KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita haturkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, inayah, serta nikmat-Nya yang
tak terhingga sehingga kita dapat menyelesaikan makalah Perencanaan
Pembelajaran dengan judul “Perspektif Global dari Sudut Ilmu-ilmu Sosial dan
Ilmu Lain yang Terkait”. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah bersedia membantu kami, diantaranya:
1.
Allah
SWT yang telah memberikan segalanya kepada penulis,
Bapak Sopian Hadi, S.Pd, MM selaku pengampu Mata Kuliah Perspektif Global
yang membimbing dan mengarahkan kami sehingga tugas ini dapat
diselesaikan,
2.
Orang tua dan suami maupun
orang-orang yang ikut serta membantu dan mendukung saya dalam menyelesaikan tugas ini, baik dalam
dukungan moril maupun materil yang telah diberikan kepada kami.
Saya sadar
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak atas hasil makalah ini. Dan semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan kita semua, Amin.
Depok, 10 Juni 2021
Penyusun
DAFTAR ISI
B.
Perspektif Global dalam Pendidikan.................................................................. 3
C.
Perspektif Global dari Sudut Ilmu-Ilmu Sosial.................................................. 5
D.
Perspektif Global dari Iptek, Transportasi, Komunikasi, dan Internasional.... 16
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fenomena kehidupan manusia tidak hanya dapat
dipandang dari satu bidang saja, kita dilahirkan dan hidup di dalam masyarakat
yang kaya dengan tradisi, budaya, nilai, sikap, dan adat istiadat. Dunia ini
kaya dengan keberbedaan dan keragaman tentang pandangan, bahasa, agama, adat
istiadat dan budaya budaya dan sebagainya yang menjadikan kita sebagai makhluk
yang unik. Dalam perkembangannya kita mengalami berbagai kemajuan dalam
kesadaran dan pandangan. Wawasan nusantara misalnya, merupakan pandangan modern
yang melihat bukan perbedaan tapi persamaan, bukan terpisahkan tapi
terhubungkan. Sebagai contoh antara orang sunda dan orang batak bukan adanya
perbedaaan tetapi adanya persamaan yaitu warga negara indonesia yang
ramah-tamah. Antara pulau jawa dan sumatra bukan dipisahkan oleh selat sunda
tetapi dihubungkan oleh selat sunda.
Pandangan modern seperti itu menyebabkan dunia
menjadi semakin sempit, yang didukung oleh perkembangan IPTEK yang begitu
cepat, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi. Dengan demikian ada
kecenderungan bahwa dalam kehidupan kita tidak ada lagi batas-batas negara yang
secara tradisional membatasi hubungan antara manusia di satu negara dengan
negara lainnya. Hal ini yang menyebabkan adanya perspektif global dimana
terdapat berbagai pandangan, wawasan, serta cara fikir mengenai keadaan yang
menyeluruh mengenai kejadian atau kegiatan yang menyangkut berbagai unsur
seperti kehidupan, bahasa, agama, adat istiadat serta kebudayaan yang ada
diberbagai
wilayah.
Pendidikan sebagai salah satu ujung tombak
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan yang sangat
penting dalam membimbing dan mengarahkan peserta didik agar dapat menyikapi
perubahan zaman dengan tepat. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran, para
pendidik
harus mengembangkan pola
pembelajaran yang memungkinkan para peserta
didik dapat mengantisipasi dampak kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Derasnya
arus globalisasi sebagai
dampak kemajuan ilmu
pengetahuan
dan teknologi, membawa pengaruh dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam
bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan
yang terpengaruh arus globalisasi adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang perspektif global dari sudut
ilmu-ilmu sosial dan ilmu lain yang terkait. Ilmu-ilmu sosial itu dilihat dari
visi geografi, sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, dan antropologi, sedangkan
ilmu lain yang terkait yaitu perspektif global dari IPTEK, transportasi,
komunikasi, dan internasional.
B.
Rumusan Pembelajaran
Adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa
pengertian perspektif global?
2.
Bagaimana perspektif global dalam pendidikan?
3.
Bagaimana perspektif global dari sudut
ilmu-ilmu sosial?
4. Bagaimana
perspektif global dari IPTEK, transportasi, komunikasi, dan internasional?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian perspektif
global.
2. Untuk
mengetahui dan memahami perspektif global dalam pendidikan.
3.
Untuk mengetahui dan memahami perspektif global
dari sudut ilmu-ilmu sosial.
4. Untuk
mengetahui dan memahami perspektif global dari IPTEK, transportasi, komunikasi,
dan internasional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PERSPEKTIF GLOBAL
Menurut kamus Bahasa Inggris Longman Dictionary of Comtemporarynglish,
mengartikan global dengan “concerning the
whole earth”. Sesuatu hal yang berkaitan dengan dunia, internasional, atau
seluruh alam jagat raya. Sesuatu hal yang dimaksud disini dapat berupa masalah,
kejadian, kegiatan atau bahkan sikap. Yang berkaitan
dengan masalah misalnya kebakaran hutan menimbulkan asap dan ini berdampak
global di mana negara lain di Asia Tenggara
bahkan seluruh Asia mengalami
sesak nafas. Yang berkaitan dengan
kejadian dalam masyarakat dengan adanya “penculikan: terhadap para aktivis di
Indonesia dapat mempengaruhi opini dunia terhadap bangsa kita. Seluruh dunia
mempertanyakan hal tersebut. Sedangkan yang berkaitan dengan kegiatan lainnnya
misalnya India dan Paskistan berlomba-lomba mengadakan percobaan nuklir, ini
akan merangsang negara lain untuk bertindak, misalnya mengutuk
perbuatan
tersebut, atau bahkan mengimbangi dengan membuat nuklir pula.
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan
cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh
karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Perspektif global merupakan suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran
bahwa hidup dan kehidupan ini untuk kepentingan global yang lebih luas.
(Kuswaya, 1999:1.4)
B.
PERSPEKTIF
GLOBAL DALAM PENDIDIKAN
Perspektif global sebagai suatu kemampuan yang
harus kita miliki, tidak akan lahir dan terjadi begitu saja tanpa upaya. Oleh
karena itu, diperlukan proses untuk mengembangkan dan membinanya, terutama bagi
generasi muda yang akan menjadi sumber daya manusia
(SDM). Fenomena, peristiwa
dan masalah
yang
tejadi secara lokal di sekitar tempat tinggal, diamati serta diperhatikan,
sehingga akan terbina wawasan lokal atau perspektif lokal. Wawasan lokal
sebagai suatu kemampuan, akan menjadi dasar pendorong mengembangkan
wawasan
regional atau perspektif regional pada diri masing-masing.
Dalam konsep pendidikan global di atas,
tekanannya kepada proses belajar yang dilakukan oleh manusia secara utuh
artinya oleh semua jenjang usia mulai dari masa kanak kanak, pemuda sampai
dewasa. Selanjutnya yang menjadi pokok dalam belajar itu adalah merasakan,
mengerti yang kemudian menghayati dan menyadari bahwa dunia ini merupakan satu
kesatuan sistem yang secara global lengkap, tempat keberadaan diri manusia
masing-masing. Melalui pendidikan global peserta didik belajar melihat,
menghayati dirinya sebagai partisipan dalam sistem dunia, dan memahami
kedudukannya sebagai" komponen dunia yang memiliki hak serta kewajiban
yang meliputi juga mampu mengambil manfaat atau keuntungan dan pengorbanan atau
mengambil resiko dari padanya" Oleh karena itu sistem pendidikan
yang tidak sejalan dengan laju
Perkembangan
masyarakat global perlu ditata ulang. (Norman:2001)
Bagi bangsa Indonesia kesadaran akan
pentingnnya pendidikan global
secara
yuridis tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas), yaitu:
1.
Pasal 36 (3), kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:
dinamika
perkembangan global (butir i).
2.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua Warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu menjawab
tantangan zarnan proaktif yang selalu berubah (Penjelasan
Umum
Sisdiknas).
3.
Dengan visi pendidikan tersebut. pendidikan
nasional mempunyai misi sebagai berikut (misi ke-4): meningkatkan
keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan
ilmu pengetahuan,
keterampilan,
pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global
(penjelasan umum UU Sisdiknas).
C. PERSPEKTIF GLOBAL DARI SUDUT ILMU-ILMU SOSIAL
Globalisasi dunia merambah ke segala segi
kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang
dirambah arus globalisasi
yaitu
pendidikan IPS. Berikut perspektif global dari sudut ilmu-ilmu sosial:
1.
Perspektif
Global dari Visi Geografi
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji
berbagai fenomena dalam konteks keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam
geografi yaitu permukaan bumi yang tiga dimensi, terdiri atas muka bumi yang
berupa darat, perairan serta kolom udara di atasnya. Ruang permukaan bumi ini
secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional sampai
ke tingkat global. Oleh karena itu, perspektif geografi adalah perspektif
keruangan yang bertahap dari perspektif lokal, regional sampai ke perspektif
global.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan
merupakan suatu kemampuan memandang secara mendalam berkenaan dengan fenomena,
proses, dan masalah keruangan permukaan bumi, baik untuk masa lampau, saat ini
terutama untuk masa yang akan datang. Pendekatan yang dapat diterapkan pada
perspektif keruangan ini, yaitu pendekatan sejarah dan kemampuan memprediksi.
Lingkup kajian perspektif keruangan ini berkembang mulai dari perspektif lokal,
perspektif regional, sampai ke perspektif global. Proses perspektif lokal misalnya
perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk
perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Yang menghubungkan perkampungan dengan
perkampungan lainnya, yaitu karena ada jalan, alat angkutan atau transportasi,
juga karena arus manusia dan barang. Di sini terjadi proses sosial ekonomi
dalam bentuk interaksi antarpenduduk (manusia) dan saling ketergantungan
(interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-
hari.
Dengan keadaan yang demikian, perspektif geografi tidak hanya terbatas pada
ruang yang disebut kampong atau perkampungan melainkan terdorong
pada
kawasan-kawasan yang lebih luas.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan
itu tidak lagi melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan
yang lebih luas. Oleh karena itu, perspektif geografi ini dapat disebut
perspektif regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan menurut Peter
Haggett (1975:6) adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun binaan
manusia yang membedakan diri dari areal yang ada di sekitarnya. Ukuran region
luasnya bervariasi mulai dari yang sempit seperti wilayah kabupaten, lebih luas
lagi ke wilayah provinsi, dan lebih luas lagi seperti Kawasan Timur Indonesia, Kawasan ASEAN, Kawasan Asia Pasifik, Kawasan Timur Tengah,
dan
seterusnya.
Perspektif geografi atau perspektif keruangan
yang paling luas adalah perspektif global. Dalam bidang geografi dikenal adanya
konsep dasar globalisme (Gabler, R.E., 1966:1361) dan bumi sebagai suatu planet
(James, P.E., 1979:115) yang mengungkapkan bahwa bumi sebagai suatu global atau
suatu planet itu berdampak luas terhadap kondisi alamiah dan kondisi kehidupan
yang mendunia. Dalam bentuk bumi sebagai globe atau planet, di permukaannya
terdapat sifat-sifat yang sama di seluruh dunia, dan sekaligus juga terdapat
perbedaan. Perspektif global, tidak lagi asing dalam studi geografi. Angin,
arus laut, pasang surut, iklim, cuaca, selain ada lingkup lokal
dan
regional, juga ada lingkup globalnya.
2.
Perspektif
Global dari Visi Sejarah
Emmanuel Kant pada Abad XVIII mengungkapkan
bahwa sejarah dan geografi merupakan ilmu dwitunggal, artinya jika sejarah
mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih
belum lengkap jika tidak dipertanyakan “di mana” tempat terjadinya. Dalam hal
ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan dipertanyakan waktu
dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi jelas.
Perspektif sejarah mengacu pada konsep waktu,
atau kata lain perspektif sejarah itu sama dengan perspektif waktu, terutama
waktu yang telah lampau. Perspektif sejarah suatu peristiwa membawa citra
tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji untuk memprediksi
kejadian- kejadian yang akan datang. Perspektif global dari visi sejarah antara
lain, perspektif global tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang,
pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah yang memiliki
dampak luas terhadap tatanan kehidupan global, dapat dimunculkan dalam
pendidikan sebagai acuan transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki kehidupan
global
di hadapannya.
Mengenal tokoh-tokoh agama, para nabi, dan
rasul yang tidak hanya berpengaruh terhadap umatnya pada saat mereka masih
hidup di kawasan lingkungannya masa itu, melainkan tetap menjadi pola perilaku
dan teladan secara global sampai saat ini. Tokoh sejarah bahkan tokoh dunia
yang demikian itu menjadi sorotan perspektif global bukan hanya darisudut
pandang
sejarah, melainkan juga dari sudut pandang ilmu-ilmu lainnya.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan
Masjidil Haram di Mekkah, Piramida di Mesir, Tembok
Besar di Cina, Mesjid Taj Mahal
di India, dan Candi Borobudur di Indonesia, yang merupakan beberapa bangunan
“keajaiban dunia” tidak hanya bernilai dan bermakna sejarah, melainkan memiliki
nilai global yang mempersatukan umat, nilai budaya dari aspek arsitektur, nilai
ekonomi dalam mengembangkan lapangan kerja, dan lain sebagainya. Secara material,
bangunan-bangunan semacam itu bukan hanya merupakan pengetahuan, melainkan
lebih daripada itu wajib dijadikannya acuan pendidikan mengenai nilai-nilai
kemanusian, budaya,
bahkan
keagamaan yang ada di dalamnya.
Berbagai perang di berbagai kawasan, terutama
Perang Dunia yang tercatat sebagai peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari
dahsyatnya penggunaan senjata dan kejamnya pembunuhan umat manusia, namun
dilihat
dari
sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai dan makna kemanusiaannya. Perang
yang pada saat berlangsungnya sebagai ajang pertentangan berbagai pihak atau
berbagai Negara, ternyata setelah usai menjadi alat pemersatu berbagai bangsa
dalam memikirkan umat secara global. Pengalaman buruk dari perang telah menjadi
alat penyadar umat dunia untuk memikirkan hal-hal yang lebih bernilai dan
bermakna bagi kemanusian. Bahkan secara global, meningkatkan kemampuan IPTEK
yang mendukung kesejahteraan. Sebaliknya pengalaman negatif yang membawa
malapetaka terhadap penghancuran umat, menjadi acuan kewaspadaan bagi
kepentingan bersama. Bagi kepentingan pendidikan, perang yang merupakan
peristiwa sejarah itu juga menjadi ajang meningkatkan kesadaran, penghayatan,
dan kewaspadaan peserta didik terhadap bahaya perang “modern” di hari-hari
mendatang.
Pertemuan internasional yang bernilai dan
bermakna sejarah seperti antara lain Konferansi Asia Afrika (1955) yang terkenal dengan “Semangat Bandung”,
telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia
Afrika akan haknya sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di
negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan yang meningkatkan martabat manusia di
kawasan ini. Peristiwa itu juga membukakan mata Negara-negara “maju” sebagai
bekas penjajah terhadap arti kemerdekaan bagi bekas Negara jajahan yang wajib
diperhitungkan. Dari peristiwa sejarah tersebut, telah menyadarkan masyarakat
“Dunia Ketiga” terhadap pentingnya persatuan untuk menghadap Negara-negara
besar yang secara sosial budaya, sosial ekonomi, dan sosial politik lebih kuat
daripada negara-negara Dunia Ketiga yang bersangkutan. Perspektif global
sejarah yang demikianlah yang wajib diangkat
dalam
pendidikan.
3.
Perspektif
Global dari Visi Ekonomi
Menurut H.W. Arndt dan Gerardo P Sicat (1991:3,
dalam Nursid 1999:2.9) ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji
bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan pilihan.
Manusia
mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-macam
keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat
digunakan. Berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Sumber daya
ini langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat
terjadi antara penggunaan sekarang (hari ini) dan
penggunaan
hari esok (masa depan).
Berdasarkan
konsep di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut
beberapa
aspek yang meliputi:
a.
Menentukan pilihan
b.
Keinginan yang tidak terbatas
c.
Persediaan sumber daya terbatas, dan bahkan ada
yang langka
d.
Kegunaan alternatif sumber daya
e.
Penggunaan hari ini dan hari esok
Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi,
jelas bahwa perspektif ekonomi terkait dengan waktu, hari ini dan hari esok.
Sedangkan apa yang diperspektifkan, terutama berkenaan dengan keinginan yang
“cenderung” tidak terbatas, persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka,
dan adanya penggunaan alternatif sumber daya.
Perspektif ke hari esok atau masa yang akan
datang, terkait luas dengan pertumbuhan penduduk, kemajuan dan penerapan IPTEK
dalam proses produksi serta distribusi, kebutuhan yang cenderung tidak terbatas
kuantitasnya, dan akhirnya persediaan sumber daya yang terbatas bahkan langka.
Sedangkan penggunaan sumber daya alternatif, sangat berkaitan dengan IPTEK dan
kecenderungan kebudayaan.
Dari beberapa sumber daya khususnya sumber daya
alam, ada yang dapat terbarukan (tumbuh-tumbuhan, hewan) dan ada yang tidak
dapat terbarukan (migas, batu bara). Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan
akan habis sekali pakai sehingga persediannya makin terbatas. Sedangkan dipihak
lain, kebutuhan terus meningkat karena pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang
cenderung tidak terbatas. Kesenjangan ini bukan
bersifat lokal atau regional,
melainkan telah menjadi
masalah global. Di sini dituntut “kiat-kiat” ekonomi untuk menciptakan
keseimbangan antara konsumsi di satu pihak, dan produksi di lain pihak. Salah
satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan IPTEK.
Dalam kondisi global yang penuh dengan
kesenjangan, masalah dan tantangan, baik ekonomi, sosial, budaya, politik,
maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan akhlak menjadi kunci
penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya. Oleh karena itu, untuk menghadapi
perspektif global ekonomi berupa perekonomian pasar bebas, beralihnya kawasan
ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik, dan kebangkitan ekonomi Asia Afrika, kita Bangsa Indonesia wajib
siap mental dengan akhlak yang tinggi. Tantangan global di bidang ekonomi tidak akan
kunjung reda. Penyiapan SDM generasi muda Indonesia menghadapi Abad XXI dengan
arus globalnya wajib dirintis sedini mungkin. Sikap mental wiraswasta harus
menjadi cirri SDM mendatang. (Nursid, 1999:2.12)
4.
Perspektif
Global dari Visi Politik
Menurut Roger F. Soltau dalam Introduction to Politics (Miriam
Budiarjo: 1991:9, dalam Nursid, 1999:2.18): ilmu politik mempelajari negara,
tujuan-tujuan negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan,
hubungan negara dengan warganya, serta hubungan negara dengan negara- negara
yang lain. Dalam sorotan perspektif global, aspek hubungan dengan negara lain
merupakan hal yang pokok. Hubungan dengan negara lain, khususnya Negara
Republik Indonesia dengan negara tetangga yang kita sebut hubungan regional, dengan negara-negara lain pada umumnya kita
sebut hubungan antarnegara atau antarbangsa atau hubungan internasional, dan
akhirnya
dengan semua negara di dunia ini, yang kita sebut hubungan global.
Dengan berpegang pada politik luar negeri yang
bebas aktif, Indonesia terjun ke berbagai kegiatan penyelesaian pertikaian
politik seperti di kamboja, Filipina, Bosnia, Palestina, Israel, dan
lain-lain.Kegiatan tersebut lebih meningkatkan kedudukan Indonesia di bidang
politik, terutama politik luar negeri.
Hal tersebut menjadi landasan kerja sama di bidang ekonomi. Kepercayaan negara
lain termasuk negara Adikuasa di bidang politik, lebih membuka jalan kerjasama
di bidang ekonomi. Bantuan ekonomi menjadi
terbuka.
Stabilitas dan kemajuan politik Indonesia,
khususnya politik luar negeri, berpengaruh terhadap kondisi politik global. Hal
ini dapat kita hayati tentang dampak Konferensi Asia Afrika. Pimpinan dan pengaruh Indonesia dalam gerakan
Non-Blok (GNB) terhadap kebangkitan di Afrika dan Amerika Latin atau
Negara-negara Selatan pada umumnya. Kebangkitan negara-negara Selatan
menumbuhkan perhatian Negara-negara Utara.Negara-negara yang terakhir ini tidak
lagi mengabaikan negara-negara Dunia Ketiga atau Negara- negara Selatan
tersebut. Peranan dan keberhasilan politik luar negeri Indonesia telah bergema
secara global, baik di Negara-negara Selatan
maupun
di
Negara-negara Utara, termasuk Adikuasa.
Negara Republik Indonesia sebagai warga dunia,
tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh perkembangan di negara lain,
khususnya di negara yang telah maju, lebih khusus lagi di negara-negara
adikuasa. perkembangan di Uni Soviet, Republik Rakyat Cina, Jerman, Jepang, dan
Seterusnya, selalu ada pengaruh terhadap kehidupan politik, khususnya politik
luar negeri Indonesia. Paling tidak, Indonesia harus memperhitungkan
kecenderungan dan peluang yang akan terjadi akibat perubahan di negara lain
itu.
Konsep glasnots
(keterbukaan) dan perstroika (pembaruan)
yang digagaskan oleh Gorbachev, menjadi landasan terjadinya pendekatan
antarnegara dikuasa Rusia dan Amerika Serikat. Gerakan ini menjadi pokok
pangkal berakhirnya perang dingin di
antara negara-negara yang bersangkutan. Kenyataan itu pula membawa dampak yang
luas terhadap perubahan peta politik dunia, terutama yang dialami oleh
negara-negara Blok Timur yang di pimpin oleh Uni Soviet.
Perubahan peta politik global telah dimulai
sejak berakhirnya Perang Dunia II. Mulai saat itu banyak negara jajahan,
termasuk di dalamnya Indonesia melepaskan diri dari negara penjajah.
Negara-negara tersebut yang secara politik sepenuhnya diatur oleh penjajah,
setelah berakhirnya PD II tersebut dituntut untuk mengatur politiknya sendiri.
Setelah berakhir perang
dingin perubahan
peta politik itu makin menonjol.
Penjajahan politik berakhir, namun penjajahan
ekonomi makin gencar. Negara-negara yang baru merdeka pada era pasca-Perang
Dunia II secara politik telah merdeka namun, secara ekonomi, mereka dijajah.
Indonesia secara politik telah berhasil, telah menjadi negara yang secara
politik
diperhitungkan
oleh negara-negara lain.
5.
Perspektif
Global dari Visi Sosiologi
Menurut Frank H. Hankins (Fairchild, H.P. dkk., 1982: 302, dalam, Nursid:
1999:2.22), Sosiologi adalah studi ilmiah tentang fenomena yang timbul akibat
hubungan kelompok-kelompok umat manusia, studi tentang manusia dan lingkungan
manusia dalam hubungannya satu sama lain. Dalam sosiologi, objek yang menjadi
sorotan utamanya yaitu hubungan antarmanusia, terutama dalam lingkungan yang
terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Hubungan
sosial dan interaksi sosial yang dialami manusia dan lingkungannya makin lama
makin luas dan berkembang. Luasnya interaksi sosial mulai dari keluarga, teman
sepermainan, tetangga, tingkat lokal dusun, tingkat regional provinsi, dan
sampai
ke tingkat global antarbangsa di dunia.
Interaksi sosial yang langsung (tatap muka) dan
tidak langsung melalui berbagai media yang makin intensif serta makin meluas,
membawa perubahan sosial, kemajuan sosial yang berdampak luas terhadap opini,
kecerdasan, nalar dan wawasan manusia yang mengalaminya. Pengetahuan, ilmu dan
pengenalan teknologi yang terbawa oleh satu pihak kemudian diterima oleh pihak
lain melalui berbagai media, berdampak luas terhadap tatanan sosial, baik itu
material maupun non-material. Pakaian, peralatan, dan perangkat
kasar yang
lain, tidak hanya terbatas digunakan serta dimanfaatkan oleh orang tertentu,
melainkan telah memasuki kehidupan segala lapisan masyarakat
secara
lokal, regional, bahkan juga global.
Tatanan non-material, nilai dan norma, juga
mengalami pergeseran. Bersalaman, tepuk punggung, tegur sapa ada ala Barat
telah masuk ke dalam kehidupan orang Indonesia. Jenis permainan, jenis olahraga
dan jenis kesenian yang semula termasuk tradisional, dewasa ini telah merambah
segala penjuru dunia. Pertandingan olahraga, kunjungan dan pertukaran pemuda
pelajar, pertemuan pramuka (jambore), tingkat daerah, tingkat regional, tingkat
nasional, serta antarnegara, merupakan interaksi sosial yang meluas, paling
tidak diwakili oleh kelompok yang bertemu saat itu. Suasana dan peristiwa yang
demikian itu, tidak hanya ketemu atau interaksi manusianya saja, melainkan juga
terjadi pertemuan berbagai aspek sosial yang terbawa oleh kelompok-kelompok
manusia itu. Hal demikian tidak hanya berdampak lokal,
regional,
nasional, tetapi global.
Dari arus global dan interaksi sosial baik
langsung maupun media tentu saja memiliki dampak negatif dan dampak positif,
dampak negatif itulah yang perlu di waspadai karena bisa menjadi racun bagi
kehidupan sosial. Masalah sosial yang mengglobal ini merupakan penghancuran
umat dalam jangka yang relatif cepat meracuni generasi muda. Harus menjadi
perhatian dan kepedulian kita bersama bahwa ada kelompok manusia yang bertujuan
komersial, bisnis dan barangkali juga tujuan politik secara sengaja melakukan
penetrasi sosial budaya dengan memanfaatkan media canggih yang dapat
menghancurkan umat tadi. keberadaan media elektronik dengan suasana terbuka
pada kondisi global saat ini, tidak lagi dapat dibendung. pembendungannya
terletak pada akhlak, mental, dan moral yang kuat pada diri masing-masing,
terutama pada diri pembuat keputusan di tingkat nasional
dan
internasional.
Horton dan Hun (1976: 22, dalam Nursid,
1999:2.22) sosiologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang kehidupan
sosial umat manusia, harus mengembangkan
kemampuan perspektif global dalam menyimak masalah-masalah global yang
mengancam kehidupan umat manusia, yang selanjutnya mengembangkan metode-metode
operasional alternatif
pemecahan
masalah-masalah tadi.
6.
Perspektif
Global dari Visi Antropologi
Antropologi, khususnya Antropologi Budaya
menurut Koentjaraningrat (1990: 1112) dikatakan
sebagai pengganti Ilmu Budaya, merupakan
studi tentang manusia
dengan kebudayaannya. Sedangkan
oleh
E.A
Hoebel (Fairchild, H.P dkk., 1982: 12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih
menitikberatkan kepada kebudayaan
sebagai hasil pengembangan akal
pikiran manusia. (dalam
Nursid,
1999:2.25)
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif
global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam
konteks global. Namun sorotan dan kajiannya tidak terlepas mulai dari tingkat
lokal, regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang
mengarus saat ini.
Keterangan
I.
Lokal
II.
Nasional/ Regional
III.
Internasional/
Interegional
IV.
Global
Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa
pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai ke tingkat global, dasarnya
terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia.
Makhluk hidup, apakah itu tumbuh –tumbuhan ataukah hewan, tidak mungkin dapat
mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal. Di sinilah letak keunikan umat
manusia dibandingkan dengan makhluk hidup lain non- manusia. Contoh perkembangan
kemajuan di sekitar seperti bangunan dari gubuk, rumah darurat, rumah permanen
sampai gedung bertingkat pencakar langit. jalan mulai jalan setapak, jalan
desa, jalan kabupaten, jalan provinsi, jalan negara sampai jalan tol yang
dilengkapi dengan jembatan layang. Kendaraan mulai dari yang didorong/ditarik
oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor, sampai kendaraan ruang
angkasa.Semua tidak lain hasil dari pengembangan akal pikiran manusia atau
hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Sudut pandang Antropologi terhadap perspektif
global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan
secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain
terintegrasi dalam kehidupan umat manusia. Secara perspektif, meningkatnya
pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan
masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber
daya (budaya). Hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh (budaya)
dalam arti yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan tidak dapat dilepaskan dari
interaksi sosial (sosiologi- sosial) yang dilakukan oleh anggota-anggota
masyarakat bersangkutan. Suasana kondusif terselenggaranya pendidikan sangat
ditentukan oleh ketentraman,
jaminan peraturan, kepemimpinan, dan pemerintahan yang stabil (politik),
sehingga terdapat serta tumbuh ketenangan hati dan kesadaran dalam diri anggota
masyarakat tadi (psikologi).
Dalam kehidupan umat manusia yang makin
terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan
sudah menjadi kebutuhan, kenyataanyya negara-negara di dunia termasuk
Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia,
kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara,
belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai bidang ilmu
pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manusia menjadi dutanya berinteraksi,
sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakan bercampur-baur. Dalam kondisi
yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan.
Proses yang demikian, tidak dapat dicegah bahkan dilakukan secara sengaja. Pada
aspek-aspek tertentu, bahkan direncanakan secara sistematik. Demikianlah proses
globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok
manusia, dan bahkan oleh negara-negara di dunia ini.
D.
PERSPEKTIF
GLOBAL DARI IPTEK, TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN INTERNASIONAL
Makin meluas dan meningkatnya proses
globalisasi dalam segala aspek kehidupan, karena adanya perangkat yang menjadi
medianya. Perangkat tersebut meliputi perangkat lunak seperti ilmu pengetahuan,
dan Teknologi (IPTEK), serta
perangkat keras yang meliputi alat transportasi dan komunikasi. Perkembangan,
kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras (transportasi, komunikasi) tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan, kemajuan dan penerapan IPTEK, demikian juga
sebaliknya. Diantara perangkat lunak dan perangkat keras, terdapat hubungan fungsional yang saling mempengaruhi. Perspektif global dilihat
dari visi
IPTEK, tansportasi, komunikasi, dan internasional akan dijelaskan sebagai
berikut:
1.
Perspektif
Global dari Visi IPTEK
Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna
dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia
yang normal, sekolah ataupun tidak, sudah pasti memiliki pengetahuan. Namun
yang namanya pengetahuan, sifatnya acak. Bagi kita manusia, pengetahuan itu
sangat potensial. Hanya, dalam kehidupan yang makin berkembang dan penuh
tantangan, pengetahuan acak tadi, nilai fungsionalnya tidak mencapai tingkat
yang optimum untuk menghadapi tantangan dan memecahkan masalah yang makin
rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang acak itu wajib ditingkatkan
menjadi
ilmu.
Pengetahuan yang acak dan terbuka, melalui
proses yang panjang diorganisasikan serta disusun menjadi bidang-bidang
filsafat, humaniora dan ilmu. Selanjutnya ilmu itu dikelompokkan menjadi ilmu
eksak atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ciri-ciri bila dibandingkan dengan pengetahuan
yang acak dan terbuka terletak pada adanya sistematik, objek kajian,ruang
lingkup kajian dan metode yang diterapkan serta dikembangkannya. Pengetahuan
tidak memiliki ciri-ciri yang demikian. Pengetahuan dengan ilmu hubungannya
sangat erat. Oleh karena itu, dalam konsep ilmu, biasa juga disebut ilmu
pengetahuan. Sebutan atau panggilan yang demikian
diterapkan pada panggilan
Ilmu Pengetahuan Alam
dan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Pengetahuan apalagi ilmu (ilmu pengetahuan)
fungsional dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, pemanfaatan
benda, alat, senjata dan juga hewan menjadi judah dan terarah untuk mencapai
hasil. Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun menjadi ilmu atau ilmu
pengetahuan, penerapannya memanfaatkan benda, alat,senjata dan hewan tadi
menjadi lebih baik lagi. Penerapan pengetahuan dan ilmu pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menghasilkan sesuatu, membuahkan kemampuan yang disebut teknologi. Oleh karena itu, Brown
& Brown (1980:2) mengungkapkan, Teknologi
adalah penerapan pengetahuan oleh manusia untuk mengerjakan suatu tugas
yang dikehendakinya. Dengan demikian teknologi itu dapat dikatakan sebagai
penerapan praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan.
Sedangkan Marwad Daud Ibrahim (Yudi Latif,
editor, 1994:17) mengemukakan: “Sekandar upaya untuk menyamakan presepsi,
kiranya perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan disini
adalah suatu jawaban sistematis dari kata “mengapa”(know why). Sedangkan
teknologi adalah jawaban praktis dari pernyataan “bagaimana” (know how). Dengan
teknologi orang lalu memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa
mengubahnya”.
Dari dua pernyataan tadi dapat disimpulkan
secara sederhana teknologi itu tidak lain adalah penerapan pengetahuan dan ilmu
pengetahuan untuk mengembangkan pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber
daya untuk
memenuhi
kebutuhan tertentu.
Selanjutnya dapat dikemukakan antara penggetahuan
dengan ilmu (ilmu pengetahuan) dan teknologi hubungannya sangat erat. Oleh
karena itu dalam ucapan sehari-hari diungkapkan sebagai ilmu pengethuan dan
teknolohi yang singkatan populernya IPTEK. Perkembangan peradaban masyarakat
manusia
dari waktu ke waktu ditandai oleh perkembangan IPTEK ini.
Untuk mengetahui sejarah perekonomian
masyarakat manusia yang dimulai kemampuan yang paling rendah sampai kepada
kemampuan yang paling canggih saat ini. Untuk mengetahui perkembangan tersebut,
ikhtisarnya
akan
disampaikan sebagai berikut:
a.
Masyarakat peramu pangan sederhana, kemampuannya hanya mengumpulkan bahan pangan baik di darat (hutan, sabana,
padang
rumput)
maupun diperairan (sungai, danau, rawa, pantai).
b.
Masyarakat peramu pangan lebih maju, kemampuan
memungut bhan pangan sudah berkembang dengan menggunakan peralatan tombak, panah untuk
berburu dan menangkap ikan serta menggunakan tongkat (sejenis
linggis
dari kayu) untuk mencari bahan pangan di darat.
c.
Pertanian sederhana dan penggembalaan mulai
melakukan cocok tanam meskipun hanya menggunakan tongkat untuk membuat lubang
ditanah sebagai tempat benih tanaman. Belum dilakukan pencangkulan, pupuk
maupun pengairan. Perburuan binatang didarat berkurang, sudah mulai
dilakukan
penggembalaan.
d.
Pertania lebih maju telah menggunakan alat
pertanian yang lebih maju seperti, semacam cangkul, pemeliharaan tanaman, dan
secara terbatas dilakukan pemupukan. Memanfaatkan hewan untuk membantu mengolah
tanah. Hewan peliharaan mulai dikandangkan (peternakan sederhana). Pada masa
ini telah terjadi revolusi hijau, terjadi perubahan yang berarti dalam cocok tanam menggunakan peralatan yang lebih baik, secara
terbatas
dilakukan pemupukan dan pengairan.
e.
Masyarakat pengrajin mulai membuat peralatan,
barang anyaman sederhana. Membuat barang gerabah (keramik kasar sederhana).
Dalam tahap-tahap perkembangan cara memenuhi
kebutuhan kebutuhan (perekonomian) tentu saja terjadi juga perkembangan
teknologinya. Teknologi tau lebih
terpadu IPTEK, mulai hanya dari memanfaatkan anggota badan (tangan,kaki)
menggunakan peralatan sederhana sampai peralatan yang lebih baik seperti
linggis dari kayu, cangkul dari batu dan seterusnya. Pada tahap perajinan,
khususnya dalam membuat gerabah, api telah dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pemanfaatan api ini, membawa perkembangan IPTEK lebih maju lagi. Dari deretan
perkembangan tadi, sesungguhnya kita telah menerapkan kajian perspektif IPTEK
atau lebih luas lagi perspektif budaya. Tinjauan diatas lebih melihat
perkembangan pada masyarakat sederhana (masyarakat primitif).
Selanjutnya dengan menerapkan pendekatan
perspektif budaya Alvin Toffler dalam bukunya yang berjudul Gelombang Ketiga
(1980) mengemukakan
tiga tahap perkembangan. Ikhtisar secara singkat sebagai berikut (Toffler,
1980:10):
Gelombang pertama : Ribuan tahun yang lalu telah
terjadi perubahan
besar
dalam bercocok tanam sederhana menjadi pertanian yang paling maju. IPTEK
pertanian yang lebih maju dari periode sebelumnya, telah diterapkan dan
dimanfaatkan. Saat itu terjadi revolusi hijau.
Gelombang kedua : Tiga ratus tahun yang lalu tepatnya pada abad
XVII dengan ditemukan mesin uap mesin pemintal
kapas proses produksi di sektor industri cepat meningkat. Perkembangan kemajuan
dan penerapan IPTEK di bidang produksi dan industri terjadi lonjakan sehingga
periode ini dikenal sebagi revolusi industri.
Gelombang Ketiga : Pada abad ini (XX) kemajuan IPTEK
elektronik
maju dengan cepat radio, TV dan telepon maju dengan cepat, termasuk
penerapannya. Melalui media elektronik ini berita dan peristiwa cepat tersiar
ke seluruh dunia. Dengan dimanfaatkannya satelit komunikasi penyiaran TV
semakin meluas, informasi semakin cepat merambah. Oleh karena itu pada abad XX,
telah terjadi revolusi informasi. Melalui revolusi informasi proses globalisasi
berbagai aspek kehidupan makin dipacu.
Jika abad XX ini oleh Toffler disebut gelombang
ketiga yang ditandai oleh revolusi informasi, J. Naisbitt (1982) menjulukinya
sebagai abad informasi.
Pada abad ini segala kemajuan sebelumnya mulai dari lonjakan IPTEK dalam bidang
pertania yang dikenal dengan revolusi hijau kemajuan dan penggunaan berbagai
mesin dalam proses produksi yang dikenal dengan revolusi industri makin
meningkat dan makin meluas. IPTEK dibidang informasi sebagai sarana
penyebarluasan berbagai penemuan dan kemajuan makin memicu proses
globalisasi.kemajuan IPTEK dibidang industri petrokimia dan bioteknologi juga
mendukung revolusi hijau yang lebih maju serta lebih canggih. Rekayasa mekanik,
kimiawi, biotik dan sosial makin memacu proses produksi, baik dibidang
pertanian maupun dibidang industri. Revolusi hijau dipacu oleh revolusi
industri dan disebarluaskan secara global oleh revolusi informasi. Kondisi yang
demikian itu berkat perkembangan kemajuan penerapan dan emanfaatan IPTEK. Kita
sebagai umat beragama wajib bersyukur. Namun juga wajib waspada. Berikut
pernyataan Marwah Daud Ibrahim (Yudi Latif, editor: 1994: 17, dalam Nursid,
1999:2.34) berikut ini: Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apa gerangan
fungsi IPTEK dan implementasi logisnya bagi sosok kebudayaan suatu masyarakat,
lalu tindakan apa yang harus diambiluntuk mengoptimalisasikan Rahmat dan
meminimalkan Laknat dari kehadiran teknologi yang bermata dua ini. Inilah yang
akan menjadi pusat perhatian diskusi kita selanjutnya.
Seperti yang dinyatakan David Turney, Marwah
Daud Ibrahim melihar bahwa teknologi atau secara yang lebih lengkap IPTEK
mengandung dilema atau bermata dua. Oleh karena itu disatu pihak kita bersyukur
menikmati rahmat dampak positif dari IPTEK itu namun dipihak lain kita wajib
waspada dari dampak negatif yang menimbulkan laknat malapetaka yang menimpa
lingkungan hidup yang pada akhirnya juga mengancam kehidupan RahmatNya, setelah
diamati bukan hanya telah mengglobal melainkan telah mengangkasa. IPTEK telah
berhasil menciptakan pesawat, bahkan satelit komunikasi juga memacu dersnya
informasi.
Berbagai stasiun TV telah memanfaatkan
penyiaran globalnya melalui satelit komunikasi ini. Sedangkan dampak negatif
yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai pencemaran yang telah
berpengaruh terhadap kesehatan fisikbiologis dan mental psikologis juga telah
mengglobal. Dampak negatif perkembangan kemajuan dan penerapan IPTEK yang
menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Toffler (1976) disebut sebagai
Guncangan Hari Esok (Future Shock)
tidak hany guncangan fisik (pshysial
shcok) melainkan juga goncangan kejiwaan (psychologgical schock)penyakit- penyakit yang timbul dimasyarakat
yang telah mengglobal. Ketegangan urat syaraf, darah tinggi, sadisme,
kriminalitas, mabuk dsb. Sudah bukan masalah fisik biologis dan mental
psikologis di negar-negara tertentu melainkan telah meluas ke berbagai negara
dipenjuru dunia. IPTEK dibidang komunikasi informasimenjadi salah satu sarana.
Disinilah letak tuntutan bagi dunia pendidikan dalam arti seluas-luasnya untuk
menciptakan kiat mengatasi dampak negatif IPTEK terhadap guncangan fisik dan
psikologis tadi.
2.
Perspektif
Global dari Visi Transportasi
Dari perspektif budaya dapat diamati dan
menghayati perkembangan alat angkut atau transportasi dari waktu ke waktu.
Angkutan itu mulai dari memanfaatkan tenaga manusia yang sampai saat ini juga
masih ada dan masih dilakukan memanfaatkan alat pikul serta alat usung
sederhana memanfaatkan tenaga hewan, kendaraan beroda yang sederhana kendaraan
bermontor, kendaraan yang menggunakan tenaga jet samai kendaraan yang
memanfaatkan tenaga surya(matahari) perkembangan tadi tidak terlepas dari
perkembangan daya pikir manusia yang dikonsepkan sebagai perkembangan budaya.
Dengan konsep yang lebih khusus, dapat pula kita konsepkan sebagai
perkembangan
IPTEK.
Alat angkut atau transportasi yang semula
berfungsi mengangkut barang dan manusia secara tidak langsung juga
membawaberita atau informasi. Dampak positif dari revolusi industri abad XVII juga membawa perkembangan dan kemajuan transportasi meliputi
transportasi darat, perairan dan
udara.
Perkembangan jalan sebagai prasarana dan alat
angkut sebagai sarana selain mendekatkan jarak relatif dalam ruang permukaan
bumi juga memecahkan keterpencilan tempat-tempat terpencil. Jalan dan alat
angkut transportasi menjadi urat nadi perekonomian dalam proses distribusi
hasil produksi ke pasar dan ke konsumen. Dengan makin berkembang dan makin
majunya transportasi konsep ekomoni tentang kebutuhan dan sumber daya produksi
distribusi dan konsumsi makin nyata makna dan nilainya. Sejalan dengan proses
yang demikian konsep saling ketergantungan mulai dari tingkat lokal, regional,
nasional, internasional ,bahkan juga tingkat global, dapat terealisaikan.
Secara ilmiah tidak ada orang, daerah dan
negara yang dapat memenuhi kebutuhan sendiri berapapun besar kekayaannya. Semua
memerlukam bantuan pihak lain atau negara lain. Disinilah letak kedudukan
fungsi dan peranan saling ketergantungan. Perkembangan kemajuan dan pemanfaatan
transportasi menjdi pendukung pengembangan salinketergantungan
tadi.
Dalam pemanfaatan transportasi untuk
perdagangan yang terbawa itu tidak hanya barang dagangan dan manusia yang
memperdagangkannya. Melainkan tersertakan pula kebiasaan, bahasa, agama,
pengetahuan dan IPTEK.kontak dan informasi yang antar manusia membawa dampak
luas tidak hany dibidang ekonomi melainkan njuga aspek-aspek budaya,politik,
bahkan juga psikologi. Dampak transportasi yang demikian itu akan memacu
hubungan antar manusia disegala aspek kehidupannya. Proses sosial budaya dan
sosial politik pada masa-masa selanjutnya menjadi lebih menonjol. Proses
sosialisasi, akulturasi difusi dan asimilasi unsur-unsur budaya serta kebudayaan secara menyeluruh terjadi lebih
nyata dan lebih melekat.
Makin berkembang dan majunya transportasi
didarat, dilaut dan di udara. Melalui kontak yang demikian transportasi tidak
akan terbatas. Ketergantungan
tidak hany terjadi dibidang ekonomi, juga terjadi dibidang politik dan yang
paling bermakna adalah bidang IPTEK. Pertemuan berbagai pakar ekonomi, politik
dan IPTEK antarnegara menunjukkan kenyataan yang demikian.hal-hal itulah yang
secara positif lebih meningkatkan kesejahteraan manusia didunia ini, sebagai
dampak perkembangan, kemajuan dan pemanfaatan transportasi.
Makin maju dan canggihnya transportasi ada yang
harus diwaspadai ada beberapa yang memanfaatkan dengan tujuan yang negatif
seperti penyelundupan orang jahat,teroris, obat terlarang, dokumen terlarang
dsb.jika proses globalisasi yang terlarang itu tidak teratasi. Akibatnya
patologi sosial
yang
berupa sadisme, kriminalitas, mabuk dsb akan bertambah terus.
Dari penjelasan diatas, lebih jelas sifat IPTEK
yang bermata dua atau dilematis. Ketergantungan pada transportasi makin lama
makin besar. Apalagi bagi mereka yang bergerak dibidang bisnis, transportasi
berupa prasarana dan sarananya, telah menjadi urat nadi perekonomian. Dilemanya
terletak pada penyalahgunaan transportasi bagi kepentingan negatif oleh pihak
dan kalangan
tertentu.
3.
Perspektif
Global dari Visi Komunikasi
Berlainan dengan IPTEK, komunikasi itu tidak
hanya menjadi milik outentik umat manusia. Tumbuhan dan hewan pun memiliki cara
berkomunikasi sendiri. Manusia sebagai makhluk hidup yang berbudaya yang
mengembangkan IPTEK memiliki kemampuan dan kiat dalam berkomunikasi yang
beragam yang juga berkembang dan dikembangkan. Mulai dari masyarakat sederhana
sampai ke modern, cara komunikasi ini juga bertahap, beragam dan berkembang, IPTEK
inilah yang menjadi salah satu sarana
komunikasi
yang makin berkembang.
Komunikasi yang dilakukan oleh manusia sangat
beraneka ragam, mulai dari yang paling sederhana dengan kedipan mata, angkat
dan lambaian tangan, suara dll semua itu untuk kepentingan hubungan sosial yang
motifnya juga beragamdari perspektif budaya, komunikasi dalam berbagai bentuk
cara dan sarananya juga merupakan perkrmbangan budaya terutama setelah menggunakan
bahasa serta lambang-lambang ilmu pengetahuan.
Dari perspektif global keberhasilan saling
ketergantungan dalam segala aspek krhidupan
tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peranan
transportasi
dan media komunikasi.
4.
Perspektif
Global dari Visi Internasional
Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) merupakan
lembaga dunia yang memperhatikan segala aspek kehidupan antar negara-negara
anggotanya. Oleh karena itu lembaga ini mewadahi lembaga-lembaga khusus yang
menngani suatu aspek tertentu. Meliputi masalah-masalah kependudukan, pangan,
lingkungan hidup dan perdamaian. Masalah-masalah tersebut sebenarnya saling
terkait satu sama lain sebagai contoh dari masalah kependudukan (United National Fund for Population) dan
masih banyak berbagai aspek
lainnya.
Masalah lingkungan hidup, yang dampak
negatifnya mengkhawatirkan tatanan kehidupan global, tidak terlepas dari
masalah kependudukan, industri, sumber daya, kesehatan, dan tatanan alamiah
pada umumnya. Masalah lingkungan hidup ini ditangani oleh program PBB untuk
Lingkungan Hidup (United Nations Evitonment Programme).
Masalah perdamaian sebagai agenda yang tidak
terselesaikan, menyangkut pertikaian global tentang senjata nuklir, percobaan
nuklir, pertikaian antarnegara tentang perbatasan, klaim atas sesuatu kawasan atau pulau, dan pertikaian antaretnis
dalam satu negara, namun berdampak global
terhadap
perdaimaian dunia serta penderitaan umat manusia.
Suatu hal yang menjadi kepentingan global umat
manusia, terutama berkenaan dengan jualitas SDM, berkenaan dengan kebudayaan,
pendidikan dan ilmu pengetahuan. PBB sangat berkepentinganm dengan kualitas SDM
ini. Apa pun masalah global yang
terjadi di dunia, tidak terlepas dari manusianya, terkait dengan SDM di mana
pun adanya. Hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, pendidikan dan ilmu
pengetahuan ini, ditangani oleh Organisasi PBB Urusan
kebudayaan, pendidikan, dan Ilmu Pengetahuan.
Kecenderungan yang akan makin meluas pada
tatanan internasional, yang mengglobal dalam perspektif ekonomi dan ekologi,
yaitu berkenaan dengan relokasi industri
dari negara-negara maju ke negara-negara sedang berkembang, termasuk di
dalamnya ke Indonesia. Negara-negara maju sudah berpengalaman, karena mengalami
dampak industrialisasi terhadap lingkungan di negara setempat bagaimana
permasalahannya. Sedangkan negara-negara sedang berkembang ini belum memiliki
kesiapan bagaimana upaya menyeimbangkan industrialisasi dengan lingkungan serta
sumber dayanya. Menerima relokasi industri dengan kehausan pembangunan tanpa
kesiapan kemampuan SDM pengelola keseimbangannya, dalamn perspektif waktu ke depan sudah pasti akan menghadapi hari-hari
kelabu.
Oleh karena itu, dunia internasional dituntut
untuk memberikan bimbingan, agar ketimpangan antara ekonomi dengan ekologi ini
tidak terjadi. Karena jika degradasi lingkungan
ini terjadi, dampaknya tidak hanya menimpa negara yang menerima relokasi,
melainkan akan meluas ke dunia internasional, bahkan juga mencapai batas
global.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perspektif global adalah suatu cara pandang dan
cara berpikir terhadap suatu masalah, kejadian atau kegiatan dari sudut
kepentingan global, yaitu dari sisi kepentingan dunia atau internasional. Oleh
karena itu, sikap dan perbuatan kita juga diarahkan untuk kepentingan global.
Perspektif global merupakan suatu pandangan yang timbul akibat suatu kesadaran bahwa
hidup dan kehidupan ini untuk kepentingan global yang lebih luas. Perspektif
global sebagai suatu kemampuan yang harus kita miliki, tidak akan lahir dan
terjadi begitu saja tanpa upaya. Oleh karena itu, diperlukan proses untuk
mengembangkan dan membinanya, terutama bagi generasi muda yang akan menjadi
sumber daya manusia (SDM). Bagi bangsa Indonesia kesadaran akan pentingnnya
pendidikan global secara yuridis tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas).
Globalisasi dunia merambah ke segala segi
kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan. Salah satu bidang pendidikan yang
dirambah arus globalisasi yaitu pendidikan IPS. Konsep-konsep yang menjadi
konsep kunci dalam pembelajaran pendidikan IPS yaitu geografi, sejarah,
ekonomi, politik, sosiologi, antropologi. Makin meluas dan meningkatnya proses
globalisasi dalam segala aspek kehidupan, karena adanya perangkat yang menjadi
medianya. Perangkat tersebut meliputi perangkat lunak seperti ilmu pengetahuan,
dan Teknologi (IPTEK), serta perangkat keras yang meliputi alat transportasi
dan komunikasi. Perkembangan, kemajuan dan pemanfaatan perangkat keras
(transportasi, komunikasi) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan, kemajuan
dan penerapan IPTEK, demikian juga sebaliknya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nursid, S. Kuswaya Wihardit.1999. Perspektif Global. Jakarta: Universitas Terbuka. Sornantri, N.2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3070049526069535"
crossorigin="anonymous"></script>
No comments:
Post a Comment