Tuesday 13 January 2015

makalah kecerdasan

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Teori Perkembangan Anak
Sebelum memahami potensi anak dan bagaiman cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk memahami teori dalam perkembangan anak.
1.      Teori Nativisme.
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia adalah pembawaan sejak lahir. Para ahli yang menganut teori ini mengklaim bahwa unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu yang diturunkan dari orangtuanya.
Teori nativisme bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan dalam diri seorang anak. Dengan demikian, faktor lingkungan dalam hal ini termasuk faktor pendidikan, dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Pandangan teori nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer ini dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik.
Oleh karena itu, orang-orang yang mengikuti teori ini sangat menekankan pentingnya bagi seseorang untuk mengenali bakat yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkannya secara maksimal.


2.      Teori Empirisme
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh John Locke. Teori ini sangat bertentangan dengan teori nativisme yang dikembangkan oleh  Schopenhauer. Jika Schopenhauer meyakini perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor bawaan atau bakat anak sejak lahir, maka John Locke meyakini bahwa faktor lingkungan justru yang sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. John Locke berpendapat bahwa anak itu dilahirkan dalam keadaan putih bersih, itulah kenapa teori yang dikembangkannya sering disebut sebagai teori tabularasa.
Jika Schopenhauer dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan yang baik akan menjadi baik karena faktor bawaan dari lahir, sebaliknya John Locke meyakini bahwa seseorang bisa menjadi jahat atau baik sangat ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan yang membesarkannya. Disebabkan dalam jiwa anak manusia yang baru saja dilahirkan tidak ada faktor bawaan akan menjadi baik atau jahat.
Disinilah orangtua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya; apakah anaknya akan diarahkan menjadi orang yang baik ataukah membiarkan begitu saja anak-anaknya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang buruk.
3.      Teori Konvergensi
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh William Stern. Menurut Stern, baik pembawaan maupun lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan seorang anak manusia. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa sejak lahir maupun faktor lingkungan. Teori ini mencoba untuk menggabungkan antara teori nativisme dan empirisme yang bertentangan dalam memandang perkembangan anak manusia. Dua faktor yang sangat menentukan dalam perkembangan seorang anak yakni pembawaan dan lingkungan, keduanya saling mempengaruhi dalam menentukan dan mewarnai perkembangan anak manusia.
Teori ini tampaknya lebih banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Faktor lingkungan atau pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak manusia, tetapi seorang anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak mempunya potensi sama sekali.
B.     Lebih mengenal dunia anak.
Menurut Kak Seto (Seto Mulyadi) di edukasi.kompasiana.com, bahwa anak merupakan individu yang unik, yang mana satu sama lain memiliki potensi yang berbeda. Agar dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak, selain memahami bahwa anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami dan lebih mengenal dunia anak, sebagai berikut;
1.      Bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil yang mana mereka memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Jadi dalam menghadapinya memang dibutuhkan kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.
2.      Dunia anak-anak adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan. Jadi ketika orangtua ingin mengembangkan kecerdasan anak-anaknya maka bimbingan dan pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal yang menarik perhatian dan menyenangkan.
3.      Selain tumbuh secara fisik, anak juga berkembang secara psikologis. Oleh karena itu, bagi orangtua untuk memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tidak hanya menyapa sekedarnya kepada anak, atau malah terkadang sama sekali tidak ada komunikasi dengan anak-anaknya dikarenakan terlalu sibuk dengan pekerjaan atau yang lainnya, tapi lebih dari itu, anak-anak juga perlu diperhatikan, diajak bicara, didengarkan ceritanya, ditanyai apa yang menjadi keinginan dan harapannya sehingga orangtua bisa mendampingi sekaligus memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya yang sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4.      Setiap anak pada dasarnya senang meniru, karena salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru. Dengan demikian orangtua atau guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik.
5.      Pada dasarnya anak-anak itu adalah kreatif, karena mereka banyak memiliki rasa ingin tahu dan berimajinasi tinggi. Dalam hal ini, memang diperlukan kesabaran dari orangtua juga sikap rendah hati dan tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang tidak jarang dinilai aneh oleh orang dewasa. Disamping itu, anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis serta anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
C.    Kecerdasan yang penting dikembangkan.
Menurut Thorndike, secara umum manusia itu mempunyai tiga macam kecerdasan, yaitu:
1.      Kecerdasan Abstrak, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan memahami simbol matematis dan bahasa.
2.      Kecerdasan Konkret, adalah kemampuan seseorang dalam memahami objek yang nyata.
3.      Kecerdasan Sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami dan mengelola sebuah hubungan sosial.
Menurut Charles Handy, kecerdasan yang dimiliki dan bisa dikembangkan oleh manusia ada tujuh macam:
1.      Kecerdasan Logika, yaitu kecerdasan yang sangat terkait dengan kemampuan manusia dalam menalar dan menghitung.
2.      Kecerdasa Verbal, yaitu kemampuan manusia dalam menjalin hubungan dengan orang lain yang terkait khusus dengan kemampuan menyampaikan sesuatu atau berkomunikasi.
3.      Kecerdasan Praktik, yaitu kemampuan manusia untuk mempraktikkan ide yang ada dalam pikirannya.
4.      Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan untuk bisa merasakan nada dan irama yang bila dikembangkan dengan baik, manusia tidak hanya bisa merasakan keindahan suara yang berpadu dalam sebuah nada, akan tetapi bisa menciptakan irama musik yang baik.
5.      Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan seseoarang untuk bisa memahami segala hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
6.      Kecerdasan Interpersonal, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain.
7.      Kecerdasan Spasial, yaitu kecerdasan manusia dalam mengenali ruang atau dimensi.
Kecerdasan anak yang tidak boleh diabaikan dalam perkembangan anak-anak adalah:
1.      Kecerdasan intelektual atau intelligence Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari sesuatu dengan menggunakan alat-alat berfikir.
2.      Kecerdasan emosional (emotional intelligence, EQ) adalah kecerdasan yang mempunyai lima komponen pokok, yaitu kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur sebuah hubungan sosial.
3.      Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau kejadian tertentu.


BAB II
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL
A.    Keterampilan Dasar dalam Kecerdasan Sosial.
Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence, menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang mesti dikembangkan dalam kecerdasan sosial. Keempat keterampilan itu adalah:
1.      Mengorganisasi Kelompok
Melatih anak-anak dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk permainan tertentu dengan teman-temannya. Keterampilan ini bisa diterapkan pada anak agar bisa membagi tugas dengan teman-temannya. Orangtua merancang kegiatan dengan kreatif atau mengajak anak-anak untuk merencanakan sebuah kegiatan bersama pada waktu libur. Dalam kegiatan tersebut, orangtua harus memberikan kepercayaan kepada anak-anak untuk bisa mengelola dan mengorganisasi kelompoknya sendiri. Hal yang harus dihindari adalah orangtua mendominasi kegiatan tersebut. Agar anak-anak mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi kelompoknya dengan baik.
2.      Merundingkan Pemecahan Masalah
Anak-anak belajar dari dunia permainannya bersama teman-temannya. Dalam permainan tersebut sedah barang tentu biasanya tidak terlepas dari bantah-bantahan ketika terjadi masalah dalam permainannya. Hal ini sudah wajar terjadi. Namun, yang paling penting adalah bagaimana anak-anak menyelesaikan masalah tersebut. Bukan diselesaikan secara fisik bahwa yang kuat yang menang, atau bukan dengan tidak mau menyelesaikan masalah hingga permainan bubar dan lari ke rumah masing-masing dengan membawa rasa dendam di hati. Melainkan anak-anak diajak untuk mencari akar masalah atau penyebab mengapa terjadi perselisihan kemudian merundingkan dengan penyelesaian yang baik.
3.      Menjalin Hubungan
Agara anak-anak mempunyai kecerdasan sosial yang baik, maka sejak kecil semestinya kita sudah meneladankan kepada anak-anak untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain. Kita tanamkan dalam diri anak akan pentingnya sebuah hubungan yang sehat dengan orang lain, yakni menjalin hubungan tidak hanya ketika butuh saja, dan ketika sedang tidak butuh lantas cuek terhadap orang lain. Ketika anak sudah mulai mengenal orang lain, hendaknya ditanamkan dalam diri anak-anak untuk berjabat tangan dengan orang lain ketika berjumpa dengannya. Dengan demikian, anak-anak bisa belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan sosial.
4.      Menganalisis Sosial
Dalam hal ini anak-anak belajar bagaimana bisa memahami masalah, suasana hati, dan ekspresi orang lain. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain inilah yang disebut sebagai kemampuan menganalisis sosial. Pemahaman akan bagaimana perasaan orang lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan akrab dan menyenangkan.
B.     Mengembangkan Lima Kemampuan Penting
Ada lima kemampuan penting yang harus dikembangkan pada anak-anak agar mempunyai kecerdasan sosial yang baik. Menurut Karl Albrecht dalam buku Social intelligence kelima kemampuan tersebut adalah:
  1. Kesadaran situasional, adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan peka terhadap perasaan, kebutuhan dan hak orang lain.
  2. Kemampuan membawa diri, adalah cara berpenampilan, menyapa, dan bertutur kata, sikap dan gerak tubuh ketika berbicara atau sedang mendengarkan orang lain berbicara, dan cara duduk atau bahkan berjalan.
  3. Autentisitas, adalah keaslian atau kebenaran dari pribadi seseorang yang sesungguhnya sehingga diketahui oleh orang lain berdasarkan cara bicara, sikap yang menunjukkan ketulusan, bukti bahwa seseorang telah dapat dipercaya, dan kejujuran yang telah teruji dalam pergaulan seseorang.
  4. Kejelasan, adalah kemampuan seseorang dalam menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas, tidak bertele-tele sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik.
  5. Empati, adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi diri dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
C.    Melatih Keterampilan Sosial pada Anak
Agar anak-anak mempunyai kecerdasan sosial yang baik orang tua harus bisa melatihkan keterampilan sosial pada anak. Lawrence E. Shapiro, dalam bukunya yang berjudul How to Raise a Child with a High EQ, menyampaikan bahwa setidaknya ada lima keterampilan sosial yang bisa dilatihkan pada anak agar mempunyai kecerdasan sosial yang baik.
Kelima keterampilan sosial tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi bukan hanya sekedar kemampuan berbicara, melainkan mampu menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan memberikan respons atau komunikasi yang dijalin oleh orang lain.
Keterampilan komunikasi ini bisa dilatih dengan cara meminta anak untuk mengungkapkan apa yang menjadi kebutuhan dan keinginannya dengan jelas. Juga bisa dilatih dengan meminta anak untuk menyampaikan apa yang sedang ia rasakan atau menggambarkan perasaannya.

2.      Keterampilan Membuat Humor
Jalinan hubungan sosial akan terasa hampa bila sama sekali tanoa diselingi dengan humor. Dengan adanya humor seseorang bisa tertawa; atau humor tidak harus membuat tertawa, tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan dan rasa ringan di hati. Keterampilan ini bisa dilatih sejak anak-anak masih bayi.
3.      Keterampilan Menjalin Persahabatan
Ketika anak telah memasuki usia tujuh atau delapan tahun, biasanya mulai menjauh dari pengaruh orangtuanya. Karena anak mulai banyak mendapatkan teman baru di sekolah atau di lingkungan sosialnya. Menghadapi perkembangan yang seperti ini, orangtua juga tidak boleh tinggal diam. Orangtua melatihkan keterampilan dalam menjalin persahabatan disebabkan tahun demi tahun selanjutnya, anak akan semakin memperluas pergaulannya sehingga sangat memerlukan keterampilan dalam menjalin persahabatan.
4.      Keterampilan Berperan dalam Kelompok
Masa-masa ingin berkelompok ini adalah masa yang penting untuk diperhatikan oleh orangtua. Bila tidak ada perhatian dari orangtua bisa saja anak akhirnya malah masuk kelompok yang tidak baik. Hal yang penting yang perlu dilatih adalah keberanian untuk menyampaikan pendapat.
5.      Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan
Sopan santun dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Dengan keterampilan bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses dalam pergaulannya. Orangtua dapat melatihkan keterampilan ini sejak dini pada anak. Misalnya, bertemu atau berpapasan dengan orang lain yang kita ajari anak untuk menyapa, permisi, tersenyum, atau setidaknya menunjukkan mimik bahwa kita “menyapa”.

D.    Kesadaran Sosial dan Fasilitas Sosial.
Dalam bukunya yang berjudul Social Intelligence, Daniel Goleman mengemukakan bahwa ada delapan unsur penting dalam kecerdasan sosial. Kedelapan unsur penting tersebut dibagi dalam dua kategori, yakni kesadaran sosial dan fasilitas sosial. Hal yang masuk dalam kesadaran sosial adalah bagaimana seseorang bisa memahami perasaan dan pikiran orang lain. Sementara yang dimaksud dengan fasilitas sosial adalah bagaimana seseorang bisa menjalin interaksi dengan orang lain.
Adapun unsur kecerdasan sosial yang masuk ke dalam kategori kesadaran sosial adalah sebagai berikut:
1.      Empati dasar; adalah hal yang paling penting dan mendasar untuk dimiliki oleh seseorang agar kecerdasan sosialnya dapat berkembang secara optimal dan juga hubungan yang dijalin seseorang akan bisa lebih dekat karena bisa saling merasakan sekaligus memahami perasaan, kebutuhan dan keadaan hati masing-masing.
2.      Penyelerasan; yakni kemampuan untuk bisa mendengarkan dengan terbuka sehingga bisa memahami terhadap apa yang telah disampaikan oleh seseorang dengan tujuan agar kita bisa menyelaraskan diri dengan perasaan orang lain.
3.      Ketepatan empatik; adalah tindak lanjut dari kemampuan dalam melakukan penyelarasan kemampuan untuk bisa memahami dengan baik dan tepat apa yang menjadi perasaan dan pikiran orang lain.
4.      Pengertian sosial; berupa pengertian bagaimana seseorang bisa memahami tentang dunia sosial. Dan dapat dikembangkan kepada anak dengan cara memberikan pengetahuan tentang lingkungan sosial tertentu di tempat kita berada.

Adapun unsur kecerdasan sosial yang yang masuk ke dalam kategori fasilitas sosial adalah sebagai berikut:
1.      Sinkronisasi; yaitu kemampuan seseorang dalam memahami bahasa nonverbal sehinga bisa menjalin interaksi sosial dengan baik.
2.      Presentasi diri; adalah hal yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menampilkan diri dengan baik dan efektif ketika membangun interaksi dengan orang lain yang meliputi cara berpakaian, ekspresi wajah, gerak tubuh dan ucapan sebagai buah dari isi hati dan pikiran seseorang.
3.      Pengaruh; seseorang yang mampu memberikan pengaruh kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya.
4.      Kepedulian; adalah sikap mengindahkan, memperhatikan atau turut memprihatinkan kebutuhan orang lain atau sesuatu yang terjadi dalam masyarakat.
Demikianlah unsur-unsur penting dalam kecerdasan sosial yang termasuk kategori kesadaran sosial dan fasilitas sosial yang harus ditanamkan pada diri anak, agar kecerdasan anak bisa berkembang dengan optimal.








BAB III
MANFAAT KECERDASAN SOSIAL DAN PERAN KELUARGA
A.    Manfaat Kecerdasan Sosial bagi Kehidupan
Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari upaya mengembangkan kecerdasan sosial. Dari sekian banyaknya manfaat kecerdasan sosial ada beberapa contoh manfaat mengembangkan kecerdasan sosial bagi kehidupan, diantaranya adalah:
1.      Menyehatkan jiwa dan raga.
2.      Membuat suasana nyaman.
3.      Meredakan perkelahian.
4.      Membangkitkan semangat.
B.     Ibu Sebagai Sekolah Pertama bagi Anak
Ketika anak-anak berada di sekolah formal atau reguler, maka pelaksanaan tanggung jawab pendidikan anak harus berada di tangan guru dan pengelola sekolah. Akan tetapi, bila anak-anak berada di rumah, maka kedua orangtua bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknya.
Peran orang tua begitu besar dalam pendidikan anak. Peran orangtua disini adalah kedua orang tuanya yakni ayah dan ibu. Namun bila ditinjau bahwa seorang ibu mempunyai kedekatan yang luar biasa dengan anak-anaknya, maka pearan ibu sangat penting sekali dalam mendidik anak-anaknya.
Menyadari betapa besar peran seorang ibu sebagai pendidik utama dan pertama, maka seorang ibu yang ingin anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik semestinya mempersiapkan diri dengan banyak bekal pengetahuan yang berkaitan dengan mendidik anak-anak semenjak usia dini. Bekal pengetahuan agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik yang dimiliki seorang ibu dapat diterapkan dalam hangatnya pengasuhan dan kelembutan bersikap. Disebabkan mengembangkan kecerdasan anak, terutama kecerdasan emosional, sosial, dan spiritual dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta, atensi dan apresiasi. 
C.    Mengembangkan kecerdasan sosial dimulai dari keluarga
Keluarga merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang anak manusia. Sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal kehidupan mereka. Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan anggota keluarganya.
Oleh karena itu, agar proses pendidikan, belajar mengajar, dan pengasuhan pada anak-anak dapat berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara kondusif, sebagai berikut:
  1. Memberikan rasa aman.
  2. Memberikan kasih sayang dan penerimaan.
  3. Menjadi andalan dan rujukan.
  4. Model bimbingan hidup dan bermasyarakat.
  5. Motivator utama dalam meraih keberhasilan.
  6. Sumber persahabatan.
Demikian faktor yang harus dibangun dalam suatu keluarga untuk bisa mendidik dan mengembangkan kecerdasan anak-anaknya.



BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kecerdasan sosial sangat penting peranannya ketika kita hendak membangun sebuah relasi yang produktif dan harmonis. Relasi kita dengan sahabat, kerabat, tetangga, rekan kerja, atau juga dengan atasan termasuk juga keluarga kita sendiri bisa berjalan dengan lebih indah jika kita memiliki sejumlah elemen penting dalam  kecerdasan sosial. Dalam lingkup keluarga, orangtua harus menanamkan kecerdasan sosial dalam diri anak-anaknya, agar anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan empati, penyelarasan terhadap orang lain dan juga mempunyai pengertian sosial yang tinggi.
Dalam makalah ini menjelaskan tentang bagaimana seharusnya orangtua dapat mengajarkan kecerdasan sosial pada anak, apa pentingnya mengembangkan kecerdasan sosial dan juga melatih keterampilan sosial pada anak.
Terdapat kiat-kiat dalam mengembangkan kecerdasan anak, dimulai dari pemahaman potensi yang ada pada anak, pengembangan kecerdasan sosial bagi anak serta manfaat kecerdasan sosial bagi anak dan juga peran serta keluarga dalam pengembangan kecerdasan sosial.
B.     Kritik dan saran
Sebagai seorang pendidik sebaiknya kita memiliki peranan yang telah dijelaskan diatas guna untuk memenuhi tugas sebagai pendidik. Dan sebagai penunjang diri kita untuk menjadi seorang pendidik yang sesuai dengan perspektif Islam.
Sebelum kita menjadi seorang pendidik tentunya kita melakukan persiapan-persiapan yang tentunya akan menunjang diri ita untuk menjadi seorang pendidik yang di idamkan oleh murid murid dan tentunya sesuai dngan perspektif Islam. Maka dari itu kita sebagai calon seorang pendidik sebaiknya mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan banyak belajar bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik.



















DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Masitoh, Heny Djoehaeni, Ocih Setiasih.2008.Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:
Universitas Terbuka
Sumantri Mulyani, Syadih Nana. 2008. Perkembangan Peserta didik. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yusuf, Syamsu LN & Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Yusuf, Syamsu LN.2006.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosda Karya
http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/05/29/mengembangkan-kecerdasan-sosial-bagi-anak/