Tuesday 13 January 2015

EPISTIMOLOGI SAINS

EPISTIMOLOGI SAINS
A.    Pengertian Epistimologi
Epistimologi adalah pembahasan mengenai metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Epistimologi menjelaskan pertanyaan-pertanyaan seperti : bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu pengetahuan?, Bagaimana prosedurnya?, Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ?, Lalu benar itu sendiri apa ?, Kriterianya apa saja.
B.     Objek Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains (yaitu objek-objek yang diteliti sains ) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri (filsafat ilmu : Sebuah pengantar populer,  1994 : 105 ) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera.
a.       Indera
Indera digunakan untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan  disekitar kita. Indera ada bermacam-macam dan yang paling pokok ada lima (panca indera), yakni indera penglihatan (mata) yang memungkinkan kita mengetahui warna, bentuk, dan ukuran suatu benda. Indera pendengaran (telinga ) yang membuat kita membedakan macam-macam suara. Indera penciuman (hidung ) untuk membedakan bermacam-macam bau-bauan. Indera perasa (lidah) yang membuat kita bisa membedakan makanan enak dan tidak enak, dan indera peraba (kulit ) yang memungkinkan  kita mengetahui suhu lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur. Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang utama, bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebut empirisme. Mengenai kebenaran pengetahuan jenis ini, seorang empiris sejati mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya, dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
Tetapi mengandalkan pengetahuan semat-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya pensil yang dimasukan ke dalam air terlihat bengkok padahal sebelumnya lurus. Benda yang  jauh terlihat kecil, padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa kita dengar. Belum lagi kalau alat indera kita bermasalah, sedang sakit  atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk mendapatkan pengetahuan yang benar.


b.      Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang secara fisik bertempat di dalam kepala yakni otak. Akal mampu menambal kekurangan yang ada pada indera. Akal-lah yang bisa memastikan bahwa pensil dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuanya menangkap esensi atau hakikat dari sesuatu, tanpa terikatpada fakta-fakta khusus. Akal bisa mengetahui hakikat umum dari kucing, tanpa harus mengkaitkanya dengan kucing tertentu yang ada dirumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau kucing-kucingan.
c.       Hati dan Intuisi
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau intuisi tidak diketahui dengan pasti, ada yang menyebut jantung, ada juga yang menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melaui proses penalaran yang  jelas, non-analitis, dan tidak selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan, baik saat santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita tengah jalan- jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
d.      Logika
Logika adalah cara berfikir atau penalaran menuju kesimpulan yang benar. Aristoteles memperkenalkan dua bentuk logika yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah menarik kesimpulan.  Dari pernyataan umum atas hal yang khusus. Contoh  terkenal dari silogisme adalah :
1.       Semua manusia akan mati (pernyataan umum, premis mayor )
2.       Isnur manusia (pernyatan antara ,premis minor)
3.       Isnur akan mati (kesimpulan , Konklusi)
Logika induksi adalah kebalikan dari deduksi, yaitu menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus menju pernyataan umum. Contoh :
1.       Isnur adalah manusia, dan ia pasti akan mati(pernyataan khusus)
2.       Muhamad , Asep, dll adalah manusia, dan semuanya mati (pernyataan antara)
3.       Semua manusia akan mati (kesimpulan )
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sains banyak sekali antara lain : alam, tumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadian-kejadian alam sekitar, tumbuhan, hewan dan manusia itu. Semuanya dapat diteliti oleh sains.
C.    Cara Memperoleh Pengetahuan Sains
Memperoleh sains didorong oleh paham Humanisme. Humanisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul pada zaman Yunani lama (kuno).
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuanya diukur dengan akal pula.
Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang terukur. “terukur” inilah sumbangan penting positivisme. Metode ilmiah mengatakan, untuk memperoleh yang benar dilakukan langkah berikut : logico-hypothetico-verificatif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris.
D.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains
Ada teori sains ekonomi yaitu : bila penawaran sedikit, permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, karena kuatnya maka ia ditingkatkan menjadi hukum, disebut hukum penawaran dan permintaan. Jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat keberadaannya menjadi hukum atau aksioma.
Hipotesis (dalam Sains) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya.



1.      Teori –teori kebenaran :
a.      Korespondesi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila sesuai dengan fakta atau kenyataan. Contoh pernyataan “bentuk air selalu sesuai dengan ruang yang ditempatinya”, adalah benar karena kenyataannya demikian. “Kota Jakarta ada di pulau Jawa“ adalah benar karena sesuai dengan fakta (bisa dilihat di peta ). Korespondesi memakai logika induksi.
b.      Koherensi
Sebuah pernyataan dikatakan benar bila konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Contoh pernyataan “Asep akan mati “ sesuai (koheren ) dengan pernyataan sebelumnya bahwa “semua manusia akan mati” dan “Asep adalah manusia”. Terlihat disini, logika yang dipakai dalam koherensi adalah logika deduksi.
c.       Pragmatik

Sebuah pernyataan dikatakan benar jika berguna (fungsional) dalam situasi praktis. Kebenaran pragmatik dapat menjadi titik pertemuan antara koherensi dan korespondesi. Jika ada dua teori keilmuan yang sudah memenuhi kriteria dua teori diatas, maka yang diambil adalah teori yang lebih mudah dipraktekan. Agama dan seni bisa cocok jika diukur dengan teori kebenaran ini. Agama dengan satu peryataannya misalnya “Tuhan ada”, adalah benar secara pragmatik (adanya Tuhan berguna untuk menopang nilai-nilai hidup manusia dan menjadikanya teratur), lepas dari apakah Tuhan ada itu sesuai dengan fakta atau tidak, konsisten dengan pernyataan sebelumnya atau tidak.

No comments:

Post a Comment