaran yang dilakukan oleh kelompok untuk melakukan aktifitas belajar memecahkan masalah individu sebagai makhluk hidup. 3) Permainan simulasi (simulation games). Dalam pembelajarannya siswa bermain peran sesuai dengan peran yang diberikan kepadanya. b. Karakteristik metode simulasi 1) Banyak digunakan pada pembelajaran IPS, PKN dan Pendidikan Agama. 2) Pembinaan kemapuan bekerjasama, komunikasi dan interaksi. 3) Lebih banyak menuntut aktivitas siswa 4) Dapat digunakan dalama pembelajaran berbasis konteksual. 5) Mengembangkan kemampuan siswa bermain peran. 6) Siswa akan menguasai konsep dan keterampilan intelektual, sosial dan motorik dalam bidang yang dipelajarinya. 7) Siswa mampu belajar melalui sistuasi tiruan dengan sistem umpan balik. c. Langkah-langkah metode simulasi : 1) Menetapkan topik simulasi 2) Menetapkan kelompok dan topik yang akan dibahas. 3) Guru mengawali simulasi dnegan memberi petunjuk tentang prosedur, teknik, dan peran yang dimainkan. 4) Mendiskusikan proses, peran, teknik, dan prosedur. 5) Kesimpulan dan saran. d. Keunggulan metode simulasi : 1) Siswa dapat berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok 2) Siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga aktivitas siswa cukup tinggi. 3) Membiasakan siswa memahami permasalahan sosial. 4) Membina hubungan personal yang positif antar siswa dalam kelompok. 5) Dapat membangkitkan imajinasi. 6) Membina hubungan yang komunikatif dan bekerjasama dalam kelompok. e. Kelemahan metode simulasi : 1) Memerlukan waktu yang relatif lama 2) Sangat bergantung pada aktivitas siswa 3) Lebih cenderung memerlukan pemanfaatan sumber belajar 4) Banyak siswa yang kurang menyukai metode ini. 26. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri. 27. Metode Pembelajaran Bersiklus (cycle learning Methode) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda. 28. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembeljaaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpkir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negoisasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri. 29. Problem Solving Dalam hal ini maslaah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, dan algoritma). Sintaknya adalah sajikan permasalah yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau aturan yang disajikan, siswa mengidentifikasi, mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga dan akhirnya menemukan solusi. 30. Problem Posing Bentuk lain dari problem posing adalah problem posing, yaitu pemecahan masalah dengan melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimaisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan. 31. Problem Terbuka (OE, Open Ended) Pembelajaran dengan problem ( masalah ) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam ( multi jawab, fluency ). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinalitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi,-interaksi, sharing, ketebukaan, dan solialisasi. Siswa dituntut unuk berimprovisasi mengembangkan metode. Cara atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban. Jawaban siswa beragam selanjutnya siswa juga diminta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Dengan demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentuk pola pikir, keterpasuan, keterbukaan dan ragam berfikir. Sajian masalah haruslah konteksual kaya makna secara tematik (gunakan gambar, diagram, table). Kembangkan permasalaha sesuai dengan kemampuan berpikir siswa. Katakan dengan materi selanjutnya siapkan rencana bimbingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri) sintaknya adalah menyajikan masalah. Pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa. Bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan. 32. Probing-promping Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan sisap siswa dan pengalamanya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari, selanjutnya siswa mengkontruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan. Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilukukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpatisipasi aktif. Siswa tidak bisa menghindar dari proses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi suasana tegang. Namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi tersebut. Guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah. Suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa. Sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya sedang belajar. Ia telah berpartisi pasi. 33. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning) Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi). Kemudian eksplanasi (empiric). Dan diakhiri dengan aplikasi (adukatif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan masyarakat. Eksplanasi berarti mengenalkan konsep baru dan alternative pemecahan. Dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda. 34. Reciprocal Learning Weinstein & meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal yaitu bagaimanan siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan resnik (1999) mengemukakan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu : informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca merangkum. 35. SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan: Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi: Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemostrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga: dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mids-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkontruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. 36. TGT (Teams Games Tournament) Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bisa berbeda. Setelah memperoleh tugas, setiap keompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok. Suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan. Atau ddalam rangka mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut : a. Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan mekanisme pembagian b. Siapkan meja turnamen secukupnya. Misal 10 meja dan untuk tiap meja diempati 4 siswa yang berkemampuan setar. Meja 1 diisi oleh siswa dengan level tertinngi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya peling rendah. Penentuna tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesepakatan kelompok. c. Selanjutnya adalah pelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit). Siswa bisa mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya siperiksa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya diberikan sebutan (gelar) superior. Very good. Good. Medium. Bumpin pada turnamen kedua (begitu juga untuk turnamen ketiga keempat dst ) dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi. Siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama. Begitu juga pula untuk meja turnamen yang lainya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama. e. Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual. 37. VAK (Vizualization, Auditory, Kinestetic) Model pembelajaran ini menggangap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas. Dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic 38. AIR (Auditory, Intellectualy, Repetion) Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK. Bedanya hanyalah pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis. 39. TAI (Team Assisted Individualy) Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam kelompok (Bidak) dengan karateristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisiintruksi. Sintaksi bidak menurut Slavin (1985) adalah : (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul. (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, salig tukar jaaawaban. Saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif. 40. STAD (Student Team Achievement Division) STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok hetrogen (4-5 orang). Diskusikan bahan belajar LKS-modul secara kolabratif. Sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok. Umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward. 41. NHT (Numbered Head Together) NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi utuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa. Umumkan hasil kuis beri riward. 42. Jingshaw Model pembelajaran ini termasuk pembelajaran ini termasuk koperatif dengan sintaks seperti berikut ini, pengarahan , informasi bahan ajar. Buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok. Tiap anggota kelompok bentugas membahas bagian tertentu tiap kelompok bahan belajar sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi. Kembali ke kelompok asal, pelaksana tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli. Penyimpulan evaluasi , refleksi. 43. TPS (Think Pairs Share) Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward. 44. GI (Group Investigation) Model koperatif tipe GI dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dengan orientasi tugas, rencanakan pelaksanaan investigasi. Tiap kelompok menginvestigasikan proyek tertentu (bisa di luar kelas, misal mengukur tinggi pohon, mendata banyak dan jenis kendaraan di dalam sekolah , jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah, banyak guru dan staf sekolah). Pengolahan 45. MEA (Means-End Analysis) Model pembelajaran ini adalah variasi dri pembelajaran dengan pemecahan masalah sengan sintaks: sajikan materi dengan pendekatan pemecahan masalah berbasis heuristic. Elaborasi menjadi sub-sub masalah yang lebih sederhana, identifikasi perbedaan, susun sub-sub masalah sehingga menjadi koneksivitas, pilih strategi solusi. 46. CPS (Creative Problem Solving) Ini juga merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Sintaksnya adalah mulai dari fakta aktual sesuai dengan materi bahan ajar melalui tanya jawab lisan, identifikasi permasalahan dan fokus-pilih, mengolah pikiran sehingga muncul gagasan orisinil untuk menentukan solusi, presentasi dan diskusi. 47. TTW (Think Talk Write) Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melaluibahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi). Hasil becaanya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi dan kemmudian buat laporan hasil presentasi. Sinatnya adalah: informasi, kelompok, (membaca-mencatat-menandai), presentasi, diskusi, melaporkan. 48. TS-TS (Two Stay – Two Stray) Pembelajaran moidel ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok. Kembali ke kelompok asal. Kerja kelompok, lapoan kelompok. 49. CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) Sintaksnya adalah ( C ) koneksi informasi lama-baru dan antar konsep, ( 0 ) organisasi ide untuk memahami materi, (R) Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali, (E) mengembangkan, memperluas, dan menggunkan. 50. SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pembelajaran ini adalah strategi membaca yang dapat mengembangkan meta kognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan belajar secara seksama-cermat, dengan sintaks: survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci, Question dengan membuat pertanyaan (mengapa-bagaimana, darimana) tentang bahan bacaan (materi bahan ajar). Read dengan membaca teks dan cari jawabanya. Recite dengan pertimbangkan jawaban yang diberikan (cartat-bahas bersama). Dan Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh. 51. MID (Meaningful Instructionnal Design) Model ini adalah pembelajaran yang mengutamakan kebermaknaan belajar dan efektivitas dengan cara membuat kerangka kerja-aktivitas secara konseptual kognitif-konstruktivis. Sintaksnya adalah (1) lead-in dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pengalaman, analisi pengalaman, dan konsep ide; (2) reconstruction melakukan fasilitasi pengalaan belajar: (3) production melalui ekspresi-apreasi konsep. 52. CRI (Certainly of Respone Index) CRI digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran yang berkenaan dengan tingkat keyakinan siswa tentang kemampuan yang dimilikinya untuk memilih dan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya. Hutnal (2002) mengemukakan bahwa CRI menggunakan rubric dengan penskoran 0 untuk totally guested answer. I untuk amost guest, 2 untuk not sure, 3 untuk sure, 4 untuk almost certain, dan 5 untuk certain. 53. DLPS (Double Loop Problem Solving) DLPS adalah variasi daari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah. Jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa, selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut, sintaksnya adalah : identifikasi, deteksi kausal, solusi tentative, pertimbangan solusi, Langkah penyelesaian masalah sebagai berikut ; menuliskan pertanyaan masalah awal pengelompokan gejala, menuliskan pernyataan masalah yang telah direvisi, mengidentifikasui kausal, implementasi solusi, identifikasi kausal utama, menemukan pilihna solusi utama, dan implementasi solusi utama. 54. DMR (Diskursus Multy Reprecentasy) DMR adalah pembelajaran yang beriorentasi pada pembentukan, penggunaan, dan pemanfaatan berbagai presentasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaksnya adalah : persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup. 55. CIRT (Cooperative, Integrated, Reading, and Composition) Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif kelompok . sintaksnya adalah: membentuk kelompok heterogen 4 orang, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar. Siswa bekerja sama(membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil kelompok, refleksi. 56. IOC (Inside Outside Circle) IOC adalah mode pembelajaran dengan sistem lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993) di mana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Sintaksnya adalah : separu dari sejumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar. Separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam. Siswa yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman(baru) di depanya, dan seterusnya. 57. Tari Bambu Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depanya, dan sseterusnya. 58. Artikulasi Artikulasi adalah mode pembelajaran dengan sintaks: penyampaian kompetensi, sajian materi, bentuk kelompok berpasangan sebangku, salah satu siswa menyampaikan materi yang beru diterima kepada pasanganya kemudian bergantian, presentasi di depan hasil diskusinya, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan. 59. Debate Debate adalah model pembelajaran dengan sintaks : siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok. Sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian. Guru membimbing membuat kesimpulan dan menambahkannya biola baru. 60. Role Playing Sintak dari model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan skenario pembelajaran, menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario yang telah dipelajarinya. Kelompok siswa membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan dan refleksi. 61. Talking Stick Sintaks pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan tongkat,. Sajian materi pokok, siswa membaca materi lengkap pada wacana. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru, tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya, guru membimbing kesimpulan-refleksi-evaluasi. 62. Metode Pembahaman dan Penalaran Menurut Prof. Kukuh Fachrurrohman (2007: 63) metode ini dilakukan dengan membangkitkan akal dan kemampuan berfikir anak didik secara logis. Metode ini adalah metode mendidik dengan membimbing anak didik untuk dapat memahami problema yang dihadapi dengan menemukan jalan keluar yang benar dari berbagai macam kesulitan dengan melatih anak didik menggunakan fikirannya dengan mendata dan menginfentarisasi masalah, dengan cara memilah-milah, membuang nama yang salah, meluruskan yang bengkok dan mengambil yang benar. 63. Metode Perumpamanaan Menurut Prof. Kukuh Fachrurrohman (2007: 63) suatu metode yang digunakan untuk mengungkapkan suatu sifat dan hakekat dari realitas sesuatu. Perumpamaan dapat dilakukan dengan mentasbihkan sesuatu (menggambarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang serupa), seperti mengumpamakan sesuatu yang rasional-abstrak dengan sesuatu yang bisa diindra. 64. Metode Dialog Metode ini adalah metode menggunakan tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik pembicaraan tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain. Serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya. Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lian, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Di sisi lain metode dialog juga dipahami sebagia proses belajar mengajar dimana terjadi interaksi antara kegiatan mengajar. 65. Metode Sistem Lingkaran/Sistem Circle Method) Metode ini adalah metode pembelajaran dengan membentuk garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat, bundaran” (RBBI 675). Metode ini posisi guru berada di tengah lingkaran siswa ketika menyampaikan materi ajar. 66. Metode Penyelidikan Cepat a. Pengertian Penyelidikan adalah aktiviti penyelesaian masalah yang membawa kepada pengetahuan dan penemuan baru dengan mennunakan kaedah pasti dan persoalan yang sedang digunakan oleh sarjana-sarjana didalam bidang tersebut. Atau penyelidikan adalah suatu penyiasatan atau uji kaji yang bertujuan menemukan dan menginterpretasikan fakta-fakta, mengulang semula teori yang diterima di dalam penemuan baru atau amalan penggunaan teori atau undang undang peraturan baru atau yang diguna pakai semula. Penyelidikan bias di sebut juga berhati-hati atau pengujian bertujuan mendapatkan atau menemukan maklumat atau perhubungan dan mengembangkan dan mengesahkan pengetahuan tersedia. b. Asal kata penyelidikanan Penyelidikan berarti periksa, menyidik, menyelidik atau mengamat-ngamati istilah dan pengertian secara yuridis. Dalam Pasal 1 butir (2) KUHAP dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan penyelidikanan adlah serangkaian tindakan penyelidikan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang. c. Makna penyelidikan menurut para tokoh 1) Tuckman (1999) : penyelidikan adalah cara sistematik bagi mendapatkan jawaban untuk suatu persoalan. 2) Kelinger (1964) : penyelidikan saintifik adlaah penyiasatan sistematik, terkawal, bercorak empirical dan kritikal mengenai perhubungan di kalangan fenomena. 3) Ahmad Mahdzan (1992) : penyelidik didefinisikan sebagai usaha-usaha bagi mencari jawaban kepada soalan-soalan khusus dikemukakan tentang sesuatu masalah. d. Ciri-ciri Penyelidikan 1) Bermula dengan satu persoalan didalam pemikiran seorang penyelidik 2) Memerlukan satu perancangan 3) Menuntut kenyataan yang jelas mengenai suatu masalah 4) Melibatkan permasalahan utama dengan permasalahan berkaitan. 5) Mencari tuju arah melalui hipotesis berkenaan 6) Melibatkan fakta dan makna fakta 7) Penyelidikan sebagai proses yang sistematik 8) Penyelidikan berorientasi masalah 9) Penyelidikan berbentuk empirical. 10) Prosedur dan metodologi boleh dipertahankan 11) Sah dan boleh diulangi kebenarannya. e. Tujuan Penyelidikan 1) Perkembangan ilmu pengetahuan 2) Menerangkan keadaan/fenomena 3) Menguraikan perkaitan, sebab akibat dan ramalan. f. Kepentingan penyelidikan 1) Membuat keputusan 2) Untuk menyelesaikan masalah 3) Untuk memperoleh ilmu baru 4) Sesuatu fenomena g. Proses-proses Penyelidikan 1) Mengenal pasti masalah 2) Sorotan literature 3) Pembentukan masalah 4) Mereka bentuk kajian 5) Pengumpulan data 6) Pemprosesan data 7) Interpretasi data 8) Penulisan laporan. 67. Metode Penajaman Fikir (kinesthetic Method) Secara etimologis , metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti melalui. Metode berasal dari bahasa yunani ”Methods” yang berarti carar atau jalan ynag ditempuh . Metode berasal dari Bahasa Inggris “method” yang berarti metode atau cara . Sedangkan secar terminologi metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh atau mencapai suatu tujuan .Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan . Menurut Prof Howrad Gardner, setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda denghan kadar pengembangan yang berada pula. Psikolog dan Harvad University ini mengembangkan model multiple intelligences . Ia membagi kecerdasan menjadi delapan macam kecerdasan , diantaranyya kinestetik , yaitu kecerdasan fisik . Kecerdasan kinestetik sejajar dengan tujuh kecerdasan lain , yaitu kecerdasan liguistik, kecerdasan logi matemaik, kecerdasan visual dan spasiual, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Apa maksud kecerdasan fisik atau kinestetik itu ? kecerdasan fisik (kinestetik.red) yaitu kemampuan untuk seseorang untuk mengungkapkan ide , kekuatan, keterampilan dan mengekspresikan dirinya terkait dengan oleh tubuh. Anak-anak kinestetik ini menyukai hal-hal berkaitan dengan gerak, seperti berolah raga, (seni pantomim, acting koreografi ), dan ketermpilan tangan . a. Aplikasi Metode Penajam Fikir ( Kinestetic Method) dalam Pembelajaran PAI Dalam konteks pembelajaran dalam sekolah dapat dilakukan suatu inovasi baru dari pendekatan tertentu yang sudah dilakukan dicoba ditambahkan atau diubah denhgan menggunakan pendekatan kinestetik dan apa yang terjadi di kelas sebuah perubahan dahsyat . Awali dengan pemahaman mendasar apa itu pendekatan kinestetik menjadi poin itama setelah inovasi . pendekatan kinestetik adalah pendekatan berbasis gerak fisik termasuk keterampilan fisik (Muhammad Muhyi faruq , 2007 ) , Di tingkat TK dan SD pendekatan ini cukup memberikan peran besar karena sesuai dengan karakteriktis usia mereka yakni bermain , bergerak , diikuti dengan rasa ingin tahu yang tinggi (inqury) . Beberapa contoh aplikasi pendekatan kinestetik melalui beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah antara lain : a. Kinestetik Matematik a) Menghitung tepukan tangan Mengajak anak-anak bermain mengenal angka dengan bermiam dengan tepukan tangan , yakni anak-anak membuat lingkaran kemidian setelah diperoleh stiap anak melakukan tepukan toga kali, bergiliran dari anak satu sampai ke tiga , anak keempat menghitung beberapa tepukan yang keseluruhan yang dilakukan tiga temannya , mengapa jumlah keseluruhan seperti itu ? ajak anak juga bertdiskusi dalam hal ini . b) Menghitung hasil lemparan bola Ada beberapa bola berukuran bola tenis, setiap anak dapat satu bola, mereka diajak melempar ke target yang sudah dibuat oleh guru. Setiap anak berhak berhak melakukan maksimal 3 kali lemparan. Disetiap target ada angka yang ditulis yakni angka 1, 2 dan 3. Jika mampu melempar 3 kali dan dapat mengenai target berapa jumlah keseluruhan, jika ada yang tidak kena harus dikurangi berapa. Ajak anak-anak diskusikan hasil lemparan cara melempar yang tepat dalam suasana yang ceria dan menyenangkan. 2) Kinestetik Sain a) Menghitung denyut nadi sendiri b) Bergerak menirukan gerakan hewan c) Praktik menyentuh balon udara yang berada di udara jangan sampai menyentuh tanah misalkan Achilles heel, tulang tibia, tulang scapula, dan sebagainya (Clancy Ellen Mary, 2006) 3) Kinestetik bahasa a) Membuat huruf dengan badan sendiri b) Suara dan gerak seirama 4) Kinestetik seni a) Menari tarian tradisional b) Mewarnai 5) Kinestetik tematik Pembelajaran menggunaklan teman-teman tertentu disekolah, tema itu dapat di dekati dengan pendekatan kinestetik, misalkan tema DIRIKU (MY SELF). Anak-anak diajak mengenal dirinya mulai pengukuran dari tinggi badan, berat badan, panjang lengan, tinggi lompatan, jauhnya lompatan tanpa awalan, mengangkat suatu beban tertentu bahkan sampai mewarnai atau melukis wajah atau seluruh tubuh tentang dirinya sendiri. Mencari dan mendata aktivitas bermain yang disukaioleh anak itu sendiri sampai makanan favorit mereka. 68. Metode Berbagi (Two Stay Two Stray) Salah satu metode pembelajaran kooperatif adalah metode Two Stay Two Stray. “ Dua tinggal dua tamu” yang diikembangkan oleh Spancer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numered Heads). Secara terminology kata two stay two stray dalam bahasa arab berasal dari dua dua suku kata mutsbitaani berarti “dua orang yang menetap” dan “dzazhibaani” berarti “dua orang jalan-jalan” sedangkan dalam bahasa inggris two stay berarti “dua tinggal” dan “two stray” berarti “dua jalan-jalan. Secara terminology metode berbagi (two stay two stray) adalah cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompok untuk menerima dua orang dari kelompok lain. Menurut Spencer Kagan 1992 metode two stay two stray adalah cara pembelajaran yang dapat memndorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Menurut Lie, A. 2008 metode two stay two stray ialah cara member kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sedangkan menurut penulis metode two stay two stray adalah suatu cara pembelajarab kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik serta saling mendorong untuk berprestasi. a. Aplikasi metode pembelajaran berbagi (two stay two stray) dalam PAI Adapun penerapan model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (two stay two stray) adalah sebagai berikut : 1) Siswa bekerjasama dalamn kelompok berempat seperti biasa. 2) Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya masing-masing bertamu ke kelompok lain. 3) Dua siswa yang tinggal dalam kelompok brtugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka hasil diskusi kelompok ke tamu mereka. 4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari mkelompok lain. 5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka dan menyimpulkannya. Pembelajaran kooperatif model two stay two stray terdari dari beberapa tahapan sebagai berikut : 1) Persiapan 2) Presentasi guru 3) Kegiatan kelompok 4) Formalisasi b. Kelebihan dan kekurangan 1) Kelebihan a) Dapat diterapkan pada semua kelas/ tingkatan. b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna c) Lebih berorientasi pada keaktifan d) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya e) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa f) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan g) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. 2) Kekurangan a) Alokasi waktu b) Pelaksanaan pada saat bertamu c) Pembagian kelompok. 69. Metode Pengambaran Dari namanya tentu sudah bisa menebak model pembelajaran Picture and Picture ini tentunya menggunakan media pembelajaran berupa gambar, sama dengan Example Non Examples. Lalu apa bedanya dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples?. Perbedaanya adalah hanya terdapat pada : jika example non example menekankan pada analisis dan diskripsi siswa terhadap gambar. Namun jika pictures and pictures menekankan pad aproses dan cara mereka piker dalam mengurutkan gambar yang tersedia. Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut : a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi. e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepepimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berfikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna. a. Aplikasi Metode Penggambaran dalam Pembelajaran PAI Langkah-langkah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai 2) Menyajikan materi sebagai pengantar 3) Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi. 4) Guru menujuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. 5) Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut 6) Dari alasan/ urutan gambar tersebut memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. 7) Kesimpulan/ rangkuman. b. Kekurangan dan Kelebihan Metode Penggambaran 1) Kelebihan : a) guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. b) Melatih berpikir logis dan sistematik c) Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir d) Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.. e) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 2) Kekurangan : 1) Memakan banyak waktu 2) Banyak siswa yang pasif 3) Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas 4) Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerjasama dengan yang lain 5) Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 70. Metode putaran Ganda (doeble Loop Method) Secara etimologis, metode berasal dari kata ‘met’ dan ‘hodes’ yang berarti melalui. Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang di tempuh. Metode berasal dari Bahasa Inggris “Method” yang berarti metode atau cara. Sedangkan secara terminologi metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Berikut adalah pengertian dan definisi metode menurut para ahli : a. ROTHWELL & KAZANAS Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi b. TITUS Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk menegaskan bidang keilmuwan. c. MACQUARIE Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenan dengan rencana tertentu. d. WIRADI Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutanya logis) e. DRS. AGUS M. HARDJANA Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak-masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai. a. Aplikasi Metode Putaran Ganda (Double Loop Method) dalam Pembelajaran PAI Seperti disebutkan sebelumnya, hambatan belajar disebabkan oleh siklus belajar tidak lengkap karena pertanyaanya adalah bagaimana cara menghindari masalah ini. Caranya adalah bisa dilakukan sebagai berikut : 1) Penguasaan diri 2) Mental models 3) Pembagian visi 4) Team learning 5) System Thingking b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Putaran Ganda beserta solusinya Solusi umum lain mayoritas hambatan pembelajaran adalah untuk meningkatkan komuniukasi dalam organisasi, baik formal maupun informal. Komunikasi informal dapat termotivasi dengan menciptakan lingkungan yang mendukung pertemuan biasa. Komunikasi formal dibuat dengan memiliki pertemuan kreatif oleh anggota organisasi melingkar yang mendukung arus komunikasi baik ke atas dank e bawah dalam organisasi. c. Solusi terhadap kendala-kendala yang dihadapi : 1) Role constrained learning 2) Learning under ambiguity 3) Situational learning 4) Fragmented learning 5) Opportunistic learning 6) The fixation on events/ the parable of the boiled frog d. Hal-hal yang perlu diterapkan agar masalah tersebut dapat dikurangi : 1) Studi organisasi 2) Mengidentifikasi kendala Anda 3) Melaksanakan solusi 4) Evaluasi hasil 71. Metode Deduksi Secara deduksi berasal dari Bahasa Inggris deductive reasoning atau deductive logic, yaitu suatu metode untuk memperoleh pengetahuan. Dalam Bahasa Arab metode dedukdi dikenal sebagai istimbath yang berarti logika, penalaran, atau silogisme. Dengan demikian, metode deduksi adalah suatu metode penarikan kesimpulan dari keadaan yang umum atau penemuan yang khusus dari kebenaran-kenbenaran yang sudahh ada dan diketahui sebelumnya (berkesinambungan). Menurut Hartono, metode deduksi merupakan metode pengambilan kesimpulan sebagai akibat dari alasan-alasan yang diajukan berdasarkan hasil analisis data. Dengan kata lain, penulis menyimpulkan bahwa metode deduksi adalah metode yang bermula dari dalil atau teori umum yang telah ada, kemudian dianalisis (dibuat suatu penalaran berdasarkan logika) dan dibuat kesimpulan yang logis. a. Implementasi Metode Deduksi Metode deduksi umumnya dipakai pada bidang matematika untuk membuat turunan-turunan rumus yang lebih simple. Deduksi juga dipakai sebagai bagian dalam proses penyelidikan, misal dalam kepolisian pada bagian forensic, serta pemecahan kasus oleh detektif yang memerlukan bukti-bukti yang tidak biasa. Contoh fiktif penggunaan metode deduksi dalam kehidupan detektif dimainkan dengan baik oleh Sherlock Holmes dalam setiap peristiwa. Metode deduksi juga biasa dikenal dengan istilah silogisme. Dalam silogisme ini dikenal istilah premis mayor (P1) dan premis minor (P2). Dari dua premis inilah akan didapatkan suatu kesimpulan. Eziekim memberikan rumus silogisme sebagai berikut : jika A=B dan B=C maka A=C. misalnya, proses penalaran dimana dari dua premis yang ada ditarik satu kesimpulan : P1 = Siapapun yang absen tanpa ijin akan mendapat hukuman P2 = kyu absen tanpa ijin K = Kyu akan mendapat hukuman. b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Deduksi 1) Kelebihan a) Memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan member manfaat yang lebih besar. b) Mengasah otak dan menyegarkan pikiran, sehingga siswa mampu memahami materi yang di ajarkan c) Menghidupkan suasana belajar-mengajar d) Membiasakan siswa untuk dapat mengambil kesimpulan dari suatu materi ajar 2) Kelemahan a) Informasi secara global seringkali menimbulkan adanya salah tafsir b) Siswa yang salah tafsir akan cenderung susah memahami materi selanjutnya. c) Kesalajan pada salah satu atau kedua premis akan menimbulkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan. 72. Metode Belajar Bersama Metode belajar bersama menurut istilah yaitu suatu metode yang mensyaratkan siswa untuk belajar bersama dalam suatu kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas-tugas kelas maupun rumah mingguan yang telah di skenarioakan secara sistematis diawal perkuliahan. Dosen berperan sebagai director, motivator, facilitator, dan evaluator. Menurut Eng Tek dalam Kanda 2001:27 belajar bersama artinya saling membantu antara satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Dari definisi-definisi diatas dapat penulis simpulkan belajar bersama adalah suatu metode yang diterapkan oleh guru dalam rangka menciptakan situasi belajar yang di dalamnya para pelajar dapat belajar bersama-sama, sehingga mereka dapat mencapai hasil yang maksimal. a. Aplikasi atau penerapan metode belajar bersama dalam pembelajaran PAI Ada beberapa petunjuk yang dapat dilakukan dalam melaksanakan metode belajar mengajar, yaitu : 1) Pilih teman anda yang paling cocok untuk bergabung dalam satu kelompok yang terdiri dari 3-5 orang. Anggota yang terlalu banyak biasanya kurang efektif. 2) Tentukan dan sepakati bersama, kapan, di mana, dan apa yang akan dibahas sesrta apa yang perlu dipersiapkan untuk keperluan diskusi. Lakukan secar arutin minimal satu kali dalam satu minggu. 3) Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa pimpinan kelompok yang akan mengatur diskusi dan siapa penulis yang akan mencatat hasil diskusi. 4) Rumuskan pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan bersama dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang. 5) Bahas dan pecahkan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas, dengan cara member kesempatan kepada setiap anggota mengajukan pendapatnya. Dari setiap pendapat yang muncul, dikaji secara bersama manakah yang paling tepat kesimpiulan jawaban yang telah disepakati bersama dicatat oleh penulis. 6) Bila ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan atau tidak ada kesepakatan antar anggota, tangguhkan saja untuk dimintakan pendapatnya kepad aguru. Lanjutkan saja kepada persoalan ynag lain. 7) Kesimpulan hasil diskusi dicatat penulis, lalu dibagikan kepada anggota kelompok untuk dipelajari lebih lanjut dirumah masing-masing. b. Kelebihan dan kekurangan metode belajar mengajar 1) Kelemahan metode belajar bersama : a) Terlalu banyak persiapan-persiapan dan pengaturan yang kompleks disbanding dengan metode lain. b) Bilamana guru (di sekolah) dan orang tua (dirumah) kurang mengontrol maka akan terjadi persaingan yang negative antar kelompok. c) Tugas-tugas yang diberikan kadang-kadang hanya dikerjakan oleh segelintir siswa cakap dan rajin, sedangkan siswa yang malas akan menyerahkan tugas-tugasnya kepada temanya dalam kelompok tersebut. 2) Kelebihan metode belajar bersama : a) Ditinjau dari segi pedagosis, kegiatan kelompok akan dapat meningkatkan kualitas kepribadian siswa, seperti adanya kerjasama, toleransi, berpikir kritis dan disiplin. b) Ditinjau dari segi psikologis, timbul persaingan yang positif antar kelompok karena mereka bekerja pada masing-masing kelompok. c) Ditinjau dari segi social, anak yang pandai dalam kelompok tersebut dapat membantu anak yang kurang dalam menyelesaikan tugas. 3) Solusi untuk mengatasi kelemahan metode belajar bersama : a) Jangan terlalu banyak menerapkan peraturan-peraturan yang membuat anak-anak jenuh. b) Guru atau orang tua harus selalu memantau proses belajar anak agar tidak terjadi persaingan yang negative antar kelompok. c) Masing-masing siswa dalam satu kelompok tersebut dibagi tugas agar semua anggota kelompok adpaat aktif menyelesaikan tugas. 73. Metode Studi Kasus Terdapat perbedaan yang hakiki antara studi kasus dan simulasi. Dalam studi kasus disajikan saebuah peristiwa yang telah terjadi; biasanya tidak ada anggota kelompok yang terlibat dalam peristiwa itu. Dalam simulasi, masalah ditempatkan dalam situasi yang menyerupai dunia wujud. Biasanya masalah tersebut diangkat dari persoalan yang dihadapi orang, termasuk anggota kelompok. Didalam studi kasus yang dipersoalkan adalah fakta-fakta, sedangkan didalam simulasi yang dipersoalkan ialah perasaan-perasaan dan asumsi-asumsi. Studi kasus sangat menekankan analisis tingkat tinggi, sintesis, dan khususnya evaluasi tingkat tinggi rendah dan menengah, pengertian atau pemahaman, dan penerapan. Baik studi kasus maupun simulasi sama-sama efektif dalam meningkatkan perubahan sikap. Studi kasus dapat mendorong pelajar untuk mengurangi kebiasaan penarikan kesimpulan berdasarkan analisis fakta. Studi kasus dapat meningkatkan kepedulian terhadap sesama. 74. Turorial Tutorial merupakan salah satu metode mengajar yang cukup tua tetapi sangat berharga. Metode ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis : a. Tutorial konsultasi Dalam metode ini pelajar dan guru bertemu secara teratur. Pada pertemuan itu pelajar membaca sebuah kertas karya dan mempertahankan isinya terhadap pertanyaan ataupun sanggahan guru. Cara ini memberi kesempatan kepada pelajar yang berbakat untuk memperdalam pengertiannya mengenai topic tulisannya, di samping menambah keterampilan nya sebagai ilmuwan. Efektivitas penggunaan metode ini tergantung pada kecakapan dan keikhlasan tutor serta persiapan yang baik dari pelajar. Tanpa hal-hal itu tutorial konsultasi tidak mendatangkan faedah yang berarti. Penggunaan metode tutorial konsultasi ternyata kurang meluas Karen abanyak makan waktu, di samping harus ada keseimbangan antara kemampuan tutor dan kesanggipan pelajar. Itu sebab tutorial ini lebih disukai dalam pendidikan orang dewasa. b. Tutorial kelompok Metode ini digunakan untuk memberdayakan tenaga-tenaga pengajar secara lebih efisien dalam usaha membantu para pelajar yang kurang berbakat di samping untuk menggali semua potensi kelompok kecil. Diduga, metode ini didasarkan atas asumsi bahwa bekerja dengan kelompok kecil akan lebih efisien. Dalam tutorial kelompok, sumbangsih-sumbangsih anggota sangat berbeda-beda. Ada yang praktis tidak pernah bicara, ada yang terlalu banyak bicara. Kualitas tutorial kelompok dapat ditingkatkan dengan menjaga supaya diskusi-diskusi senantiasa berpusat pada topic, dan tutor berperan sebagai penasehat, bukan sebagai penilai. c. Tutorial praktikum Metode ini dapat diterapkan terhadap kelompok maupun perorangan untuk mengajarkan keterampilan psikomotorik di laboratorium bengkel, bangsal senam, dan sebagainya. Sekurang-kurangnya terdapat dua hal yang hendaknya diperhatikan oleh guru dalam menggunakan metode tutorial : (a) baik tutor maupun pelajar hendaknya sama-sama mengadakan persiapan dengan baik untuk setiap siding. (b) tutor hendaknya tidak memonopoli diskusi, tetapi hendaknya member kesempatan kepada para pelajar untuk berpartisipasi. Kalau syarat ini telah terpenuhi, maka metode tutorial sangat baik untuk mencapai tujuan kognitif dna tujuan afektif tingkat tinggi. 75. Curah gagasan (brain storming) Dasar penggunaan metode curah gagasan adalah bahwa kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak disbanding anggotanya secara individual. Dalam pengajaran dengan metode ini disajikan sebuah masalah, lalu para peserta diajak untuk mengajukan idea pa pun-dan dnegan tingkat keanehan bagaimana pun - mengenai masalah tersebut. Ide- ide yang aneh tidak di tolak secara a priori, tetapi analisis, disintesis dan dievaluasi. Boleh jadi justru dari ide-ide yang aneh itu dapat diperoleh pemecahan yang tidak terduga praktisnya. Dengan kata lain, metode ini dapat menghasilkan buah pikiran yang kreatif. Karenanya, metode ini disebut metode yang lunak. Ditinjau daris egi ilmu jiwa dan ilmu pendidikan, dasar fikiran ini sehat. 76. Studi bebas Metode studi bebas digunakan untuk mengembangkan inisiatif, rasa tanggung jawab, dan pandangan tentang hikmah bahan pelajaran. Hingga kini studi bebas baru diberikan kepada pelajar-pelajar yang cerdas. Pelaksana metode studi bebas mencangkup unsur-unsur sebagai berikut : a. Tujuan dirumuskan secara spesifik b. Setiap peserta diberi keterangan terinci mengenai tujuan yang harus dicapai, dan diberikan kebebasan untuk menyusun jadwal dan kurikulum untuk dirinya sendiri. c. Pekerjaan atau bacaan bebas dapat dikerjakan secara perorangan, dapat pula dalam kelompok kecil dan d. Pekerjaan tersebut dilaksanakan tanpa kehadiran guru dan pertemuan secara teratur di kelas. e. Pencapaian hasil diukur dengan tes acuan patokan. Pelajar-pelajar yang menempuh studi bebas lebih bergairah mempelajari sesuatu lebih bebas dalam pemikiran dan lebih banyak mengajukan usul-usul. 77. Kelompok tanpa pemimpin. Metode kelompok tanpa pemimpin digunakan untuk mendorong pelajar memecahkan persoalan mereka sendiri melalui koreksi, kritik, dan partisipasi bersama. Dasar penggunaan metode ini ialah bahwa kehadiran guru tidak selamanya membantu pelajar untuk mencapai tujuan belajar. Sebaliknya, partisipasi pelajar dalam kelompok kecil memberinya keuntungan psikologis dan edukatif, antara lain : a. Keresahan dapat berkurang b. Argumentasi dapat dipahami penuh, karena terdapat kemungkinan umpan-balik yang terus meningkat. c. Tidak ada kewenangan yang memaksa untuk menerima pendapat yang tidak didukung. d. Terdapat kebebasan yang luas untuk menggunakan berbagai keterampilan intelektual dan social. e. Tanpa kehadiran guru, proses-proses dapat di kembangkan tanpa gangguan; serta f. Tujuan kognitif dan afektif tingkat menengah dapat dicapai. Keberatan-keberatan terhadap metode ini antara lain : a. Tanpa ada rangsangan dari guru mungkin tidak akan terjadi diskusi yang bermutu. b. Argumentasi yang salah kemungkinan tidak diketahui dan tidak ditentang. Untuk memperoleh hasil yang sukses dalam penggunaan metode ini diperlukan persiapan yang teliti, keterangan yang jelas, dan kesimpulan yang tegas. 78. Latihan (srill) Metode latihan digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Latihan ini kurang mengembangkan bakat dan inisiatif pelajar untuk berfikir. Untuk mengatasi kekurangan tersebut, guru hendaknya memperhatikan beberapa petunjuk dibawah ini : a. Metode ini hendaknya digunakan untuk melatih : hal-hal yang bersifat morotik, seperti menulis, permainan dan pembuatan ; kecakapan mental seperti perhitungan dan penggunaan rumus-rumus; serta hubungan dan tanggapan seperti penggunaan bahasa, grafik, symbol dan peta. b. Sebelum latihan dimulai, pelajar hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang dilatihkan. c. Latihan untuk pertama kalinya hend aknya bersifat diagnosis. Kalau pada latihan pertama, pelajar tidak berhasil, maka guru mengadakan perbaikan, lalu penyempurnaan. d. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan. e. Latihan hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan belajar. f. Latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna. 79. Latihan kepekaan Latihan kepekaan dinamakan juga dengan “dinamika kelomok”. Sesuai dengan namanya, latihan “kepekaan”, metode ini secara umum digunakan untuk melatih kepekaan dengan membantu pelajar (peserta) untuk menyadari bagaimana ia mempengaruhi orang lain dan bagaimana orang lain mempengaruhinya. Secara khusus, metode ini digunakan untuk tujuan-tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk menghargai cara orang lain bereaksi terhadap perilakunya. b. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk menilai hubungan antara orang lain. c. Meningkatkan kesanggupan pelajar untuk berperilaku sesuai dengan situasi. Metode ini digunakan dalam kelompok kecil dengan seorang pelatih. Kelompok bersidang sepanjang hari kira-kira dua minggu atau sekali seminggu selama kira-kira tiga bulan. Tidak ada agenda pasti untuk diskusi. Diskusi berkisar pada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pelajar (peserta) sendiri. Pelatih tidak berpartisisipasi dalam diskusi. Ia hanya mencatat apa yang dikemukakan oleh para peserta. Beberapa keuntungan yang mungkin diperoleh para peserta latihan kepekaan ialah : a. Mereka mengenal diri dan orang lain lebih tepat seperti dalam proses kelompok b. Mereka bersifat terbuka dan lebih toleran terhadap orang yang mempunyai tabiat lain. c. Mereka terampil dalam mengadakan dan memelihara hubungan pribadi, serta lebih luwes dalam kerja sama. BAB III APLIKASI METODE DALAM PEMBELAJARAN FIQIH KELAS XI MA A. SK 1 : Memahami ketentuan Islam tentang jinayah dan hikmahnya KD : 1. Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian pembunuhan kepada murid baik pembunuhan tersebut dengan sengaja ataupun tidak disengaja, baik dengan alat yang mematikan ataupun tidak mematikan. Dasar hukum larangan pembunuhan dalam al-Qur’an dari surat al-Isra’ ayat 33   •                       33. dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar[853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan[854] kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. Kemudian guru menjelaskan macam-macamnya pembunuhan yang dibagi menjadi tiga macam yaitu pembunuhan dengan sengaja (قتل عمد), pembunuhan seperti disengaja (فتل شبه عمد), dan pembunuhan tersalah (قتل خطإ). Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang pembunuhan maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang masalah pembunuhan. Contohnya tentang macam-macam pembunuhan, guru memberikan pertanyaan seputar sebab-sebab pembunuhan yang tergolong dalam ketiga macam pembunuhan. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode kerja kelompok Setelah mendapatkan wawasan tentang pembunuhan untuk menunjang pertemuan berikutnya guru membentuk beberapa kelompok kemudian memberikan tugas masing-masing kelompok untuk mencari data-data yang memuat tentang pembunuhan dan hukumannya serta macam-macam dan contohnya kemudian dipersiapkan untuk mempresentasikan hasilnya masing-masing kelompok. d. Metode diskusi. Pertemuan berikutnya hasil kerja kelompok tersebut didiskusikan setelah dipresentasikan oleh masing-masing kelompok. Guru memberikan tata cara berdiskusi yang baik kepada siswa sehingga kondisi dalam kelas tetap terkendali dan kondusif. Guru memberikan waktu 30 menit untuk mendiskusikan hasil presentasi tadi. Guru hanya sebagai pemandu dan pengawas jalannya diskusi. Jika sudah selesai maka guru akan mengulas dan membenarkan jika ada yang kurang benar dan juga menyimpulkannya sehingga tidak ada lagi permasalahan yang masih belum selesai. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan. Guru menjelaskan hikmah dibalik larangan membunuh yaitu pelaku pembunuhan diancam dengan pembunuhan di dunia (qishash) dan di akhirat akan dimasukkan ke neraka jahannam. Hal ini dengan maksud agar tidak ada seorangpun yang akan berani melakukan perbuatan membunuh yang akhirnya masyarakat memperoleh rasa aman dan tentram dalam kehidupannya. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 2. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian qishash menurut syara’ yaitu melakukan pembalasan yang sama terhadap perbuatan yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. Dasar hukumnya adalah dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 45    • • •                             45. dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang macam-macam qishash dan syarat-syarat dilaksanakan qishash. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang qishash maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang masalah qishash. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan qishash, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu Qishash, mengapa diadakan qishash, bagaimana dilaksanakan qishash, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah qishash dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan. Guru menjelaskan hikmah dibalik adanya qishash yaitu dalam surat al-Baqarah ayat 179          179. dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. Hal ini dengan maksud agar tidak ada seorangpun yang akan berani melakukan perbuatan membunuh yang akhirnya masyarakat memperoleh rasa aman dan tentram dalam kehidupannya. Alokasi waktunya kira-kira 10-15 menit. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang diyat dan kafarat beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian diyat yaitu sejumlah harta yang wajib diberikan kepada pihak yang terbunuh sebagai denda karena telah merampas jiwa atau menganiaya terhadap manusia yang harus dipelihara keselamatan jiwanya. Dan juga pengertian kafarat ialah sejenis denda yang wajib dibayarkan oleh seseorang yang telah mengerjakan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Dasar hukumnya adalah surat An-Nisa’ ayat 92      •      •                                                       92. dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang sebab-sebab ditetapkan diyat diantaranya adalah dimaafkannya pelaku oleh keluarga korban, pelaku melarikan diri, sulitnya melakukan qishash akibat melukai anggota tubuh. Dan juga macam-macam diyat ada dua yaitu diyat mughaladhah dan diyat mukhaffafah. Serta menjelaskan secara singkat tentang masalah kafarat. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang diyat dan kafarat maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan diyat dan kafarat, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu diyat dan kafarat, mengapa diadakan diyat dan kafarat, bagaimana dilaksanakan diyat dan kafarat, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah diyat dan kafarat dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. f. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat kejahatan khususnya pembunuhan dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam persoalan diyat dan kafarat yang intinya adalah menjaga keamanan dan ketertiban, memberikan rasa aman dan tentram hidup pada masyarakat. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 4. Menunjukkan contoh-contoh qishash, diyat dan kafarat dalam hukum Islam. Dalam Kompetensi dasar ini saya mengalokasikan 1 kali pertemuan untuk digunakan sebagai evaluasi dan pemberian latihan ulangan harian sebagai bahan acuan sejauh mana penyerapan dan pemahaman siswa dalam materi pemahaman terhadap ketentuan Islam tentang jinayah dan hikmahnya. Karena kompetensi ini sudah dapat dimasukkan kedalam kompetensi sebelumnya sebagai bahan pembelajaran untuk mempermudah pemahaman peserta didik dengan adanya contoh-contohnya. Evaluasi ini bisa berupa pemberian soal maupun pembuatan karya ilmiah yang isinya membahas tentang masalah jinayah dan hikmahnya. B. SK : Memahami ketentuan Islam tentang hudud dan hikmahnya Sebelum menjelaskan lebih lanjut maka seorang guru harus memulai dengan memberikan gambaran singkat maksud dari hudud (had) yaitu hukuman-hukuman tertentu yang ditetapkan oleh syara’ sebagai sanksi hukum terhadap perbuatan kejahatan selain pembunuhan dan penganiayaan yaitu zina, qadzaf (menuduh berzina), meminum minuman keras, merampok, mencuri dan bughat (memberonta). KD : 1. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang zina dan qadzaf beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian zina yaitu memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan yang haram menurut zat perbuatannya, bukan karena subhat dan perempuan itu mendatangkan sahwat. Sedangkan qadzaf adalah melemparkan tuduhan berzina dengan tuduhan terang-terangan. Dasar hukum zina adalah surat al-Isra’ ayat 32           32. dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk. Sedangkan dasar hukum qadzaf adalah surat an-Nur ayat 23-24 : •                        23. Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah[1033] lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar, 24. pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Kemudian menjelaskan secara singkat tentang masalah zina dan qadzaf serta memberikan contoh macam-mcam zina dan qadzaf beserta hadnya diataranya adalah rajam, dera atau taghrib. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang zina dan qadzaf maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan had zina dan qadzaf, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu zina dan qadzaf, mengapa diadakan had zina dan qadzaf, bagaimana dilaksanakan had zina dan qadzaf, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah had zina dan qadzaf dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. g. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak berbuat zina dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam persoalan zina dan qadzaf yang intinya adalah menjaga kehormatan diri dan keluarga di mata masyarakat dan juga menjaga keharmonisan diantara anggota keluarga serta terpeliharanya keturunan dengan baik. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 2. Menjelaskan tentang hukum Islam tentang minuman keras beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian minuman keras yaitu minuman yang memabukkan dan menghilangkan kesadaran dalam semua jenisnya. Dasar hukumnya adalah surat al-Maidah ayat 90 :                 90. Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Kemudian menjelaskan secara singkat had atau hukuman bagi orang yang meminum minuman keras yaitu hadits nabi yang berbunyi : عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ ر.ض. أَنَّ النَّبِيَّ ص.م. اُتِيَ بِرَجُلٍ شَرِبَ الْخَمْرَ فَجَلَدَهُ بِجَرِيْدَتَيْنِ نَحْوَ أَرْبَعِيْنَ. (متفق عليه) Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang minuman keras maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan had minuman keras, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu minuman keras, mengapa diadakan had minuman keras, bagaimana dilaksanakan had minuman keras, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah minuman keras dan hikmah larangan meminum minuman keras dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. h. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak meminum minuman keras dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam keharaman meminum minuman keras yang intinya adalah menjaga kesehatan jasmani dan rohani yang disebabkan oleh minuman keras serta menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dari penyalah gunaan minuman keras atau dampak negatifnya. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang mencuri, menyamun, dan merampok beserta hikmahnya Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian mencuri dan menyamun/merampok dasar hukumnya adalah surat al-maidah ayat 38 :                38. laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kemudian menjelaskan secara singkat had atau hukuman bagi orang yang mencuri dan menyamun atau merampok. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang masalah mencuri, merampok/menyamun beserta had (hukuman) maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan had mencuri, merampok/menyamun, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu mencuri, merampok/menyamun, mengapa diadakan had mencuri, merampok/menyamun, bagaimana dilaksanakan had mencuri, merampok/menyamun, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode Resitasi (Pemberian Tugas) Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah mencuri, merampok/menyamun dan hikmah larangan mencuri, merampok/menyamun dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak mencuri, merampok/menyamun dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam keharaman meminum minuman keras yang intinya adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat sehingga masyarakat merasa aman damai dan tentram dalam kehidupannya. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 4. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang bughat beserta hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 1 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah yaitu guru memberikan pengertian bughat atau pemberontakan yaitu orang yang menentang atau memberontak kepada pemimpin pemerintahan Islam yang sah. Syarat-syarat dikatakan bughat antara lain adalah mempunyai kekuatan, mempunyai pengikut, memiliki pemimpin yang ditaati. Kemudian menjelaskan secara singkat tindakan hukum terhadap bughat dan status hukum kepada mereka yang terdapat pada surat al-Hujurat ayat 9 :                              •     9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 15-20 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab. Setelah menjelaskan materi tentang masalah bughat beserta had (hukuman) maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Contohnya tentang macam-macam dan syarat dilaksanakan had bughat, guru memberikan pertanyaan seputar apa itu bughat, mengapa diadakan had bughat, bagaimana dilaksanakan had bughat, dan lain sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk tidak melakukan bughat dan memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menerima dan menyerap materi yang telah disampaikan kepada siswa sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing anak didik dengan memberikan tugas individu untuk membuat karya ilmiah yang menerangkan tentang materi tersebut. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. C. SK : Memahami ketentuan Islam tentang peradilan dan hikmahnya KD : 1. Menjelaskan proses peradilan dalam Islam 2. Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan Islam. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2-3 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini yang setiap pertemuan adalah 2x45 menit dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode pemberian tugas d. Metode diskusi/pemecahan masalah e. Metode simulasi f. Metode motivasi dan suri tauladan Guru memberikan pengertian secara singkat tentang peradilan yaitu suatu lembaga pemerintah atau negara yang ditugaskan untuk menyelesaikan atau menetapkan keputusan atas setiap perkara dengan adil berdasarkan hukum yang berlaku. Sedangkan fungsinya adalah untuk menciptakan kemaslahatan umat dengan tetap tegaknya hukum Islam. Dasar hukumnya adalah pada surat Yunus ayat 93 :                •           93. dan Sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat kediaman yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. Kemudian memberikan pengertian hakim dengan syarat-syaratnya serta hal-hal yang berhubungan dengan hakim tersebut. Materi ini dapat dibagi menjadi 2 kali pertemuan yakni materi tentang peradilan dan hakim dalam 1 kali pertemuan kemudian materi saksi dalam peradilan dibahas pada pertemuan yang kedua. Pertemuan pertama dapat diisi dengan metode ceramah dan tanya jawab yang dialokasikan waktu 15-20 menit kemudian memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah peradilan khususnya peradilan Islam untuk dipersiapkan bahan untuk pertemuan berikutnya yang dapat diisi dengan metode diskusi dan simulasi peradilan. Pertemuan kedua guru mengulas materi yang telah disampaikan untuk mengingatkan siswa materi kemarin dengan singkat kemudian memberikan sedikit gambaran tentang pengertian saksi serta syarat-syaratnya. Dalam peradilan tentunya ada pihak yang penggugat dan pihak yang tergugat. Maka setelah dirasa cukup dengan penjelasan tadi guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang masalah peradilan dan berbagai macam masalahnya. Jika sudah tidak ada yang ditanyakan maka guru menunjuk sebagian siswa untuk mempresentasikan hasil tugas masing-masing siswa kemudian mendiskusikannya bersama-sama dengan alokasi waktu 20-30 menit. Guru menyimpulkan tentang materi yang disampaikan dan dipelajari dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa sehingga tidak ada lagi salah penafsiran tentang materi tersebut. Kemudian guru memberikan apresiasi kepada siswa yang aktif dan kreatif. Pertemuan berikutnya mencoba mensimulasikan peradilan sebagaimana yang sebenarnya. Guru menunjuk siswa sebagai hakim, saksi, jaksa, pengacara, pihak tergugat dan penggugat serta memberikan gambaran singkat bagaimana peradilan itu berjalan. Bila ada waktu bisa studi tour ke peradilan langsung sehingga anak-anak dapat langsung melihat jalannya peradilan yang sebenarnya sehingga peserta didik akan mudah menerima materi dan akan lebih mengena dan mendarah daging dalam sanubari hatinya karena mereka langsung dapat melihat dan merasakan atmosfir suasana pengadilan. Pertemuan terakhir adalah evaluasi dan pemberian motivasi serta suri tauladan kepada siswa atau peserta didik bahwa proses peradilan itu sangat penting karena keputusan yang dihasilkan akan sangat penting dalam kehidupan seseorang dan hakim sebagai penentu keputusan itu adalah orang yang sangat mulia karena dia dituntut berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara. Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa untuk selalu berbuat baik dan memberikan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui seberapa besar siswa mampu menerima dan menyerap materi yang telah disampaikan kepada siswa sehingga dapat diketahui kemampuan masing-masing anak didik dengan memberikan tugas individu ataupun kelompok untuk membuat karya ilmiah yang menerangkan tentang materi tersebut. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. Penggunaan metode dalam suatu pembelajaran adalah disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat menyampaikan pembelajaran di kelas. Seorang pendidik pastinya memiliki strategi atau metode dalam menyampaikan pembelajarannya kepada siswanya. Mereka pastinya memiliki ciri khas masing-masing yang berbeda dengan pendidik lainnya. Dalam menyampaikan pembelajaran tentunya seorang pendidik memiliki bermacam-macam metode yang akan digunakan dalam menyampaikan pemebalajaran. D. SK : Memahami hukum Islam tentang hukum keluarga KD : 1. Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam dan hikmahnya. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru menjelaskan pengertian pernikahan yaitu akad yang menghalalkan antara laki-laki dan perempuan dengan akad menikahkan atau mengawinkan. Dasar hukumnya adalah dalam al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 3 :                                3. dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Dan hadits nabi yang menyatakan nikah adalah sunnahNya. فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ artinya : Siapa yang tidak senang dengan sunnahku maka ia tidak termasuk umatku. Kemudian guru menjelaskan ada 5 hukum pernikahan yaitu mubah (boleh), sunnat, wajib, makruh dan haram. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 10-15 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab Setelah menjelaskan materi tentang masalah pernikahan maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode pemberian tugas Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah pernikahan dan hikmahnya, dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. d. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. d. Metode simulasi Jika memungkinkan bisa dilakukan metode simulasi tentang acara pernikahan sebagaimana yang biasa terjadi dimasyarakat yakni sesuai dengan rukun dan syarat pernikahan yaitu adanya calon suami, calon istri, ijab qabul, wali dan dua orang saksi. f. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam pernikahan. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 2. Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-undangan di Indonesia. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Guru memberikan penjelasan secara singkat tentang undang-undang pernikahan di Indonesia dan apa saja yang terdapat di dalamnya. Diantaranya adalaha undang-undang RI No. 1 Tahun 1974. Metode ceramah ini biasanya digunakan pada saat memulai pembelajaran untuk memancing siswa agar mudah mencerna materi yang akan dipelajari dan mudah diterima oleh siswa. Biasanya metode ceramah ini dilakukan pada awal pembelajaran yang dialokasikan waktu maksimal 10-15 menit. Tujuannya adalah memberikan wawasan pengetahuan kepada siswa agar mudah menerima materi yang akan diajarkan oleh guru. Setelah itu dapat mengkombinasikan dengan metode tanya jawab ataupun diskusi dan metode kerja kelompok ataupun yang lain. b. Metode tanya jawab Setelah menjelaskan materi tentang masalah undang-undang pernikahan maka guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode diskusi Pertemuan kedua digunakan sebagai diskusi atas apa yang telah disampaikan pada pertemuan lalu dengan membagi beberapa kelompok. Bahan diskusinya adalah undang-undang tentang pernikahan. Alokasi waktunya adalah 30 menit. Siswa diberi kebebasan untuk mengutarakan pemikirannya tentang undang-undang tersebut. d. Metode Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam pernikahan. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. 3. Menjelaskan konsep Islam tentang perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya. 4. Menjelaskan ketentuan Islam tentang pengasuhan anak (hadhanah). Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah Alokasi waktu untuk mendahului pembelajaran menggunakan metode ceramah yaitu guru memberikan salam dan memulai pelajaran dengan berdoa bersama-sama kemudian menjelaskan secara singkat materi yang akan disampaikan pada pertemuan kali ini yaitu tentang pernikahan atau perkawinan. Guru memberikan motivasi dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. b. Metode tanya jawab Setelah menjelaskan materi tentang masalah perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya, maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang seputar masalah tersebut. Metode ini digunakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa bisa menyerap dan menerima materi yang disampaikan seorang guru terhadap siswa. Biasanya metode ini dipergunakan dalam hal evaluasi dan untuk memberikan kesempatan untuk berani bertanya dan menjawab pertanyaan karena dapat melatih mental untuk berbicara dalam forum. Alokasi waktunya kira-kira 15-20 menit. c. Metode pemberian tugas Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari data-data tentang masalah perceraian, iddah, rujuk dan hikmahnya dari berbagai sumber media pembelajaran diantaranya dari buku-buku dan internet guna untuk menunjang pertemuan pembelajaran berikutnya sebagai bahan diskusi dan eksperimen. Metode ini diberikan dengan harapan agar peserta didik dapat melakukan tugas lewat kreatifitas berfikir dan karya yang berupa laporan yang baik dalam bentuk tulisan dan dapat mempresentasikannya sehingga peserta didik dapat melatih untuk menulis karya ilmiah secara baik dan berani mempertanggungjawabkan hasil karyanya secara mandiri sehingga dapat melatih mental untuk berbicara dalm forum. e. Metode Pemecahan Masalah atau diskusi Pertemuan kedua ini menggunakan metode pemecahan masalah yakni para siswa mempresentasikan hasil dari tugas yang diberikan pada pertemuan kemarin secara acak demi tercapainya alokasi waktu yang ada kemudian dicari permasalahan yang timbul pada materi tersebut. Guru membagi beberapa kelompok untuk mencari pemecahan masalah tersebut melalui media penunjang pembelajaran baik dari buku-buku di perpustakaan maupun melalui internet. Guru memberikan waktu 20-30 menit untuk mendiskusikan masalah tersebut kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan jawabannya beserta alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Alokasi waktunya adalah 40 menit. d. Metode simulasi Jika memungkinkan bisa dilakukan metode simulasi tentang materi yang sedang dipelajari sebagaimana yang biasa terjadi dimasyarakat yakni sesuai dengan rukun dan syaratnya e. Metode motivasi dan suri tauladan Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam masalah perceraian, iddah, rujuk. Serta dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. E. KD : Memahami hukum Islam tentang waris. SK : 1. Menjelaskan ketentuan hukum waris dalam Islam. 2. Menjelaskan keterkaitan waris dengan wasiat. 3. Menunjukkan comtoh cara pelaksanaan waris dan wasiat. Dalam hal materi ini saya mengalokasikan 2-3 kali pertemuan untuk menyelesaikan materi ini dan menganalisis metode yang digunakan adalah multiple methode atau kombinasi dari beberapa metode diantaranya adalah : a. Metode ceramah b. Metode tanya jawab c. Metode pemberian tugas d. Metode diskusi/pemecahan masalah e. Metode Praktik f. Metode motivasi dan suri tauladan Permulaan pembelajaran menggunakan metode ceramah diawali dengan memberikan motivasi agar senang terhadap materi yang akan dibahas nanti dengan menjelaskan pengertian ilmu waris atau yang biasa disebut dengan ilmu faraidh. Tujuannya adalah membagi harta warisan sesuai dengan ketentuan nash al-Qur’an dan hadits sesuai dengan keadilan sosial, tugas dan tanggung jawab masing-masing ahli waris. Sumber hukumnya adalah dalam surat an-Nisa’ ayat 7 :              •      •  7. bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. Dan juga dalam surat An-Nisa’ ayat 11 dan 12 :                               •                       •                       •                                                                            •                              11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja), Maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 12. dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. Kemudian menjelaskan kedudukan ilmu waris dan hukum mempelajarinya dan sebab-sebab waris-mewaris serta halangan menjadi ahli waris. Setelah menjelaskan secara singkat kemudian seorang guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang apa yang belum dipahami ataupun sebaliknya yaitu dari guru kepada siswa. Alokasi waktunya adalah 15 menit untuk tanya jawab dan 10 menit untuk metode ceramah. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi tentang masalah harta warisan dan berbagai masalahnya. Alokasi waktunya adalah 20 menit untuk diskusi. Guru membagi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok memberikan opininya tentang harta warisan. Agar diskusi berjalan dengan baik guru harus memberikan alur yang jelas agar pertanyaan dan jawaban yang disampaikan tidak salah jalan. Sebelum pertemuan ditutup guru memberikan motivasi dan kesimpulan kepada peserta didik atas apa yang dipelajari pada pertemuan ini sehingga tidak ada lagi salah tafsir dalam memahami materi yang telah dipelajari. Kemudian guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya yakni mencari data-data yang menjelaskan tentang masalah waris yaitu ahli waris dan furudh al-Muqaddarah dari berbagai macam media pembelajaran baik dari buku-buku maupun internet. Pertemuan berikutnya dalam memulai pembelajaran menggunakan metode ceramah dengan mengulas materi yang telah dipelajari pada pertemuan kemarin dengan mengelaborasi dengan metode tanya jawab dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa sehingga mereka siap menerima pembelajaran yang akan disampaikan. Setelah itu para siswa mengumpulkan tugasnya masing-masing kemudian guru memilih beberapa hasil tugas siswa kemudian meminta kepada siswa tersebut mempresentasikannya didepan kelas. Setelah presentasi siswa diajak mengklasifikasikan ahli waris sesuai dengan bagiannya masing-masing kemudian diajak mencoba menyelesaikan menghitung masalah harta warisan yang dimiliki oleh orang yang meninggal sesuai dengan ahli warisnya dengan cara mempratikkan langsung dengan memberikan contoh yang kongkrit dalam kehidupan masyarakat sekarang. Setelah itu siswa diajak memecahkan masalah tersebut secara bersama-sama sehingga mendapatkan yang benar. Alokasi waktunya adalah 2x45 menit. Sebelum menutup pembelajaran seorang guru memberikan kesimpulan terhadap materi yang disampaikan dan memberikan motivasi kepada siswa agar selalu meningkatkan belajar serta memberikan suri tauladan yang baik kepada siswa berbuat baik dengan menjelaskan hikmah yang terkandung dalam waris Dapat juga dengan kombinasi metode yang masih banyak lagi tergantung guru yang harus dituntut aktif dan kreatif dalam menyampaikan materi tersebut sehingga mudah diterima dan dicerna oleh siswa sehingga siswa tidak merasa bosan dengan suasana kelas. KETENTUAN HUKUM WARIS DALAM ISLAM A. Pengertian Waris A.1. Definisi Bahasa Al-miirats (الميراث) dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata (وَرِثَ يَرِثُ إِرْثًا وَمِيْرَاثًا) waritsa-yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain', atau dari suatu kaum kepada kaum lain. Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya pada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi mencakup harta benda dan non harta benda. Ayat-ayat Al-Qur'an banyak menegaskan hal ini, demikian pula sabda Rasulullah saw. Diantaranya Allah berfirman: وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ "Dan Sulaiman telah mewarisi daud ..." (an-Naml: 16) وَكُنَّا نَحْنُ الْوَارِثِينَ "... Dan Kami adalah yang mewarisinya." (al-Qashash: 58) Selain itu kita dapati dalam hadits Nabi saw.: وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءَ لعُلَمَاءُا ْ'Ulama adalah ahli waris para nabi'. A.2. Pengertian syariah Sedangkan makna al-miirats menurut istilah yang dikenal para ulama ialah : berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik legal secara syar'i. B. Waris, Hibah dan Wasiat Ada tiga istilah yang berbeda namun memiliki kesamaan dalam beberapa halnya, yaitu waris, hibah dan wasiat. Ketiganya memiliki kemiripan sehingga kita seringkali kesulitan saat membedakannya. Tetapi akan terasa lebih mudah kalau kita buatkan tabel seperti berikut ini. WARIS HIBAH WASIAT Waktu Setelah wafat Sebelum wafat Setelah wafat Penerima Ahli waris ahli waris & bukan ahli waris bukan ahli waris Nilai Sesuai faraidh Bebas Maksimal 1/3 Hukum Wajib Sunnah Sunnah B.1. Waktu Dari segi waktu, harta waris tidak dibagi-bagi kepada para ahli warisnya, juga tidak ditentukan berapa besar masing-masing bagian, kecuali setelah pemiliknya (muwarrits) meninggal dunia. Dengan kata lain, pembagian waris dilakukan setelah pemilik harta itu meninggal dunia. Maka yang membagi waris pastilah bukan yang memiliki harta itu. Sedangkan hibah dan washiyat, justru penetapannya dilakukan saat pemiliknya masih hidup. Bedanya, kalau hibah harta itu langsung diserahkan saat itu duga, tidak menunggu sampai pemiliknya meninggal dulu. Sedangkan washiyat ditentukan oleh pemilik harta pada saat masih hidup namun perpindahan kepemilikannya baru terjadi saat dia meninggal dunia. B.2. Penerima yang berhak menerima waris hanyalah orang-orang yang terdapat di dalam daftar ahli waris dan tidak terkena hijab hirman. Tentunya juga yang statusnya tidak gugur. Sedangkan washiyat justru diharamkan bila diberikan kepada ahli waris. Penerima washiyat harus seorang yang bukan termasuk penerima harta waris. Karena ahli waris sudah menerima harta lewat jalur pembagian waris, maka haram baginya menerima lewat alur washiat. Sedangkan pemberian harta lewat hibah, boleh diterima oleh ahli waris dan bukan ahli waris. Hibah itu boleh diserahkan kepada siapa saja. B.3. Nilai Dari segi nilai, harta yang dibagi waris sudah ada ketentuan besarannya, yaitu sebagaimana ditetapkan di dalam ilmu faraidh. Ada ashabul furudh yang sudah ditetapkan besarannya, seperti 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 hingga 2/3. Ada juga para ahli waris dengan status menerima ashabah, yaitu menerima warisan berupa sisa harta dari yang telah diambil oleh para ashabul furudh. Dan ada juga yang menerima lewat jalur furudh dan ashabah sekaligus. Sedangkan besaran nilai harta yang boleh diwasiatkan maksimal hanya 1/3 dari nilai total harta peninggalan. Walaupun itu merupakan pesan atau wasiat dari almarhum sebagai pemilik harta, namun ada ketentuan dari Allah SWT untuk membela kepentingan ahli waris, sehingga berwasiat lebih dari 1/3 harta merupakan hal yang diharamkan. Bahkan apabila terlanjur diwasiatkan lebih dari 1/3, maka kelebihannya itu harus dibatalkan. B.4. Hukum Pembagian waris itu hukumnya wajib dilakuan sepeninggal muwarrits, karena merupakan salah satu kewajiban atas harta. Sedangkan memberikan washiyat hukumnya hanya sunnah. Demikian juga memberikan harta hibah hukumnya sunnah. C. Istilah-istilah dalam ilmu waris Setiap cabang ilmu memiliki istilah-istilah yang khas, dimana istilah itu seringkali tidak sama dengan istilah yang umum. Berikut ini kami uraikan beberapa istilah yang akan seringkali muncul fiqh ini. C.1. Tarikah Tarikah, kadang dibaca tirkah, adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta (uang) atau lainnya. Jadi, pada prinsipnya segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk di dalamnya bersangkutan dengan utang piutang, baik utang piutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau utang piutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti ditunaikan (misalnya pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya). C.2. Fardh Fardh adalah bagian harta yang didapat oleh seorang ahli waris yang telah ditetapkan langsung oleh nash Al-Quran, As-Sunnah atau ijma' ulama. Fardh itu adalah bilangan pecahan berupa 1/2, 1/3. 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3. Harta yang dibagi waris itu adalah 1 lalu dipecah-pecah sesuai bilangan fardh. Misalnya seorang istri yang ditinggal mati suaminya sudah dipastikan mendapat 1/8 bagian dari harta suaminya, apabila suaminya punya keturunan. Atau pendapat 1/4 bagian bila suaminya tidak punya keturunan. C.3. Ashhabul Furudh. Ashabul furudh sesuai dengan namanya, berarti adalah orang-orangnya, yaitu orang-orang yang mendapat waris secara fardh. Mereka adalah ahli waris yang punya bagian yang pasti dari warisan yang diterimanya. Contoh ashabul furudh adalah suami, istri, ibu, ayah dan lainnya. Besar harta yang diterimanya sudah ditetapkan oleh nash, tapi tergantung keadaannya. Sebagai contoh, seorang istri yang ditinggal mati suaminya sudah dipastikan besar harta yang akan diterimanya, yaitu 1/4 atau 1/8. Seandainya suaminya punya anak, maka istri mendapat 1/8 dari harta suami. Tapi kalau suami tidak punya anak, istri menapat 1/4 dari hartasuami. Begitu juga seorang suami yang ditinggal mati istrinya, sudah dipastikan besar harta yang akan diterimanya, yaitu 1/2 atau 1/4, tergantung keberadaan anak dari istri. Seandainya istri punya anak, maka suami mendapat 1/4 dari harta istri. Tapi kalau istri tidak punya anak, suami mendapat 1/2 dari harta istri. Tapi intinya, ashabul furudh adalah para ahli waris yang sudah punya bagian pecahan tertentu dari harta muwarristnya. C.4. Ashabah Istilah ashabaha, berposisi sebagai lawan fardh, yaitu bagian harta yang diterima oleh ahli waris, yang besarnya belum diketahui secara pasti. Karena harta itu hanyalah sisa dari apa yang telah diambil sebelumnya oleh ahli waris yang menjadi ashhabul-furudh. Besarnya bisa nol persen hingga seratus persen. Tergantung seberapa banyak harta yang diambil oleh ahli waris ashhabul furudh. Kalau jumlah mereka banyak, maka bagian untuk ashabah menjadi kecil, kalau jumlah mereka sedikit, biasanya ashahabnya menjadi besar. Misalnya, seorang anak laki-laki tunggal adalah ahli waris ashabah dari ayahnya yang meninggal dunia. Ibunya adalah ahli waris dari ashabul furudh, mendapat 1/8 dari harta suaminya. Sedangkan anak tersebut mendapat waris sebagai ashabah, atau sisa dari apa yang sudah diambil ibunya, yaitu 1 – 1/8 = 7/8. C.5. Sahm Sahm adalah istilah untuk menyebut bagian harta yang diberikan kepada setiap ahli waris yang berasal dari asal masalah. Atau disebut juga jumlah kepala mereka. C.6.Nasab Nasab adalah hubungan seseorang secara darah, baik hubungan ke atasnya seperti ayah kandung, kakek kandung dan seterusnya. Hubugnan ke atas ini disebut abuwwah. Bisa juga hubungan seseorang ke arah bawah (keturunannya) seperti dengan anak kandungnya, atau anak dari anaknya (cucu) dan seterusnya. Hubngan ini disebut bunuwwah. C.7. Al-Far'u Istilah al-far’u bila kita temukan di dalam ilmu waris, maksudnya adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari almarhum yang akan dibagi hartanya. Termasuk juga anak dari anaknya (cucu) baik laki-laki maupun perempuan. Bila disebut Al-far'ul-warists maksudnya adalah anak laki-laki dan anak perempuan, atau ahli waris anak-anak tersebut ke bawahnya. C.8. Al-Ashl Yang dimaksud dengan istilah al-ashl adalah ayah kandung dan ibu kandung, juga termasuk ayah kandung atau ibu kandung dari ayah kandung (kakek). Dan kakek atau nenek yang merupakan ayah dan ibunya ayah ini disebut juga al-jaddu ash-shahih. BAB IV TARGET PENCAPAIAN METODE PEMBELAJARAN FIQIH A. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Fiqih Setelah mempelajari bab ini, melalui kajian bahan bacaan, pengerjaan tugas-tugas, serta tanya jawab dan diskusi dengan dosen serta teman-teman sekelas, Anda diharapkan mampu : a. menyebutkan dan menjelaskan prinsip-prinsip belajar, b. menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha belajar siswa, dan c. menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam upaya meningkatkan usaha pembelajaran dari guru. Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Oleh karenanya, Anda sebagai calon guru perlu mempelajari teori dan prinsip-prinsip belajar yang dapat membimbing aktivitas Anda dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah prosedur pembelajaran, namun ia bisa memberi arah prioritas-prioritas dalam tindakan guru. Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Guru dapat terhindar dari tindakan-tindakan yang kelihatannya baik tetapi nyatanya tidak berhasil meningkatkan proses belajar siswa. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar ia memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa. Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku namun yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual. 1. Perhatian dan Motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya. Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984 : 372). “Motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior” demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbert L, 1986:3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang belajar matematika dan terdorong untuk belajar lebih giat, demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Insentif, suatu hadiah yang diharapkan dperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya. (Hal ini dibicarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan). Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dan sebagainya. Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Naik kelas dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Motif intrinsik dapat bersifat internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal, datang dari luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat internal maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif eksrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik, yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lam di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi intrinsik. 2. Keaktifan Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kamauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. John Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri. Guru sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937 : 31). Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Berliner, 1984:267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses belajar-mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Thorndike mengemukakan keaktifan siswa dalam belajar dengan hokum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, social” (Mc Keachie, 1976:230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir, 1991:105). Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. 3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Di muka telah dibicarakan bahwa belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bias dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam pembuatan (direct performance ), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat tempe (demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe (telling). Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan “learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. 4. Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna. Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme dengan tokohnya yang terkenal Thorndike. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Seperti kata pepatah “latihan menjadikan sempurna” (Thorndike, 1931b:20, dari Gredler, Margaret E Bell, terjemahan Munandir, 1991:51). Psikologi Conditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari Koneksionisme juga menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Kalau pada Koneksionisme, belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respons maka pada psikologi conditioning respons akan timbul bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta. Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Yang pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa sedangkan yang kedua dan ketiga pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan-kebiasaan. Walalupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran. Dalam belajar masih tetap diperlukan latihan/ pengulangan. Metode drill dan stereotyping adalah bentuk belajar yang menerapkan prinsip pengulangan (Gage dan Berliner, 1984:259). 5. Tantangan Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belejar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi tersebut. Bahan belajar yang telah diolah secara tuntas oleh guru sehingga siswa tinggal menelan saja kurang menarik bagi siswa. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan. 6. Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Thorndike. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar (Gage dan Berliner, 1984:272). Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka penguatan negatif juga disebut escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat. 7. Perbedaan Individual Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara. Antara lain penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang. Di samping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam belajar. Sebagai unsur primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan guru terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Namun demikian, perlu disadari bahwa implementasi prinsip-prinsip belajar sebagai implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, tidak semuanya terwujud dalam setiap proses pembelajaran. Agar Anda mendapat kejelasan tentang implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru, uraian berikut ini dapat membantu Anda memperolehnya. B. Implikasi Metode Pembelajaran Fiqih Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka. 1. Perhatian dan motivasi Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi isi pelajaran seringkali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang dapat diindra. Dengan demikian siswa diharapkan selalu melatih indranya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373). Contoh kegiatan atau perilaku siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan sejenis lainnya. Semua kegiatan atau perilaku tersebut harus dilakukan oleh siswa secara sadar sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajarnya. Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis. 2. Keaktifan Sebagai “primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut ketertiban langsung siswa dalam proses pembelajaran. 3. Keterlibatan langsung/berpengalaman Hal apa pun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorang pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Pernyataan ini, secara mutlak menuntut adanya keterlibatan langsung dari setiap siswa dalam kegiatan belajar pembelajaran. Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola-voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langusng siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa. 4. Pengulangan Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah. 5. Tantangan Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses, dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk parilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini di antaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah. 6. Balikan dan penguatan Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah ? Denagn demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan di antaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek. 7. Perbedaan individual Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar. C. Langkah-langkah dalam mendesain metode pembelajaran Berbagai model dapat dikembangkan dalam meng organisasikan pembelajaran. Satu di antaranya adalah model Dick and Carey (1985). Tidak ada suatu model rancangan pembelajaran yang dapat memberikan resep paling ampuh untuk mengembangkan suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menentukan model rancangan untuk mengembangkan suatu program pembelajaran tergantung pada pertimbangan si perancang terhadap model yang akan digunakan atau dipilih. Dari sekian banyak model untuk mengembangkan program pembelajaran yang telah dikenal, misalnya model Kemp (1977, model Dick anda Carey (1985), model briggs (1977), model Gagne, dkk (1988), model IDI (1971), model Degeng (1990), dan masih banyak lagi model-model lain yang pada dasarnya mempunyai ciri-ciri yang sama. Perbedaannya hanya terletak pada bagian-bagian tertentu saja, yang dimodifikasi oleh penyusun model sesuai dengan keperluan si penyusun model. Demikian juga halnya dengan desain pembelajaran mata pelajaran tertentu, dimana model desain yang digunakan misalnya model Dick and Carey, tentu perancang desainnya memiliki alasan tersendiri. Secara umum penggunaan desain pembelajaran menurut Dick and Carey sebagai berikut : 1. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. 2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan langkah lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas,namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan lainnya. 3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan pembelajaran. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar : 1. Pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, 2. Adanya pertautan antara tiap komponen, khususnya antara strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki 3. Menerapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran. Dari 10 langkah pada model Dick and Carey, ada 8 kotak yang berhubungan dan suatu garis utama yang memperlihatkan balikan dari kotak terakhir ke kotak yang terdahulu. Kotak-kotak tersebut mengacu pada perangkat-perangkat prosedur dan teknik yang dipakai untuk merancang, memproduksi, menilai dan merevisi pengajaran. Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh Dick and Carey. 1. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran Mengapa tujuan umum pembelajaran harus diidentifikasi? Sebagaimana diketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran. Oleh karena itu, setiap mperancang harus mempertimvbangkan secara mendalam rumusan tujuan umum pembelajaran yang akan ditentukan. Mempertimbangklan secara mendalam artinya,untuk merumuskan tujuan umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi, karakteristik siswa, dan kondisi lapangan. Dick and Carey (1985) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Di dalam buku Akta Mengajar V (Depdikbud, 1982) tujuan pembelajaran sangat penting dalam proses instruksional atau dalam setiap kegiatan belajar mengajar, karena tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara spesifik dan jelas akan memberikan keuntungan kepada : (a) sisw, untuk dapat mengatur waktu dan permusatan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai; (b) guru, untuk dapat mengatur kegiatan instruksional, metode, dan strategi untuk mencapai tujuan terseut,; (c) evaluator, untuk dapat menyusun tes sesuai dengan apa yang harus dicapai oleh anak didik. Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carey (1985) harus jelas dan dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandangan lain seperti (Uno Hamzah, 1993, Miarso, 1984) mengemukakan rumusan pembelajaranyang baik ialah : a) Menggunakan istilah yang operasional, b) Berbentuk hasil belajar c) Berbentuk tingkah laku d) Jelas hanya mengukur satu tingkah laku. Pendapat lain dikemukakan Gagne (1990) rumusan tujuan pembelajaran yang baik ialah : a) Formulasi dalam bentuk yang operasional b) Bentuk produk belajar c) Dalam tingkah laku si belajar d) Jelas tingkah laku yang ingin dicapai, e) Hanya mengandung satu tujuan belajar f) Tingkat keluasaan yang sesuai g) Rumusan kondisi pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat diterima. Sedangkan (Degeng, 1989; Uno Hamzah, 1993) mengemukakan ada tiga komponen utama dari suatu rumusan tujuan pembelajaran, yaitu perilaku, kondisi, dan derajat kriteria keberhasilan. Instruksional Development Institute (IDI) menambahkan satu komponen lagi yang perlu dispesifikasi dalam rumusan tujuan, yaitu sasaran (Audience). Agar lebih mudah mengingatnya, maka komponen-komponen tersebut oleh Degeng (1989) dan Uno Hamzah (1993) disebut dengan bantuan mnemonik ABCD (Audience, Behavioral, Conditions, dan Degree). 2. Melakukan analisis pembelajaran Mengapa dilakukan analisis pembelajaran? Dengan analisis pembelajaran akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills). Jadi, posisi analisis pembelajaran dalam keseluruhan desain pembelajaran merupakan perilaku pra syarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung perilaku pra syarat, sebagai perilaku yang menurut urutan gerak fisik berlangsung lebih dulu, perilaku yang menurut proses psikologis muncul lebih dulu atau secara kronologis terjadi lebih awal sehingga analisis ini merupakan acuan dasar dalam melanjutkan langkah-langkah desain berikutnya. Dick and Carey (1985) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran yang telah diidentifikasi perlu analisis untuk mengenali keterampilan-keterampilan bawahan (sub ordinate skills) yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya dan langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik untuk dapat belajar tertentu. Gagne, Briggs, dan Wager (1988) mengemukakan bahwa tujuan analisis pembelajaran adalah untuk menentukan ketrampilan-ketrampilan yang akan dijangkau oleh tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang tersusun secara logik dan sistematis. Dengan melakukan analisis pembelajaran ini, akan tergambar susunan perilaku khusus yang paling awal sampai yang paling akhir. Untuk menemukan ketrampilan-ketrampilan bawahan yang bersumber dari tujuan pembelajaran digunakan pendekatan hierarki. Mengapa harus menggunakan pendekatan hierarki? Karena anak didik dituntut harus mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi yang tidak dijumpai sebelumnya, seperti mengklarifikasi dengan ciri-cirinya, menerapkan dalil atau prinsip atau memecahkan masalah. Menganalisis sub ordinate skills sangatlah diperlukan, karena apabila kerampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan maka banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran menjadi tidak efektif. Sebaliknya, apabila keterampilan bawahan berlebihan, pembelajaran akan memakan waktu lebih lama dari semestinya, dan ketrampilan yang tidak perlu diajarkan malah menggangu anak didik dalam belajar menguasai ketrampilan yang diperlukan. Cara yang digunakan untuk mengidentifikasi sub ordinate skills adalah dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung dnegan ranah tujuan pembelajaran. Biasanya untuk mata kuliah atau mata pelajaran tertentu, keseluruhan tujuan merupakan ketrampilan intelektual. Teknik analisis ketrampilan bawahannya menggunakan pendekatan hierarki, yaitu dengan memilih apa yang harus diketahui dan dilakukan oleh anak didik sehingga dnegan usaha pembelajaran sesedikit mungkin untuk dipelajari atau dikuasai melalui belajar. 3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik mahasiswa/siswa Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa dalam pengembangan program pembelajaran sangat perlu dilakukan, yaitu untuk mengetahui kualistas perseorangan sehingga dapat dijadikan petunjuk dalam mengekspresikan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat atau kemampuan awal. Untuk mengungkap kemampuan awal, dapat dilakukan dengan pemberian tes dari tingkat bawah atau tes yang berkaitan dengan materi ajar sesuai panduan kurikulum. Sedangkan minat, motivasi, kemampuan berpikir, gaya belajar, dan lain-lainnya dapat dilakukakn dnegan bantuan tes baku yang telah dirancang para ahli. Misalnya, tes gaya belajar menggunakan tes yang dibuat oleh Keffe (1992), tes berpikir formal bisa menggunakan tes menurut Piaget (1978) yang pernah dilakukan di negara-negara yang pengelolaan pendidikannya sudah maju. 4. Merumuskan tujuan performansi Menurut Dick and Carey (1985), tujuan performansi terdiri dari: 1) Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan atau diperbuat oleh anak didik 2) Menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat 3) Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai untuk prebuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan. Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi opbjectives adalah a) Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan b) Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai c) Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian, dan membantu anak didik dalam usaha belajarnya. 5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan khusus. Istilah patokan (criterion) dipergunakan karena soal-soal tes merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa dalam tujuan. Maksudnya, keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan atau belum. Oleh karena itu, tes acuan patokan (criterion-referenced tes) disebut juga tes acuan tujuan (objective-referenced tes). Seorang perancang metode pembelajaran harus mengembangkan butir tes acuan patokan karena hasil tes pengukuran berguna untuk : 1) mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum 2) mencek hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian sehingga dapat diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran dilanjutkan 3) menjadi dokumen kemajuan belajar. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, Dick ang Carey (1985) merekomendasikan 4 macam tes acuan patoakn, yaitu sebagai berikut : a. Tes Entry Behavior, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur ketrampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran. b. Pretes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui seberapa jauh pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas,yaitu kerampilan masyarakat. Maksud dari pretes bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar), tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan dengan analisis pembelajaran. c. Tes sisipan, merupakan tes acuan patokan yang bergunan bagi keperluan tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui seberapa jauh pengetahuan anak didik terhadap semua ketrampilan yang berada di atas batas, yaitu ketrampilan prasyarat. Maksud dari pretes bukanlah untuk menentukan nilai akhir (perolehan belajar), tetapi lebih mengenal profil anak didik berkenaan dengan analisis pembelajaran. d. Pascates atau postes, merupakan tes acauan patokan yang mencakup seluurh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat perolehan belajar. Dnegan demikian, dapat diidentifikasi bagian-bagian mana di antara tujuan pembelajaran yang belum tercapai. Misalnya diterapkan pada mata kuliah perencanaan pembelajaran, maka untuk melaksanakan test entry behaviora dilaksanakan bersama-sama dengan pretes mengapa? Hal ini didasarkan pada dua alternatif, yaitu (1) melalui kedua tes tersebut dapat diketahui seberapa jauh keterampilan yang dimiliki siswa/ mahasiswa sebelum pembelajaran dimulai sehingga perancang dapat menentukan awal mulai pembelajaran; (2) jam yang tersedia menurut kurikulum sangat terbatas mengingat jumlah sksnya = 3 sehingga dilakukan secara terpisah dianggap merugikan jam pelajaran. Mengapa bentuk soal yang dibuat untuk keperluan pascates berbentuk (esai)? Hal ini sesuai dengan mata kuliah perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan pada kurikuum, yaitu menganalisis sehingga soal yang cocok untuk keperluan menganalisis adalah soal dnegan bentuk esai. Untuk mempelajari masing-masing pokok bahasan mata kuliah perencanaan pembelajaran dapat dilakukan secar terpisah tanpa tergantung pada pokok bahasan yang lain sehingga pascates dapat dilakukan 3 kali, bahkan lebih baik dilakukan tiap satu pokok bahasan selesai diajarkan apabila waktu yang tersedia pada kurikulum memungkinkan. 6. Mengembangkan metode pembelajaran Dalam strategi pembelajran, menjelaskan komponen umum suatu perangkat material pembelajaran dan mengembangkan materi secara prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Hal ini dikarenakan material pembelajaran yang dikembanhgkan, pada akhirnya dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh kemudahan dalam belajar. Untuk itu, sebelum mengembangkan materi perlu diliat kembali karakteristik siswa. Dalam tulisan lain dianjurkan pula untuk melihat karakteristik materi. Dick and Carey (1985) mengemukakan bahwa dalam merencanakan satu unit pembelajaran ada tiga tahap,yaitu 1) Mengurutkan dan merumpukan tujuan ke dalam pembelajaran 2) Merencanakan pra pembelajaran,pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut 3) Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran. Mengapa harus mengurutkan dan merumpukan ke dalam pembelajaran? Karena strategi pembelajaran merupakan hasil nyata yang digunakan untuk mengembang kan material pembelajaran, menilai material yang ada, merevisi material, dan merencanakan kagiatan pembelajaran. Dengan mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa/mahasiswa. Komponen strategi pembelajaran terdiri dari : a. Kegiatan pra pembelajaran Kegiatan prapembelajaran dianggap penting karena dapat memotivasi anak didik (siswa/mahasiswa) untuk mempelajari mata kuliah perencanaan pembelajaran misalnya. Di samping dapat memotivasi, juga mereka akan mendapat petunjuk yang sesuai untuk mencapai pembelajaran, sehingga pada akhir perkuliahan mahasiswa mampu menguasainya. b. Penyajian informasi Penyajian informasi harus dilakukan karena dengan adanya penyajian informasi, anak didik (siswa/mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, dan keterlibatan meraka dalam setiap urutan pembelajaran. c. Peran serta anak didik (siswa/mahasiswa) Mengapa peran serta anak didik (siswa/mahasiswa) dianggap penting? Anak didik (siswa/mahasiswa) harus diberi kesempatan berlatih (terlibat ) dalam setiap langkah pembelajaran, apakah itu didalam bentuk tanya jawab maupun mengerjakan soal-soal latiha nuntuk mencapai tujuan pembelajaran. Kertas kerja baik perorangan maupun kelompok setelah diberi komentar atau penilaian oleh dosen dikembalikan sebagia umpan balik terhadap apa ynag telah mereka kerjakan. Semakin terlibatnya siswa/mahasiswa pada setiap kegiatan pembelajaran, diharapkan semakin baik perolehan belajarnya. Demikian juga halnya dengan keterlibatan pembelajaran dalam pemberian umpan baliktugas-tugas anak didik (siswa/mahasiswa) akan mempengaruhi perolehan belajar anak didik (siswa/ mahasiswa). d. Pengetesan Untuk keperluan pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang dapat digunakan, yaitu: (1) tes tingkah laku masukan; (2) prates; (3) tes sispan; dan (4) pascates. Pengetasan keempat macam tes acuan patokan tersebut perlu dilakukan, kerena dari keempat macam tes tersebut (sesuai dengan fungsinya) akan memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi, baik meterial pembelajaran, strategi pembelajaran, maupun strategi pengetesan. e. Kegiatan tindak lanjut Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan ksrena rancangan pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat dukuasai seluruhnya oleh anak didik (siswa/mahasiswa) diukur dari penguasaan pascates. Dalam hal ini jika dibawah 80%, kepada mereka diberikan remidial dan tugas, kemudian diuji kembali sampai dinyatakan lulus? Bagi mereka yang sudah lulus, sementara yang lainnya belum, maka kepada mereka akan diberikan bahan pengeyaan (remidial). Mengapa harus ada penetapan alokasi waktu? Hal ini dimaksudkan agar menjadi pedoman bagi pengajar dalam pelaksanaan pembelajaran (tatap muka) sehingga tidak menyimpang dari alokasi waktu yang telah ditetapkan. Setiap tatap muka terdiri dari 100 menitdengan rincian waktu: (a) pembukaan +penyajian informasi =45 menit; (b) tanya jawab atau diskusi =30 menit; (c) 16 kali, meliputi penyajian, diskusi, pengetesan, dan remidial. 7. Mengembangkan dan memilih meterial pembelajaran Dick dan ceray (2985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu (1) pengajar merancang bahan pembelajaran individuak, semua tahap pembelajaran dimasukkan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates, (2) pengajar memilih dan mangubah bahan yang ada agar ssuai dengan strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam menyampaikan pembelejaran. Beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada, maka pengajar harus memberi penjelasan, (3) pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaiakan semua pembelajaran menurut strategi pembelejarannya yang telah disusunya. Pengajar menggunakan strategi pembelajaranya sebagai pedoman, termasuk latihan dan kegiatan kelompok. Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera memperbaiki dan memperbarui pembelajaran apabila terjadi perubahan isi. Sedangkan kerugiannya adalah sebagai besar waktu tersita untuk menyampaiakan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu anak didik (mahasiswa). Untuk keperluan pengembangan progam mata pelajaran atau mata kuliah, misalnya mata kuliah perencanaan pembelajaran, khususnya untuk meterial pembelejarannya, dipilih dari beberapa buku sesuai dengan keperluan pembelajaran. Mengapa hal ini dilakukan, karena kurangnya leteratur pendukung, baik yang terdapat di perpustakaan meupun di pasaran yang sesuai dengan keperluan pembelajaran mata kuliah tersebut. Sebagai contoh salah satu buku yang di ambil adalah buku yang disusun oleh Dr.I Nyoman Sudana Degeng tentang pengembangan desain intruksional. 8. Mendesain dan melaksanakan evalusi formatif Evaluasi formatif perlu dilakukan karena evaluasi ini adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mengumpulkan data guna perbaikan pembelajaran. Dengan kata lain, karena melalui evaluasi formatif akan ditemukan kekurangan tersebut dapat diperbaiki. Maupun dick and carey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu sebagai berikut. a. Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelejaran. Data yang dimaksud diasanya berupa kesalahan-kesalahan. b. Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri dari delapan samapi sepuluh oarang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, kemudian diuji untuk memperolah data yang diperlukan. c. Fase uji lapangan. Boleh diikuti oleh banyak siswa; umumnya30 orang sudah mencukupi. Tekanan dalam uji coba lapangan adalah pada penguji produser yang diperlukan untuk memberlakukan pembelajaran dalam suatu keadaan yang sangat nyata. Mengapa dilakukan evaluasi kelompok kecil? Hal ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan perubahan ynag telah dibuat, dan untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi anak didik jka menggunakan bahan tersebut. Uji coba lapangan perlu dilaksanakan untuk mengetahui apakah perubahan yang telah dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok kecil efektif jika digunakan dalam keperluan pembelajaran. 9. Merevisi bahan pembelajaran Merevisi bahan pembelejaran perlu dilakukan, yaitu untuk ,menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih menarik dan efektif apabila digunakan dalam keperluan pembelejaran sehingga memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.merevisi pembelajaran dilakukan sesuai data yang diperoleh dari eveluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan. Dick and carey (1985) mengemukakan ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan, yaitu (1) revisi terhadap isi atau subtansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alay belajar, (2) revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan pembelajaran. Untuk keperluan bahan pembelajaran ada empat macam keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu: 1.) Ciri anak didk dan tingkah laku masukan 2.) Tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan 3.) Hasil pembelajaran pascates 4.) Jawaban terhadap kuesioner 10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif Evaluasi sumatif perlu dilaksanakan karena melalui evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberikan nilai atas suatu desain pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada keefektifan dan efisien dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapian tujuan yang telah ditetapkan, yang diperlihatkan oleh kerja siswa. Apabila semua tujuan sudah dapat dicapi maka efektivitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. Demikian pula jika keberhasilan siswa dicapai dalam rentangan waktu yang relatif pendek maka segi efeisien pembelajaran dapat dicapi. Terakhir, jika dalam rancangan pembelajaran dengan meberlakukan strategi yang baik, aktivitas belajar siswa meningkatkan maka dari segi keberhasilan pada daya tarik pengajaran dapat dicapai. Dapatkan ha ini kita lakukan? Sedangkan berpulang kepada kepada guru yang merencanakan pembelajaran. BAB V PENGAKHIRAN A. Kesimpulan 1. Karakteristik metod pembelajaran Fiqih mempunyai sifat yang aplikatif, bermacam-macam metode pembelajaran Fiqih dapat dipakai sesuai dengan kebutuhan dan penerapan. Dari metode ceramah sampai dengan metode-metode yang lain dapat difungsikan sebagai cara memindahkan nilai “transfer ov value” dari guru kepada peserta didik. Posisi metode merupakan “Alat Pembantu” untuk mencapai materi sampai pada sasaran yang dituju. 2. Ragam aplikasi metode pembelajaran Dalam mengaplikasikan metode pembelajaran Fiqih kelas XI (sebelas) MA antara lain satu dengan lainnya tidak bisa seragam meskipun ada yang seragam. Materinya semua metode pembelajaran berbeda. Kesesuaian metode dan materi tergantung pemilihan metode berikut aplikasinya. Kreativitas dan aktivitas dalam pengaplikasian metode pembelajaran terjadi ada keseragaman dan persamaan, tetapi dalam penyampaian dan ketika diaplikasikan ternyata ditemukan ada perbedaan, ini tergantung kemampuan dalam mengaplikasikan metode pembelajaran Fiqih. Hal lain dikarenakan beberapa aspek, antara lain aspek kemampuan, karakteristik penyampaian metode pembelajaran Fiqih. B. Implikasi Metode Pembelajaran 1. Keterlibatan metode pembelajaran Fiqih, semua yang terkait dengan hal itu antara lain : a. Pembuat metode pembelajaran Fiqih, b. Pembuat silabus dan materi Fiqih, c. Para peamngku kebijakan dalam hal in imulai dari Pemerintah (Kemenag) dari Pusat, Provinsi sampai Kabupaten, d. Para Kepala Madrasah Negeri maupun Kepala Madrasah Swasta sebagai penyelenggara pendidikan di Madrasah Aliyah dan, e. Para Guru Bidang Studi Fiqih utamanya pada kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah, f. Siswa Madrasah Aliyah merupakan sasaran yang terlibat paling akhir yang menjadi objek materi dan pelaksanaan metode pembelajaran Fiqih bersama-sama para guru pengampu materi di kelas. 2. Pengembangan Metode Pembelajaran Fiqih Banyaknya metode pembelajaran yang menjadi pilihan dan kecocokan dengan kebutuhan materi, jika diaplikasikan akan didapati kelebihan, kekurangan kemudahan maupun kesulitan. Hal ini perlu adanya pengembangan metode pembalajaran bagi pengguna metode sesuai dengan kebutuhan materi situasi dan kondisi di Madrasah, dan mampu mengeksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Mengembangkan metode memperhatikan dan mengevaluasi metode yang telah diaplikasikan. Metode pembelajaran pada dasanya adalah proses menambah informasi dan kemampuan baru, yang agar dapat dimiliki siswa. Hal ini perlu berfikir metode pembelajaran agar semuanya tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami karena apa yang ingin dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Tentunya ada upaya mutu mengembangkan metode-metode pembelajaran untuk Fiqih khususnya dan untuk materi-materi pelajaran yang lain. C. Saran, Harapan dan Penutup 1. Saran Penulis berpendapat sebagai anjuran untuk sebagai pertimbangan, a) Metode pembelajaran Fiqih hendaknya dipahami secara rutin bagi pemakai metode pembelajaran, akan lebih baik jika mampu menumbuhkan metode baru dan mengembangkan metode lainnya, b) Dimusyawarahkan dengan guru atau pengguna lainnya dengan agenda pertemuan untuk memilah dan memilih metode yang tepat untuk pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah atau sekolah yang lain, c) Mengevaluasi bersama hasil penerapan metode-metode yang telah dipakai untuk diketahui ketepatan pengaplikasian, kelebihan, kekurangan, dan pengembangannya. 2. Harapan Menjadi sebuah keinginan agar menjadi kenyataan dan melahirkan kepercayaan dan kebutuhan bersama, a) Metode pembelajaran Fiqih menjadi kebutuhan para pengajar atau pendidik, tanpa dengan metode, pembelajaran tidak bisa berhasil dengan baik sesuai dengan program, b) Metode pembelajaran Fiqih dapat menjadi landasan cara mengajar yang baik, sekerja para pendidik atau pembelajar sudah punya sajian bahan metode mgajar yang siap untuk diaplikasikan, c) Metode pembelajaran Fiqih dapat dipahami, dapat dipakai dan dapat dikembangkan sepanjang masa bahkan dapat menemukan hal-hal baru inisiasi, kreasi baru dalam upaya menyempurnakan metode-metode pembelajarna saat ini dan yang akan datang. 3. Penutup Dengan memuji dan bersyukur kepada Allah SWT penulisan metode pembelajaran Fiqih kelas XI (Sebelas) Madrasah Aliyah dapat selesai, tentunya masih banyak kekurangan, namun penulis mengharap dan menunggu masukan-masukan, saran-saran dan himbauan-himbauan guru memperbaiki penulisan buku ini. Jika derdapat ketersinggungan bagi pembaca, mohon dimaafkan. Tiada gading yang tak retak. Terima kasih. Wallahu a’lam bi al-shawab. DAFTAR PUSTAKA 1. A. Sanusi, 1998, Pendidikan Alternatif, Bandung: PT Grafindo Media Pratama. 2. Abdul Latif, 2007, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, Bandung : PT. Refika Aditama. 3. Abdurohman Ma’sud, Menuju Paradigma Islam Humanis, Jakarta, Grama Media, 2002. 4. Abdurrahman Al-Nahlawi,1989, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Bandung: Diponegoro. 5. Abdurrohman Annahliawi, Pendidikan silam di Rumah, sekolah dan masyarakat 6. Abu Ahmadi, (2004), Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. 7. Abudin Nata, 2008,Kapita selekta Pendidikan Islam, Jakarta: bumi Aksara. 8. Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2006. 9. Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, Jakarta 10. Betti R Scharf, Sosiologi Agama, Jakarta, Kencana, 2002. 11. Daeng Sudirwo, 2002, Kurikulum Pembelajaran dalam Otonomi Daerah. Bandung: Andira. 12. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Edisi kedua. 13. Din Wahyudin, 2008, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Universitas Terbuka. 14. Dzakir, 2004, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, Jakarta: Rineka Cipta. 15. Goode William, J (2007) Sosiologi Keluarga. Bumi Aksara. 16. Haeruddin, dkk, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan, Jogjakarta: Pilar Media. 17. Hamzah, B. Uno, 2007, Profesi Kependidikan, Jakarta: Bumi Aksara. 18. Hasibun dan Moedjiono, 2000, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Rosda. 19. Isjoni, 2007, Saatnya Pendidikan Kita Bangkit, Yogyakarta: Pustaka Ajar. 20. Isjoni, 2009, Guru Sebagai Motivator Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 21. Ismail SM, M. Ag, 2008, Strategi Pembelajaran Agama Islam berbasis PAIKEM.Raisal Media Group.Semarang. 22. James Popham, dkk, 2008, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta. 23. James S. Coleman, Dasar-dasar Teori Sosial terjemah Imam Mutaqien, Bandung, Nusa Media, 2008 24. John M. Echols, dkk, 2000, Kamus inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia. 25. Langgung Hasan, 1983, Pendidikan Dan Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al husna. 26. Lukmanul Hakim, 2007, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima. 27. Made Pidarta,2007, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta. 28. Max Weber, Sosiologi Terjameh Nurholis, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2006, Cet. 1 29. Moch Anwar Idochi, 2004. Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 30. Muhaimin, 2004, Wacana pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 31. Muhibbin Syah, 2000, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 32. Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 2007. 33. Mulyasa, 2002, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 34. Nana Sudjana, 1989, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju. 35. Nana Syaodih S, Ayi Novi J dan Ahman, 2006, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen, .Bandung: Penerbit Rafika Aditama. 36. Nana Syaodih, 2006, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosda Karya. 37. Nur Uhbiyanti, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia. 38. Nur Uhbiyati, 1999, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia. 39. Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara. 40. Prof. Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd, 2008, Model pembelajaran Menciptakan Proses Pembelajaran yang aktif dan Kreatif. PT. Bumi Aksara.Jakarta: Cet. III. 41. Prof. Dr. Syed Naquib al-Attas, dalam Abdul Kholiq, dkk,1999, Pemikiran pendidikan islam, kajian tokoh klasik dan kontemporer, Yogyakarta: pustaka pelajar. 42. Pupuh Fathurrahman,dkk, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep, Pustaka Bitama. 43. Qory A. Azizy, Islam dan permasalahan Sosial mencari Jalan keluar, Yogyakarta, Lkis, 2000. 44. _____________, Pengembangan Ilmu-Ilmu ke-Islam-an, Jakarta, Dirjen PT Depag, 2003. 45. Rama Yulis, 2001, Metodologi Pengajaran Islam, Jakarta: Kalam Mulya. 46. Ramayulis, 2001, Metodologi Pendidikan Agama, Jakarta: Kalam Mulya. 47. Saiful Bahri, dan Aswan, 2006, Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. 48. Singgih Gunarsa, (1991) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta : Gunung Mulia. 49. Stephen K Sanderson, Makro Sosiologi sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006. 50. Sudarwan Danim, 2002, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Bandung: CV Pustaka Setia. 51. Sumardi Mulyanto, 1986, Pengajaran Bahasa Asing, Jakarta: Balai Pustaka. 52. Syafaruddin dan Irwan Nasution, 2005, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Quantum Teaching. 53. Syafi’i Maa’rif, Islam, Kekuatan Doktrin dan Kegamangan Umat, Jakarta, Pustaka Pelajar, 1997. 54. Usman Basyiruddin, 2002, Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers. 55. Wahjosumidjo, 2008, Kepemimpinan Kepala Sekolah.Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, Jakarta: Rajawali Pers. 56. Widji Suwarno, 2007, Dasar.Dasar ilmu pendidikan.Yogyakarta: Ar-Russ Media. 57. Zakiyah Derajat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam.Jakarta: Bumi Aksara. 58. Zuhairini, dkk, 1999, Metodologi Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Materi Fiqih Kelas XI, Semester Gasal Pertemuan ke 1 1. Mata Pelajaran: Fiqih Materi : Fiqih Kelas XI (sebelas) Semester Gasal 2 Jurusan IPS 3 Pengampu Mapel Drs. Achmad Slamet, M.S.I 4 Waktu 45 menitX 2 = 90 menit 5 Hari, Tanggal Mengajar Sabtu, 27 Juli 2011 Minggu ke IV (Empat) 6 Standar Kompetensi Indikator Standar Kompetensi Memahami ketentuan Islam tentang Jinayah dan hikmahnya. a. Jarimah Hudud (jenis ancaman yang di tentukan oleh nas) b. Jarimah Qishas (jenis ancaman hukuman serupa) c. Jarimah ta’zir (ancaman dengan memberikan pelajaran) 7 Kompetensi Dasar Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya. 8 Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Siswa mampu mengerti tentang pembunuhan. 2. Siswa memahami tentang hukum pembunuhan. 3. Siswa mengerti tentang madzarat pembunuhan. 4. Siswa mampu menjelaskan macam-macam pembunuhan. 5. Siswa mengerti dasar-dasar hukum dan larangan pembunuhan. 6. Siswa mampu memahami hikmah larangan membunuh. 7. Siswa mampu mencegah dirinya dari dampak negativ pembunuhan. 9 Tujuan Pembelajaran 1. Siswa mendefinisikan makna hukum pembunuhan secara etimologidan terminologi. 2. Siswa mendefinisikan hukum pembunuhan secara normatif dan menurut pendapat beberapa ahli. 3. Siswa mampu mengidentifikasikan macam-macam dan karakter pembunuhan. 4. Siswa mampu menjelaskan tentang madzarat dari pembunuhan. 5. Siswa menghafal dalil – dalil hukum dan larangan pembunuhan 10 Materi Ajar 1. Buku Fiqih kelas XI SMA, MA dan SMK 2. Fiqih Sulaiman Rasyid 3. Fathul Qarib 4. Muqaaranatul Madzahib 5. Lembar kerja siswa (LKS) 11 Metode Pembelajaran: 1. Ceramah 2. Tanya Jawab 3. Diskusi 4. Menghafal 12 Urutan Kegiatan Pembelajaran: a. Pembukaan b. Inti c. Penutup 13 Standar Kompetensi (SK) 1. Mendefinisikan makna tafsir secara terminologi maupun etimologi 2. Mendefinisikan tafsir menurut beberapa ahli tafsir 3. Menjelaskan sejarah perkembangan tafsir 4. Mengidentifikasi corak dan metode penafsiran 5. Kualifikasi dan kompetensi yang harus di miliki oleh seorang mufassir 6. Menjelaskan pentingnya tafsir dalam dakwah 14 Alat Bantu dan Bahan Ajar 1. Laptop 2. LCD 3. Whiteboard 4. Spidol 5. Penghapus 15 Deskripsi Kegiatan Pembelajaran fiqih ini di desain berdasarkan model pembelajaran Aktif Partisipatif. Dimana akan memadukan pola pembelajaran model ceramah, brainstorming (curah pendapat), serta diskusi dan Tanya jawab. Pembelajaran ini juga memadukan pembelajaran 3 arah : Guru-Siswa, Siswa-Guru, Siswa-Siswa. Pada akhir pembelajaran, Siswa akan dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan tema silabus untuk tugas pembuatan makalah dan presentasi pada pertemuan selanjutnya. 16 Assesmen 9. Pertanyaan Lisan Pertanyaan ditujukan kepada Siswa untuk didiskusikan oleh seluruh Siswa sehingga siswa dapat : d. Mendifinisikan makna pembunuhan secara terminology maupun etimologi e. Mendefinisikan pembunuh tafsir menurut beberapa ahli tafsir f. Menjelaskan sejarah perkembangan pembunuhan g. Kualifikasi dan kompetensi yang harus di miliki oleh seorang h. Menjelaskan pentingnya manfaat memahami pembunuh dan manfaatnya i. Mengidentifikasi bentuk – bentuk pembunuh j. Menghafal ayat – ayat pembunuhan dan hadist – hadistnya 17 Urutan Pelaksanaan Kegiatan b. Kegiatan Awal (10 Menit) Guru mengucapkan salam dan memberikan pengantar mengenai apa yang akan dibahas pada mata perkuliah Tafsir Dakwah ini dengan melakukan brainstorming. Di sini Dosen menarik kembali pengalaman dan pengetahuan siswa sebelumya c. Kegiatan Inti (70 menit) 1) Penjelasan Tujuan (5 menit) Guru menjelaskan tujuan dari pembelajaran dan di akhir pembelajaran ini, siswa mampu : b) Mendefinisikan makna pembunuh secara terminologi maupun etimologi c) Mendefinisikan pembunuh menurut beberapa ahli d) Menjelaskan sejarah perkembangan pembunuhan e) Mengidentifikasi corak dan pembunuhan f) Menjelaskan pentingnya memahami pembunuhan dan hukumannya 2) Guru kemudian menjelaskan scenario pembelajaran yang akan dilaksanakan sekaligus tugas yang harus di kerjakan mahasiswa, pembagian kelompok 2 orang / kelompok, tugas presentasi selama 1 semester serta kontrak belajar. (5 menit) 3) Penyampaian Materi (20 menit) Dosen menjelaskan definisi materi fiqih terminologi maupun etimologi dan menurut beberapa ahli tafsir seperti Az Zarqony, Az Zarkasyi, menjelaskan sejarah perkembangan tafsir sebelum dan sesudah tahun 150 H, mengidentifikasi corak penafsiran (sastra bahasa, filsafat dan teologi, penafsiran ilmiah, Fiqhy, Shusy, ijtima’iy, Haraky), dan metode penafsiran (Tahlily, ijmaly, Muqoron, Maudlu’i), serta menjelaskan pentingnya tafsir dalam pengembangan dakwah islam di Indonesia. 4) Diskusi dan Tanya jawab (30 menit) Guru membuka sesi diskusi dan Tanya jawab, mepersilahkan siswa menyampaikan pendapat atau pertanyaan, sehingga mahasiswa dapat meminta klarifikasi, menyanggah maupun mengemukakan pendapat lain atas materi yang telah di sampaiakan oleh guru. Pada sesi ini guru menjawab pertanyaan siswa dan melakukan pendalaman materi. d. Kegiatan penutup (10 menit) a. Guru memfasilitasi siswa menyimpulkan materi yang telah di bahas dan diskusikan. b. Guru memberikan penguatan tentang pembelajaran yang sudah berlangsung c. Guru memberikan follow up (Tugas membaca buku kepada Siswa) d. Guru menyampaikan salam penutup e. Guru memberikan solusi yang belum bias di pecahkan dalam diskusi. 18 Catatan tentang Umpan Balik yang diperlukan 1. Tehnik mengarahkan siswa agar mampu memahami kosakata (mufrodat) yang sukar yaitu dengan mengarahkan siswa untuk membuka kamus atau ma’ajim serta membimbing siswa dapat mencari kosakata dalam kamus sesuai petunjuk pencarian kosakata dalam kamus 2. Mendorong siswa untuk membawa materi fiqih pribadi dalam setiap pembelajaran untuk memudahkan pembelajaran fiqih 3. Mendorong siswa untuk mencari kitab atau buku agar yang lain untuk memperkaya materi ajar dan melengkapi pemahaman.