Tuesday 25 September 2012

makalah pengertian masailul fiqh sebagai pengantar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menjalani kehidupan dunia ini, tidaklah semua yang kita inginan dan harapkan dapat tercapai. Ketika terjadi ketimpangan atau ketidaksesuaian antara hal yang kita inginkan dan fakta yang terjadi maka akan menimbulkan masalah. Begitu juga dalam menjalankan syariat islam, masalah juga dapat muncul ketika terjadi ketimpangan antara teori dan kenyataan mengenai hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah. Dalam menyelesaikan masalah tersebut tentu harus ada jalan penyelesaiannya. Untuk itu, pemakalah dalam makalah ini akan membahas mengenai pengetian masailul fiqh, ruang lingkup masailul fiqh, tujuan mempelajari masailul fiqh, manfaat mempelajari masailul fiqh, penyebab timbulnya masalah dan cara menyelesaikan permasalahan fiqh B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari Masailul Fiqhiyah ? 2. Apa saja Ruang lingkup masailul fiqh ? 3. Apa tujuan dari Masailul Fiqh? 4. Apakah Manfaat mempelajari masailul fiqh? 5. Apa Penyebab timbulnya suatu masalah klasik dalam masailul fiqh ? 6. Bagaimana Cara menyelesaikan permasalahan fiqh ? C. TUJUAN MAKALAH 1. Untuk mengetahui pengertian dari Masailul Fiqhiyah 2. Untuk mengetahui ruang lingkup, tujuan, serta manfaat mempelajari masailul fiqh. 3. Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam masailul fiqh dan bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikannya. D. SISTEMATIKA PENULISAN MAKALAH BAB I : PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Penulisan Makalah 4. Sistematika Penulisan Makalah BAB II : PEMBAHASAN 1. Pengertian dari masailul fiqhiyah 2. Ruang lingkup masailul fiqhiyah 3. Tujuan dan manfaat dari mempelajari masailul fiqhiyah 4. Penyebab timbulnya masalah klasik dari masailul fiqhiyah 5. Cara penyelesaian dari permasalahan fiqh BAB III : PENUTUP 1. Kesimpulan 2. Kritik dan Saran 3. Penutup BAB II Pengertian, Makna, Ruang Lingkup dan Tujuan Masailul Fiqh A. Pengertian dari Masailul Fiqh 1. Pengertian Masail dalam bahasa arab merupakan jamak taksir dari kata masalah yang artinya perkara (persoalan). Badudu dan mohammad zain menyebut masailul dengan persoalan, problema dan perkara. Menurut pemakalah, masalah adalah ketimpangan antara teori dan kenyataan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena , adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum islam. Secara terminologi berarti : ”mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci. Jadi masailul fiqh yaitu ketimpangan antara teori dan kenyataan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang digali dari dalilnya secara terperinci atau tidak. B. Ruang Lingkup Masailul Fiqh Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral) dan lain-lain diantaranya : 1. Masalah aqidah a. minta petunjuk dukun b. pelaksanaan hajat dengan menentukan hari pasaran c. memakai jimat d. shalat untuk menebus shalat yang ditinggalkan kedua orang tua e. menyalati mayat di kubur f. membacakan al-quran untuk mayat g. menebus nazar yang ditinggalkan orang yang mati h. merawat mayat janin yang gugur i. bernazar dengan mensedekahkan seluruh harta kekayaan j. memberikan zakat untuk mengentaskan kemiskinan saudara sebangsa non-muslim k. ibu hamil dan menyusui tidak puasa l. haji wanita tanpa mahram m. haji dengan menggunakan uang haram n. pernikahan tanpa wali 2. masalah ibadah (shalat, do’a, nazar) 3. masalah zakat, puasa dan haji 4. masalah perkawinan dan pergaulan suami istri 5. masalah makanan dan minuman 6. memanfaatkan kulit hewan yang haram dimakan 7. masalah hubungan sosial, pertandingan dan pertunjukan 8. masalah operasi kecantikan, merias wajah dan rambut serta memakai tato 9. Objek kajian masailul fiqh lainnya adalah perbuatan orang mukallaf yang bisa menyimpangkan aqidahnya. C. Tujuan Mempelajari Masailul Fiqh 1. Untuk beribadah 2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat 3. Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah D. Manfaat Mempelajari Masailul Fiqh 1. Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontemporer 2. Menjawab persoalan siswa 3. Menjawab pertanyaan masyarakat E. Penyebab Timbulnya Suatu Masalah Penyebab timbulnya suatu masalah klasik dalam masailul fiqh adalah : 1. Karena ulama berbeda dalam memahami makna-makna lafaz dalam bahasa arab yang bersifat mujmal/ musytarak, dikeragui umum atau khusus dan dikeragui mana yang hakiki atau maknawi 2. Perbedaan cara meriwayatkan suatu hadis : a. Karena perbedaan rujukan atau sumber b. Karena perbedaan menetapkan kaidah-kaidah ushul c. Karena perbedaan dalam menanggapi adanya pertentangan antara dalil atau cara mentarjihnya Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu : waktu, tempat, kondisi sosial, niat, adat istiadat yang berlaku F. Cara Menyelesaikan Permasalahan Fiqh Masalah keagamaan yang aktual (baru) lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath. Metode ijtihad yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah masalah-masalah yang tidak ada ketentuannya dalam nash, sedangkan dihadapi dan dilakukan oleh umat islam karena sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidupnya. Tetapi metode istinbath adalah upaya maksimal untuk menarik suatu ketentuan hukum dari nash yang ada baik nash al-quran maupun hadis. Jadi pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath karena kebanyakan masalahnya tidak ditemukan ketentuannya dalam nash. Abdul al-Qadir Ahmad ’Ata mengatakan, pembahasan masalah aktual yang tidak ada nashnya sekurang-kurangnya ada tiga macam cara yang harus dilakukan ketika menentukan hukumnya dengan metode ijtihad yaitu : 1. harus selalu menjaga dasar-dasar aqidah islam, yaitu tidak boleh ada produk hukum yang dapat melemahkan tau merusaknya, sehingga dapat menggantikan dengan kepercayaan yang musyrik atau atheis 2. harus menghindari dan menolak perbuatan sesat yang pernah dilakukan oleh ahlul kitab atau orang musyrik 3. harus selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral ”Menciptakan orang muslim yang dalam kehidupannya selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral” Yusuf Qardawi menambahkan satu lagi ketentuan yang harus dijadikan dasar pertimbangan ketika metode ijtihad dilakukan dalam menentukan suatu hukum yaitu selalu mencari kemudahan dari kesulitan yang dialami manusia ketika hukum tersebut diterapkan. Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang bersumber dari Anas yang mengatakan: ”Permudahlah dan jangan mempersulit, serta hiburlah dan jangan menjauhi” (H.R Bukhari dan Muslim) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Masailul fiqh yaitu ketimpangan antara teori dan kenyataan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang digali dari dalilnya secara terperinci atau tidak. Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral). Objek kajian masailul fiqh lainnya adalah perbuatan orang mukallaf yang bisa menyimpangkan aqidahnya. Tujuan mempelajari masailul fiqh 1. Untuk beribadah 2. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat 3. Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah Manfaat mempelajari masailul fiqh 1. Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontemporer 2. Menjawab persoalan siswa 3. Menjawab pertanyaan masyarakat Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu : 1. waktu 2. tempat 3. kondisi sosial 4. niat 5. adat istiadat yang berlaku Pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath karena kebanyakan masalahnya tidak ditemukan ketentuannya dalam nash B. Kritik dan Saran Demikian makalah ini kami susun, tentunya dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Untuk itu kami mengharap adanya masukan atau kritikan yang membangun. Agar kami dapat berbenah diri dalam proses pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya C. Penutup Dengan bacaan hamdalah kami ucapkan sebagai rasa syukur kami atas terselesaikannya tugas membuat makalah ini. Semoga sedikit ilmu yang kami pelajari ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca yang budiman, Amin. DAFTAR PUSTAKA Al-Zuhaily, Wahbah.1989. Al-Fiqh Islamiyah al-Wa’adillatuh. Damaskus: Darul Fiq Harun, Nasrun. 1997. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Mahjuddin.2003. Masailul Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia Yunus, mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta Zain, Muhammad. Badudu. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar harapan

Monday 24 September 2012

pengantar kuliah masailul fiqhiyah

PENGANTAR MASAILUL FIQH A. Pendahuluan Dalam menjalani kehidupan dunia ini, tidaklah semua yang kita inginan dan harapkan dapat tercapai. Ketika terjadi ketimpangan atau ketidaksesuaian antara hal yang kita inginkan dan fakta yang terjadi maka akan menimbulkan masalah. Begitu juga dalam menjalankan syariat islam, masalah juga dapat muncul ketika terjadi ketimpangan antara teori dan kenyataan mengenai hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah. Dalam menyelesaikan masalah tersebut tentu harus ada jalan penyelesaiannya. Untuk itu, pemakalah dalam makalah ini akan membahas mengenai pengetian masailul fiqh, ruang lingkup masailul fiqh, tujuan mempelajari masailul fiqh, manfaat mempelajari masailul fiqh, penyebab timbulnya masalah dan cara menyelesaikan permasalahan fiqh. B. Pengantar masailul fiqh 1. Pengertian masailul fiqh Masail dalam bahasa arab merupakan jamak taksir dari kata masalah yang artinya perkara (persoalan).[1] Badudu dan mohammad zain menyebut masailul dengan persoalan, problema dan perkara.[2] Menurut pemakalah, masalah adalah ketimpangan antara teori dan kenyataan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena , adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada.[3] Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum islam. Secara terminologi berarti : ”mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-dalilnya yang terperinci.[4] Jadi masailul fiqh yaitu ketimpangan antara teori dan kenyataan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang digali dari dalilnya secara terperinci atau tidak. 2. Ruang lingkup masailul fiqh Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral) dan lain-lain diantaranya : 1. masalah aqidah • minta petunjuk dukun • pelaksanaan hajat dengan menentukan hari pasaran • memakai jimat • shalat untuk menebus shalat yang ditinggalkan kedua orang tua • menyalati mayat di kubur • membacakan al-quran untuk mayat • menebus nazar yang ditinggalkan orang yang mati • merawat mayat janin yang gugur • bernazar dengan mensedekahkan seluruh harta kekayaan • memberikan zakat untuk mengentaskan kemiskinan saudara sebangsa non-muslim • ibu hamil dan menyusui tidak puasa • haji wanita tanpa mahram • haji dengan menggunakan uang haram • pernikahan tanpa wali • menikahi saudara sesusuan • menikahi wanita yang dihamili orang lain • menyodomi istri • oral seks • memuaskan suami dengan tangan istri serta memuaskan istri dengan tangan suami • berduaan dengan wanita lain di tempat sunyi • suami memandikan mayat istrinya dan istri memandikan mayat suaminya • makan daging yang disembelih dengan menggunakan sengatan listrik • makan daging yang disembelih oleh non-muslim • memakai alat dapur non-muslim • menyembelih dengan menyebut nama Allah bukan kalimat bahasa arab • menyuguhkan makanan kepada pelayat sebelum jenazah dimakamkan • makan janin dari induk hewan yang telah disembelih • pengobatan dengan menggunakan khamar • membantu orang musyrik mewujudkan sarana persembahan • pertandingan menembak atau memanah • pertunjukan matador, adu domba, pacuan kuda dan karapan sapi • pertunjukan tinju • permainan bela diri, pencak silat dan karate • operasi plastik • memagar dan menghiasi gigi • mencukur bulu kening dan merias wajah • memakai rambut palsu • menyemir rambut • memakai tato[5] 1. masalah ibadah (shalat, do’a, nazar) 1. masalah zakat, puasa dan haji 1. masalah perkawinan dan pergaulan suami istri 1. masalah makanan dan minuman 1. memanfaatkan kulit hewan yang haram dimakan 2. masalah hubungan sosial, pertandingan dan pertunjukan 1. masalah operasi kecantikan, merias wajah dan rambut serta memakai tato Objek kajian masailul fiqh lainnya adalah perbuatan orang mukallaf yang bisa menyimpangkan aqidahnya. 3. Tujuan mempelajari masailul fiqh a.Untuk beribadah b.Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat c.Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah 4. Manfaat mempelajari masailul fiqh a.Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontemporer b.Menjawab persoalan siswa c.Menjawab pertanyaan masyarakat 5. Penyebab suatu masalah Penyebab timbulnya suatu masalah klasik dalam masailul fiqh adalah : 1. karena ulama berbeda dalam memahami makna-makna lafaz dalam bahasa arab yang bersifat mujmal/ musytarak, dikeragui umum atau khusus dan dikeragui mana yang hakiki atau maknawi 2. perbedaan cara meriwayatkan suatu hadis 1. karena perbedaan rujukan atau sumber 2. karena perbedaan menetapkan kaidah-kaidah ushul 3. karena perbedaan dalam menanggapi adanya pertentangan antara dalil atau cara mentarjihnya[6] Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu : waktu, tempat, kondisi sosial, niat, adat istiadat yang berlaku 6. Cara menyelesaikan permasalahan fiqh Masalah keagamaan yang aktual (baru) lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath. Metode ijtihad yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah masalah-masalah yang tidak ada ketentuannya dalam nash, sedangkan dihadapi dan dilakukan oleh umat islam karena sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidupnya. Tetapi metode istinbath adalah upaya maksimal untuk menarik suatu ketentuan hukum dari nash yang ada baik nash al-quran maupun hadis. Jadi pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath karena kebanyakan masalahnya tidak ditemukan ketentuannya dalam nash. Abdul al-Qadir Ahmad ’Ata mengatakan, pembahasan masalah aktual yang tidak ada nashnya sekurang-kurangnya ada tiga macam cara yang harus dilakukan ketika menentukan hukumnya dengan metode ijtihad yaitu : 1. harus selalu menjaga dasar-dasar aqidah islam, yaitu tidak boleh ada produk hukum yang dapat melemahkan tau merusaknya, sehingga dapat menggantikan dengan kepercayaan yang musyrik atau atheis 2. harus menghindari dan menolak perbuatan sesat yang pernah dilakukan oleh ahlul kitab atau orang musyrik 3. harus selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral ”Menciptakan orang muslim yang dalam kehidupannya selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral” Yusuf Qardawi menambahkan satu lagi ketentuan yang harus dijadikan dasar pertimbangan ketika metode ijtihad dilakukan dalam menentukan suatu hukum yaitu selalu mencari kemudahan dari kesulitan yang dialami manusia ketika hukum tersebut diterapkan. Hal ini berdasarkan sebuah hadis yang bersumber dari Ana yang mengatakan: ”Permudahlah dan jangan mempersulit, serta hiburlah dan jangan menjauhi” (H.R Bukhari dan Muslim) C. Penutup 1. Kesimpulan Masailul fiqh yaitu ketimpangan antara teori dan kenyataan tentang hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang digali dari dalilnya secara terperinci atau tidak. Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral). Objek kajian masailul fiqh lainnya adalah perbuatan orang mukallaf yang bisa menyimpangkan aqidahnya. Tujuan mempelajari masailul fiqh a.Untuk beribadah b.Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat c.Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah Manfaat mempelajari masailul fiqh a.Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontemporer b.Menjawab persoalan siswa c.Menjawab pertanyaan masyarakat Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu : 1. waktu 2. tempat 3. kondisi sosial 4. niat 5. adat istiadat yang berlaku Pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath karena kebanyakan masalahnya tidak ditemukan ketentuannya dalam nash. DAFTAR KEPUSTAKAAN Al-Zuhaily, Wahbah.1989. Al-Fiqh Islamiyah al-Wa’adillatuh. Damaskus: Darul Fiq Harun, Nasrun. 1997. Ushul Fiqh 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu Mahjuddin.2003. Masailul Fiqh. Jakarta: Kalam Mulia Yunus, mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta Zain, Muhammad. Badudu. 1966. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar harapan ________________________________________ [1] Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia.b-Indonesia. (Jakarta: Yayasan Penyelenggara, Penerjemah dan Penafsir al-Quran) hal 161 [2] J.S. Badudu dan Muhammad Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta) 1966 hal 869 [3] Moh. Nazir. Metode Penelitian. (Bogor: Ghalia Indonesia). 2005 hal 111 [4] Nasrun Harun. Ushul Fiqh. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu) 1997. hal 2-3 [5] Mahjuddin. Masailul Fiqh [6] Wahbah al-Zuhaily. Al-Fiqh Islamiyah Al-Wa’adillatuh. (Damaskus: Darul fiq) 1989 hal 69-71