Makalah Bimbingan Belajar di
Sekolah Dasar
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap murid khususnya di sekolah dasar
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, disamping persamaannya.
Perbedaan menyangkut perbedaan kapasitas intelektual, keterampilan,
motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam
keluarga dan lain-lain. Perbedaan ini cenderungakan mengakibatkan adanya
perbedaan pula dalam belajar setiap murid baik dalam kecepatan belajarnya
maupun keberhasilan yang dicapai murid itu sendiri.
Murid datang kesekolah dengan harapan agar
dapat mengikuti pendidikan yang baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada
berbagai masalah yang mereka hadapi, bersumber dari ketegangan karena
tugas-tugas, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja
sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar
intelegtual yangkurang, motivasi belajar yang lemah, kurangnya dukungan orang
tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak
selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di kelas, melainkan
memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasai proses belajar.
Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di
Sekolah Dasar, selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik
perilaku murid sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam
bimbingan belajar, baik secara individu maupun kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang
dimaksud dengan belajar?
2. Apa pengertian
bimbingan belajar di SD?
3. Apa saja
jenis-jenis masalah belajar yang dialami di SD?
4. Bagaimana
mengetahui murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar?
5. Apa saja
yang merupakan faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di
SD?
6. Bagaimana
cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapi?
C. Tujuan Penulisan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat memenuhi tujuan
sebagai berikut.
1. Menyebutkan
definisi belajar
2. Menjelaskan
pengertian bimbingan belajar di SD
3. Menyebutkan
jenis-jenis masalah belajar yang di alami di SD
4. Mengidentifikasi
murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar
5. Menjelaskan
faktor-faktor penyebab terjadinya masalah-masalah murid di SD
6. Mengungkapkan
cara-cara membantu anak dalam mengatasi masalah belajar yang dihadapinya
BAB II
MATERI PEMBAHASAN
A. Definisi
Belajar
Banyak pengertian belajar yang diungkapkan
oleh para ahli, namun pada dasarnya terletak pada perubahan perilaku.
Pengertian belajar diantaranya dikemukakan sebagai berikut :
“Belajar adalah proses perubahann pengetahuan
atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui
interaksi antara individu dengan lingkungan”. (Anita E. Wool Folk, 1995: 196)
“Belajar adalah proses tingkah laku ( dalam
arti luas ) ditumbuhkan atau diubah melalui praktek dan latihan”. (Garry &
Kingsley, 1970: 15)
Dari kedua definisi di atas nampak bahwa
belajar merupakan perubahan perilaku yang disebabkan oleh karena individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan. Akan tetapi ternyata tidak semua
perubahan perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan perilaku yang
dipandang sebagai bukan hasil belajar. Akan tetapi tidak semua perubahan
perilaku merupakan hasil belajar, artinya ada perubahan perilaku yang dipandang
sebagai bukan hasil belajar.
Dari definisi di atas dapat diidentifikasikan
bahwa perilaku yang bukan hasil belajar itu adalah.
a. Kecenderungan perilaku instinktif
Perilaku instinktif adalah pola respon yang
dibawa sejak lahir dan sudah dimiliki individu secara relatif sempurna.
b. Kematangan
Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik maupun
psikis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan merupakan
proses perkembangan yang datang dari diri individu dan bukan karena pengaruh
latihan atau intervensi lingkungan. Perubahan perilaku yang dicapai pada tahap
perkembangan tertentu yang disebabkan bukan oleh campur
tangan lingkungan disebut kematangan dan bukan hasil belajar.
Yellon dan Weinstein (1977: 26) mengartikan
perilaku kematangan itu adalah perubahan yang lebih merupakan hasil pertumbuhan
fisik dan perubahan biologis daripada hasil pengalaman. Perilaku ini disebutnya
perilaku pilogenetik. Sedangkan perilaku belajar disebabkan oleh karena
pengalaman, dan disebutnya sebagai perilaku ontogenik. Proses belajar yang
dialami manusia baik itu yang berkaitan dengan kemampuan fisik, psikis, maupun
sosial akan bergantung kepada perpaduan antara kematangan dan pengalaman.
Perpaduan kematangan dan pengalaman ini akan menghasilkan kesiapan belajar.
c. Perilaku keadaan sementara
Perubahan perilaku yang sifatnya sementara,
seperti keletihan atau kekuatan pengaruh obat-obat tertentu, bukan hasil
belajar. Pengulangan kegiatan secara terus-menerus seringkali ditandai oleh
rendahnya efesiensi kegiatan sebagai petunjuk terjadinya keletihan. Keletihan
merupakan kondisi yang dapat memperlemah keterampilan. Baik keletihan maupun
belajar keduanya dapat dilihat dari tindakan yang ditampilkan. Perbedaannya
terletak bahwa yang satu sifatnya sementara dan yang lain bersifat
menetap (permanen). Keletihan yang sifatnya sementara lambat laun
akan hilang, dan jika keletihan sudah hilang maka keterampilan dan efisiensi
tindakan akan kembali normal sekalipun tanpa intervensi lingkungan. Demikian
pula dengan pengaruh obat-obatan yang dapat meningkatkan ketahanan, mungkin
untuk sementara akan dapat meningkatkan efisiensi tindakan. Namun setelah
pengaruh itu hilang efisiensi akan kembali kepada keadaan semula.
B. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu
(murid) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar,
sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil
belajar yang optimal dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya. Dengan
kata lain tugas guru di sini adalah membanatu murid dalam mengenal, menumbuh
dan mengembangakan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan, serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya, bimbingan belajar
di sekolah dasar bertujuan sebagai berikut :
1. Pengembangan
sikap dan kebiasaan yang baik terutama dalam mengerjakan tugas dalam
mengembangan keterampilan serta dalam bersikap terhadap guru.
2. Menumbuhkan disiplin belajar dan terlatih, baik secara mandiri maupun
berkelompok.
3. Mengembangan
pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya di lingkungan
sekolah atau alam sekitar untuk pengembangan pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan pribadi.
Secara operasional bimbingan belajar di
sekolah dasar terpadu dengan proses pembelajara secara keseluruhan.
Sehingga disamping peran guru sebagai pengajar kepedulian guru pun terhadap
keragaman individu murid merupakan hal penting sebagai dasar penentuan jenis
bantuan dan layanan bimbingan belajar. Jadi, sangat mungkin guru dituntut
memberikan pelayanan kepada murid secara individu atau perorangan, disamping
memperhatikan kelompok kelas secara keseluruhan.
Untuk melihat kriteria keberhasilan belajar
murid, guru dapat melakukan evaluasi (penilian) berdasarkan orientasi
(tinjauan) dalam segi:
a. Tujuan yang
sesuai dengan rumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK), maka akan
ditemukan kualifikasi murid sebagai berikut :
1) Murid yang benar-benar
dapat dinilai sebagai menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka
prestasinya yang tinggi (Qualified Students).
2) Murid yang dapat dinilai
sebagai cukup menguasai pelajaran, seperti yang ditunjukkan oleh angka
prestasinya yang sedang (Relatively Qualified Students).
3) Murid dapat dinilai sebagai
tidak atau belum menguasai pelajaran seperti yang ditunjukkan oleh angka nilai
prestasinya yang berada di bawah ukuran batas lulus (Unqualified Students).
b. Kapasitas (tingkat kecerdasan dan bakat) siswa sendiri untuk belajar dalam bidang
studi tertentu, akan ditemukan kualifikasi siswa sebagai berikut :
1) Murid yang prestasinya
lebih tinggi dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan
belajarnya (Overachievers).
2) Murid prestasinya sesuai
dengan apa yang diperkirakan (Estimated, predicted) berdasarkan tes kemampuan
belajarnya.
3) Murid yang prestasinya
ternyata lebih rendah dari apa yang diperkirakan berdasarkan hasil tes
kemampuan belajar (Underachievers).
c. Berdasarkan
waktu yang ditetapkan (time allowed) untuk
menyelesaikan sesuatu program belajar, maka akan kita temui kualifikasi siswa
sebagai berikut :
1) Murid yang ternyata dapat
meyelesaikan pelajaran atas pekerjaan lebih cepat dari waktu yang disediakan
untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
2) Murid yang dapat
menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan tepat sesuai dengan waktu yang telah
dialokasikan (siswa normal).
3) Yang ternyata tidak dapat
menyelesaikan pelajaran atau pekerjaan berdasarkan waktu yang telah ditetapkan
(Slow learners) : siswa lambat.
d. Dengan
menggunakan norm referenced (PAN) dimana prestasi
seorang siswa dibandingkan dengan siswa lainnya (baik teman sekelompok ditempat
yang sama maupun ditempat yang lain) maka akan ditemukan kategorisasi siswa
sebagai berikut :
1) Murid yang prestasi
belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (Higher
groups).
2) Murid yang prestasinya
selalu di sekitar rata-rata (mean) dari kelompok yang sama (averages).
3) Murid yang prestasinya
selalu berada dibawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lowerr-groups).
Dari kriteria keberhasilan belajar murid di
atas, hendaknya guru memperoleh gambaran tentang murid yang termasuk kedalam
kelompok syarat berhasil, cukup berhasil dan kelompok yang .lebih berhasil di
dalam belajarnya. Sehingga guru akan lebih terampil dalam menangani murid-murid,
khususnya bagi merekayang benar-benar memerlukan perhatian khusus dalam proses
pembelajarannya sehar-hari.
C. Jenis-
Jenis Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu
yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi
tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa
kelemahan-kelemahan yang dimilikianya dan dapat juga berkenaan dengan
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Jenis-jenis maslaah belajar di Sekolah Dasar dapat dikelompokan kepada
murid-murid yang mengalami :
1. Keterlambatan
akademik, yaitu keadaan murid yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.
2. Ketercepatan
dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang cukup
tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas
khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.
3. Sangat
lambat dalam belajar, yaitu keadaan murid yang memiliki bakat akademik yang
kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau
pengaaran khusus.
4. Kurang
motivasi dalam belajar, yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat dalam
belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas.
5. Bersikap
dan kebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi murid yang kegiatannya atau
perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan seharusnya.
6. Sering
tidak sekolah.
D. Mengidentifikasi
Murid yang Diperkirakan Mengalami Masalah Belajar
Murid yang mengalami masalah belajar, dapat
didefinisi melalui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar skala pengungkapan
sikap dan kebiasaan belajar.
1) Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar adalah alat yang disusun
untuk mengungkapkan kapan sejauh mana murid telah mencapai tujuan-tujuan
pengjaran yang ditetapkan sebelumnya murid-murid dikatakan telah mencapai
tujuan pengajaran apabila dia telah menguasai sebagian besar materi yang
berhubungan dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Ketentuan ini
merupakan penerapan dari belajar tuntas (mastery lerning) yang didasarkan bahwa
setiap murid dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan jika deiberi waktu
yang cukup dan bimbingan yang mamadai untuk mempelajari bahan yang disajikan,
yaitu presentase minimal yang harus dicapai oleh murid yang belum
menguasai bahan pelajaran sesuai dengan patokan yang ditetapkan, dikatakan
belum menguasai tujuan pengajaran. Murid yang seperti ini digolongkan sebagai
murid yang mengalami masalah belajar dan memerlikan bantuan khusus, sedangkan
murid yang sudah menguasai secara tuntas semua bahan-bahan yang disajikan
sebelum waktu yang ditetapkan berakhir, digolongkan sebagai murid yang sangat
cepat dalam belajar. Mereka ini patut untuk mendapatkan pelajaran tambahan.
2) Tes Kemampuan Belajar
Setiap murid mempunyai kemampuan dasar atau
kecenderungan tertentu. Tingat kempuan ini biasanya diukur atau diungkapkan
denganmenggunakan tes kecerdasan yang sudah baku. Diasumsikan bahwa anak
normal, memiliki tingkat kecerdasan (IQ) 90-109. Hasil yang dicapai
murid hendaknya dapat mencerminkan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Murid
yang kemampuan dasarnya tinggi akan mencapai hasil belajar yang
tinggi pula. Bilamana seseorang murid mencapai hasil belajar yang lebih rendah
dari tingkat kecerdasan yang dimilikinya, maka murid yang bersangkutan
digolongkan sebagai yang mengalami masalah belajar.
3) Skala Sikap dan Kebiasaan Belajar
Sikap dan kebiasaan belajar merupakan salah
satu fakktor yang penting dalam belajar. Sebagian dari hasil belajar,
ditentukan oleh sikap dan kebiasaan yang dilakukan oleh murid dalam belajar.
Kebiasaan belajar menunjuk pada bentuk dan pola perilaku yang dilakukan terus
menerus oleh murid dalam belajar.
Sebagian dari sikap dan kebiasaan belajar
murid, dapat diketahui melalui pengamatan yang dilakukan di dalam kelas. Tetapi
pengamatan biasanya terbatas pada sikap dan kebiasaan yang diterima oleh alat
indera. Untuk mengungkapkan sikap dan kebiasaan yang lebih luas telah
dikembangkan beberapa alat berupa “Skala sikap dan kebiasaan belajar”.
E. Faktor-faktor Peneyebab Terjadinya Maslah Belajar Murid di Sekolah Dasar
Setelah seorang guru mengetahui siapa murid
yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya
selanjutnya guru dapat melanjutkan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab
terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Masalah belajar cenderung
sangat kompleks, karena masalah belajar mengandung pengertian, bahwa:
Pertama, masalah belajar dapat timbul oleh berbagai
sebab yang berlainan. Suatu masalah belajar yang sama dialami oleh dua orang
murid atau lebih, belum tentu disebabkan oleh faktor yang sama.
Kedua, dari sebab yang sama dapat timbul masalah
yang berlainan seringkali suatu kondisi yang sama dimiliki oleh beberapa orang
murid, namun menimbulkan masalah-masalah yang berlainan pada masing-masing
individu.
Ketiga, sebab-sebab masalah belajar dapat saling berhubungan antara yang
satu dengan yang lain. Kadang-kadang masalah belajar yang dihadapi oleh seorang
murid tidak timbul dari satu sebab saja, melainkan dapat timbul dari berbagai
sebab yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
Pada garis besarnya sebab-sebab
timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yaitu :
a. Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang
berada pada diri murid it sendiri). Antara lain :
1) Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan,
alat bicara, gangguan panca indra, cacat tubuh, serta penyakit menahun
(alergi, asma, dsb).
2) Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti
menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasanya cenderung kurang.
3) Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan
diri (maladjustment), tercekam rasa taku, benci dan antipasti, serta
ketidak matangan emosi.
4) Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan da sikap yang salah, seperti
kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam
belajan, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor dari
luar diri individu) yaitu berasal dari :
1) Sekolah, antara lain : sifat kurikulum yang kurang fleksibel, terlalu
berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru), metode mengajar yang
kurang memadai, kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2) Keluarga, antara lain : keluarga tidak utuh dan atau kurang
harmonis, sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya, keadaan ekonomi.
3) Masyarakat, antara lain; adat dan kebiasaan masyarakat yang kurang mendukung
kegiatan belajar di sekolah, teman sebaya yang memiliki perilaku kurang baik.
Menurut Depdikbud (1995) Faktor yang
menyebabkan masalah belajar adalah:
a. lemahnya
motivasi belajar,
b. kurang
intensifnya bimbingan pengajar,
c. kurangnya
kesempatan berlatih atau berpraktik,
d. tidak ada
upaya dan kesempatan reinforcement,
e. kurang
gairah belajar karena kurang jelasnya tujuan.
Lebih lanjut Callis (dalam Depdikbud,
1995) menjelaskan bahwa masalah belajar disebabkan oleh :
a) kurang informasi dan kurang pengertian tentang diri sendiri (lack of
informatiaon and undertanding about self),
b) kurang informasi dan kurang pengertian tentang lingkungannya (lack
of information and understanding of the environmentaly)
c) kurang terampil (lack of skill).
F. Upaya Membantu Murid Dalam Mengatasi Masalah
Belajar
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam
mengatasi masalah belajar antara lain:
1. Pengajaran Perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran
yang bersifat menyembuhkan atau membetulkan, pengajaran yang membuat menjadi
baik. Dibanding dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih
khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat
dan latar belakang masalah yang dihadapi murid. Pengajaran perbaikan bisa juga
disebut pengajaran remedial. Pengajaran remedial merupakan
rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan
belajar-mengajar.
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebagai
upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau
kelompok siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin
sehingga dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan
melalui suatu proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah,
terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya
terhadap keragaman kondisi objektif individu dan atau kelompok siswa yang
bersangkutan serta daya dukung sarana dan lingkungannya (Abin Syamsuddin
Makmun, 1998: 228)[1][2].
2. Kegiatan Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan suatu bentuk
layanan yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang murid yang sangat
cepat dalam proses belajar, dengan tujuan untuk menambah dan/atau memperluas
pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya dalam kegiatan belajar
sebelumnya.
Kecepatan belajar yang tinggi akan mempunyai
dampak positif apabila murid merasa dirinya diperhatikan dan dihargai atas
keberhasilan dan kemampuan dalam belajar. Sebaliknya, kecepatan belajar akan
mempunyai dampak negatif apabila murid merasa kurang diperhatikan
dan kurang dihargai.
3. Peningkatan Motivasi Belajar
Guru dan staf sekolah lainnya berkewwajiban
membantu murid meningkatkan motivasinya dalam belajar. Prosedur yang dapat
dilakukan adalah dengan :
a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar. Murid akan terdorong untuk belajar
apabila ia mengetahui tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai.
b. Menyesuaikan
pengajaran dengan bakat kemampuan dan minat murid.
c. Menciptakan
suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan.
d. Memberikan
hadiah (penguatan) dan hukuman (hukuman yang bersifat membimbing, yaitu yang
menimbulkan efek peningkatan). Bila mana perlu.
e. Menciptakan
suasana hubungn yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara
murid dengan murid.
f. Menghindari
tekanan-tekanan dan suasana yang tidak menentu seperti suasana yang menakutkan,
mengecewakan, membingungkan, dan menjengkelkan.
g. Melengkapi
sumber dan peralatan belajar.
h. Mempelajari hasil belajar
yang diperoleh.
4. Peningkatan Keterampilan Belajar
Prosedur yang dapat dilakukan diantaranya adalah dengan :
a. Membuat
catatan waktu guru mengajar.
b. Membuat
ringkasan dari bahan yang dibaca.
c. Menegrjakan
latihan-latihan soal.
5. Pengembanagan Sikap dan Kebiasaan Belajar yang Baik
Setiap murid diharapkan menerapkan sikap dan
kebiasaan belajar yang efektif. Sikap dan kebiasaan belajar yang baik
tidak tumbuh secara kebetulan, melainkan seringkali perlu ditumbuhkan melalui
bantuan yang terencana, terutama oleh guru-guru dan orang tua murid. Untuk itu
murid hendaknya dibantu dalam hal:
a. Menemtukan motif-motif yang tepat dalam belajar.
b. Memelihara
kondisi kesehatan yang baik.
c. Mengataur
waktu belajar baik di sekolah maupun di rumah.
d. Memilih
tempat belajar yang baik.
e. Belajar
dengan menggunakan sumber belajar yang baik.
f. Membaca
secara baik dan sesuai dengan kebutuhan.
g. Tidak
segan-segan bertanya untuk hal-hal yang tidak diketahui.
Disamping dengan cara bantuan di atas
terdapatt beberapa cara yang laian yang dapat dilakukan guru untuk menumbuhkan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik adalah :
1) Membantu murid menyususun
rencana yang baik. Rencana ini memuat pokok dan subpokok bahasan yang akan
dipelajari, tujuan yang akan dicapai, cara-cara mempelajari bahan-bahanyang
bersangkutan, alat-alat yang diperlukan dan cara-cara memeriksa atau mengetahui
kemajuan-kemajuan yang dicapai.
2) Membantu murid mengikuti
kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas. Sebagian besar kegiatan belajar-mengajar
berlangsung di dalam kelas. Dalam hal ini, murid perlu mengetahuai apa yang
harus dikerjakan sebelum mengikuti kegiatan belajar-mengajar, bagaimana cara
memahami dan mencatat keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru, dan apa
pula yang harus dikerjakan setelah kegiatan belajar-mengajar berakhir (setelah
sampai di rumah).
3) Melatih murid membaca
cepat. Kecepatan menunjuk pada banyaknya kata-kata yang tepat yang dapat dibaca
dalam waktu tertentu. Dengan membaca cepat, kemungkinan murid memperoleh banyak
informasi atau ilmu pengetahuan dari buku sumber yang dibacanya.
4) Melatih murid untuk dapat
mempelajari buku pelajaran secara efisien dan efektif. Salah satu metode yang
perlu dikuasai oleh murid adalah metode SQR3 (Survey, Question, Read, Recite,
Write den Review) yang dikemukakan oleh Francis P. Robinson (Dorothy Keiter,
1975).
5) Membiasakan murid
mengerjakan tugas-tugas secara teatur, bersih dan rapi.
6) Membantu murid menyusun
jadwal belajar dan mematuhi jadwal yang telah disusunnya. Untuk ini diperlukan
adanya pemantauan dan pengawasan yang berkesinambungan.
7) Membantu murid agar dapat
berkembang secara wajar dan sehat. Misalnya dengan memindahkan tempat duduk
murid yang dilkukan secara berkala, membetulkan posisi duduk murid (tidak
terlalu membungkuk jarak mata denghan buku kurang lebih 30 cm) memeriksa kuku
dan sebagainya.
8) Membantu murid
mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian yang meliputi persiapan mental,
penguasaan bahan pelajaran, cara-cara menjawab soal ujian, dan segi-segi
administratif penyelenggaraan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan perubaha perilaku yang
disebabkan oleh karena individu mengadakan interaksi
dengan lingkungan. Sedangkan bimbingan belajar sendiri merupakan
proses bantuan yang diberikan kepada individu (murid) agar dapat mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya dalam belajar. Bimbingan belajar ini bertujuan
sebagai pengembangan sikap dan kebiasaan yang baik, menumbuhkan disiplin
belajar dan terlatih serta mengembangkan pemahaman dan pemanfaatan kondisi
fisik, sosial dan budaya di lingkungan sekolah atau alam sekitar untuk
pengembangan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan
pribadi.
Jenis-jenis masalah belajar di Sekolah Dasar
dapat dikelompokkan kepada murid-murid yang mengalami keterlambatan akademik,
ketercepatan dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam
belajar, bersikap dan kebiasaan buruk dalam belajar dan sering tidak sekolah.
Guru dapat mengidentifikasi murid yang diperkirakan mengalami masalah belajar
melaui tes hasil belajar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan sikap dan
keniasaan belajar. faktor-faktor penyebab terjadinya masalah belajar cenderung
sanagt kompleks karena masalah belajar dapat timbul oleh berbagai sebab yang
berlainan, ada pula dari sebab yang sama tetapi menimbulkan masalah yang
berbeda dan ada pula yang disebabkan oleh hal-hal yang saling berkaitan. Oleh
karena itu, untuk membantumurid dalam mengatasi masalah belajar bisa dengan pengajaran
perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, dan peningkatan
keterampilan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Sunaryo Hartadiningrat,
dkk. 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Garry,R
& Kingsley,H.I. (1987). The Nature and Condition of learning. New Jersey:
Practice Hall.
http://uyunkachmed.blogspot.com/2011/10/bimbingan-belajar-di-sekolah-dasar.html
No comments:
Post a Comment