BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Teori Perkembangan Anak
Sebelum
memahami potensi anak dan bagaiman cara mengembangkannya, perlu bagi kita untuk
memahami teori dalam perkembangan anak.
1.
Teori Nativisme.
Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh Schopenhauer. Menurut teori ini, perkembangan
manusia ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor
keturunan yang merupakan faktor yang dibawa pada waktu melahirkan. Teori ini
meyakini bahwa faktor yang paling mempengaruhi dalam perkembangan manusia
adalah pembawaan sejak lahir. Para ahli yang menganut teori ini mengklaim bahwa
unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak adalah unsur genetik individu
yang diturunkan dari orangtuanya.
Teori nativisme
bersumber dari leibnitzian tradition yang menekankan pada kemampuan
dalam diri seorang anak. Dengan demikian, faktor lingkungan dalam hal ini
termasuk faktor pendidikan, dinilai kurang berpengaruh terhadap perkembangan
anak. Pandangan teori nativisme yang dipelopori oleh Schopenhauer ini dengan
tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan
menjadi baik.
Oleh karena
itu, orang-orang yang mengikuti teori ini sangat menekankan pentingnya bagi
seseorang untuk mengenali bakat yang dimilikinya sehingga dapat
mengembangkannya secara maksimal.
2.
Teori Empirisme
Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh John Locke. Teori ini sangat bertentangan dengan
teori nativisme yang dikembangkan oleh Schopenhauer. Jika Schopenhauer
meyakini perkembangan anak sangat ditentukan oleh faktor bawaan atau bakat anak
sejak lahir, maka John Locke meyakini bahwa faktor lingkungan justru yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan anak. John Locke berpendapat bahwa anak
itu dilahirkan dalam keadaan putih bersih, itulah kenapa teori yang
dikembangkannya sering disebut sebagai teori tabularasa.
Jika
Schopenhauer dengan tegas menyatakan bahwa yang jahat akan menjadi jahat dan
yang baik akan menjadi baik karena faktor bawaan dari lahir, sebaliknya John
Locke meyakini bahwa seseorang bisa menjadi jahat atau baik sangat ditentukan
oleh lingkungan dan pendidikan yang membesarkannya. Disebabkan dalam jiwa anak
manusia yang baru saja dilahirkan tidak ada faktor bawaan akan menjadi baik
atau jahat.
Disinilah
orangtua mempunyai peran yang sangat besar dalam mencetak anaknya; apakah
anaknya akan diarahkan menjadi orang yang baik ataukah membiarkan begitu saja
anak-anaknya tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang buruk.
3.
Teori Konvergensi
Teori ini
pertama kali dikemukakan oleh William Stern. Menurut Stern, baik pembawaan maupun
lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan seorang
anak manusia. Perkembangan individu akan ditentukan oleh faktor yang dibawa
sejak lahir maupun faktor lingkungan. Teori ini mencoba untuk menggabungkan
antara teori nativisme dan empirisme yang bertentangan dalam memandang
perkembangan anak manusia. Dua faktor yang sangat menentukan dalam perkembangan
seorang anak yakni pembawaan dan lingkungan, keduanya saling mempengaruhi dalam
menentukan dan mewarnai perkembangan anak manusia.
Teori ini
tampaknya lebih banyak diikuti dalam dunia pendidikan. Faktor lingkungan atau
pendidikan memang mempunyai posisi penting dalam perkembangan anak manusia,
tetapi seorang anak bukanlah individu tanpa pembawaan atau tidak mempunya
potensi sama sekali.
B.
Lebih mengenal dunia anak.
Menurut
Kak Seto (Seto Mulyadi) di edukasi.kompasiana.com, bahwa anak merupakan
individu yang unik, yang mana satu sama lain memiliki potensi yang berbeda.
Agar dapat mengoptimalkan perkembangan kecerdasan anak, selain memahami bahwa
anak merupakan individu yang unik, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan
dalam kaitannya dengan upaya memahami dan lebih mengenal dunia anak, sebagai
berikut;
1.
Bahwa anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk
kecil yang mana mereka memiliki dunia sendiri yang khas dan harus dilihat
dengan kacamata anak-anak. Jadi dalam menghadapinya memang dibutuhkan
kesabaran, pengertian, dan toleransi yang mendalam.
2.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain, yaitu
dunia yang penuh semangat apabila terkait dengan suasana yang menyenangkan.
Jadi ketika orangtua ingin mengembangkan kecerdasan anak-anaknya maka bimbingan
dan pendidikan yang akan diberikan kepada anak hendaknya selaras dengan hal
yang menarik perhatian dan menyenangkan.
3.
Selain tumbuh secara fisik, anak juga
berkembang secara psikologis. Oleh karena itu, bagi orangtua untuk
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Tidak hanya menyapa sekedarnya
kepada anak, atau malah terkadang sama sekali tidak ada komunikasi dengan
anak-anaknya dikarenakan terlalu sibuk dengan pekerjaan atau yang lainnya, tapi
lebih dari itu, anak-anak juga perlu diperhatikan, diajak bicara, didengarkan
ceritanya, ditanyai apa yang menjadi keinginan dan harapannya sehingga orangtua
bisa mendampingi sekaligus memberikan bimbingan terhadap anak-anaknya yang
sedang mengalami tumbuh dan berkembang.
4.
Setiap anak pada dasarnya senang meniru, karena
salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka diperoleh dengan cara meniru.
Dengan demikian orangtua atau guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh
keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik.
5.
Pada dasarnya anak-anak itu adalah kreatif,
karena mereka banyak memiliki rasa ingin tahu dan berimajinasi tinggi. Dalam
hal ini, memang diperlukan kesabaran dari orangtua juga sikap rendah hati dan
tetap bisa menghargai cerita dan ide dari anak-anak yang tidak jarang dinilai
aneh oleh orang dewasa. Disamping itu, anak-anak yang dihargai cenderung
terhindar dari berbagai masalah psikologis serta anak akan tumbuh dan
berkembang secara optimal.
C.
Kecerdasan yang penting dikembangkan.
Menurut
Thorndike, secara umum manusia itu mempunyai tiga macam kecerdasan, yaitu:
1.
Kecerdasan Abstrak, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan
kemampuan memahami simbol matematis dan bahasa.
2.
Kecerdasan Konkret, adalah kemampuan seseorang dalam memahami
objek yang nyata.
3.
Kecerdasan Sosial, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami dan
mengelola sebuah hubungan sosial.
Menurut
Charles Handy, kecerdasan yang dimiliki dan bisa dikembangkan oleh manusia ada
tujuh macam:
1.
Kecerdasan Logika, yaitu kecerdasan yang sangat terkait dengan
kemampuan manusia dalam menalar dan menghitung.
2.
Kecerdasa Verbal, yaitu kemampuan manusia dalam menjalin
hubungan dengan orang lain yang terkait khusus dengan kemampuan menyampaikan
sesuatu atau berkomunikasi.
3.
Kecerdasan Praktik, yaitu kemampuan manusia untuk mempraktikkan
ide yang ada dalam pikirannya.
4.
Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan untuk bisa merasakan nada dan
irama yang bila dikembangkan dengan baik, manusia tidak hanya bisa merasakan
keindahan suara yang berpadu dalam sebuah nada, akan tetapi bisa menciptakan
irama musik yang baik.
5.
Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan seseoarang untuk bisa
memahami segala hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri.
6.
Kecerdasan Interpersonal, yaitu kecerdasan yang berkaitan dengan
kemampuan seseorang dalam memahami dan menjalin hubungan dengan orang lain.
7.
Kecerdasan Spasial, yaitu kecerdasan manusia dalam mengenali
ruang atau dimensi.
Kecerdasan
anak yang tidak boleh diabaikan dalam perkembangan anak-anak adalah:
1.
Kecerdasan intelektual atau intelligence
Quotient (IQ) adalah kemampuan potensial seseorang untuk mempelajari
sesuatu dengan menggunakan alat-alat berfikir.
2.
Kecerdasan emosional (emotional
intelligence, EQ) adalah kecerdasan yang mempunyai lima komponen pokok,
yaitu kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati dan mengatur sebuah
hubungan sosial.
3.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang
mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan
dan kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik sebuah kenyataan atau
kejadian tertentu.
BAB
II
MENGEMBANGKAN
KECERDASAN SOSIAL
A.
Keterampilan Dasar dalam Kecerdasan Sosial.
Daniel
Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence,
menyampaikan bahwa ada empat keterampilan dasar yang mesti dikembangkan dalam
kecerdasan sosial. Keempat keterampilan itu adalah:
1.
Mengorganisasi Kelompok
Melatih anak-anak
dalam keterampilan mengorganisasi kelompok bisa dilakukan dalam bentuk
permainan tertentu dengan teman-temannya. Keterampilan ini bisa diterapkan pada
anak agar bisa membagi tugas dengan teman-temannya. Orangtua merancang kegiatan
dengan kreatif atau mengajak anak-anak untuk merencanakan sebuah kegiatan
bersama pada waktu libur. Dalam kegiatan tersebut, orangtua harus memberikan
kepercayaan kepada anak-anak untuk bisa mengelola dan mengorganisasi
kelompoknya sendiri. Hal yang harus dihindari adalah orangtua mendominasi
kegiatan tersebut. Agar anak-anak mempunyai kemandirian dan bisa mengorganisasi
kelompoknya dengan baik.
2.
Merundingkan Pemecahan Masalah
Anak-anak
belajar dari dunia permainannya bersama teman-temannya. Dalam permainan
tersebut sedah barang tentu biasanya tidak terlepas dari bantah-bantahan ketika
terjadi masalah dalam permainannya. Hal ini sudah wajar terjadi. Namun, yang
paling penting adalah bagaimana anak-anak menyelesaikan masalah tersebut. Bukan
diselesaikan secara fisik bahwa yang kuat yang menang, atau bukan dengan tidak
mau menyelesaikan masalah hingga permainan bubar dan lari ke rumah
masing-masing dengan membawa rasa dendam di hati. Melainkan anak-anak diajak
untuk mencari akar masalah atau penyebab mengapa terjadi perselisihan kemudian
merundingkan dengan penyelesaian yang baik.
3.
Menjalin Hubungan
Agara anak-anak
mempunyai kecerdasan sosial yang baik, maka sejak kecil semestinya kita sudah
meneladankan kepada anak-anak untuk bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
Kita tanamkan dalam diri anak akan pentingnya sebuah hubungan yang sehat dengan
orang lain, yakni menjalin hubungan tidak hanya ketika butuh saja, dan ketika
sedang tidak butuh lantas cuek terhadap orang lain. Ketika anak sudah mulai
mengenal orang lain, hendaknya ditanamkan dalam diri anak-anak untuk berjabat
tangan dengan orang lain ketika berjumpa dengannya. Dengan demikian, anak-anak
bisa belajar bagaimana membangun suasana keakraban dalam sebuah hubungan
sosial.
4.
Menganalisis Sosial
Dalam hal ini
anak-anak belajar bagaimana bisa memahami masalah, suasana hati, dan ekspresi
orang lain. Kemampuan untuk memahami perasaan atau suasana hati orang lain
inilah yang disebut sebagai kemampuan menganalisis sosial. Pemahaman akan
bagaimana perasaan orang lain bisa membawa sebuah hubungan terjalin dengan
akrab dan menyenangkan.
B.
Mengembangkan Lima Kemampuan Penting
Ada
lima kemampuan penting yang harus dikembangkan pada anak-anak agar mempunyai
kecerdasan sosial yang baik. Menurut Karl Albrecht dalam buku Social
intelligence kelima kemampuan tersebut adalah:
- Kesadaran situasional, adalah kemampuan seseorang
dalam memahami dan peka terhadap perasaan, kebutuhan dan hak orang lain.
- Kemampuan membawa diri, adalah cara berpenampilan,
menyapa, dan bertutur kata, sikap dan gerak tubuh ketika berbicara atau
sedang mendengarkan orang lain berbicara, dan cara duduk atau bahkan
berjalan.
- Autentisitas, adalah keaslian atau
kebenaran dari pribadi seseorang yang sesungguhnya sehingga diketahui oleh
orang lain berdasarkan cara bicara, sikap yang menunjukkan ketulusan,
bukti bahwa seseorang telah dapat dipercaya, dan kejujuran yang telah
teruji dalam pergaulan seseorang.
- Kejelasan, adalah kemampuan seseorang
dalam menyampaikan ide atau gagasannya secara jelas, tidak bertele-tele
sehingga orang lain dapat mengerti dengan baik.
- Empati, adalah keadaan mental yang
membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi diri dalam keadaan perasaan
atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
C.
Melatih Keterampilan Sosial pada Anak
Agar
anak-anak mempunyai kecerdasan sosial yang baik orangtua harus bisa melatihkan
keterampilan sosial pada anak. Lawrence E. Shapiro, dalam bukunya yang berjudul
How to Raise a Child with a High EQ, menyampaikan bahwa setidaknya ada
lima keterampilan sosial yang bisa dilatihkan pada anak agar mempunyai
kecerdasan sosial yang baik.
Kelima
keterampilan sosial tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan
berkomunikasi bukan hanya sekedar kemampuan berbicara, melainkan mampu
menyampaikan dengan baik kepada orang lain sekaligus juga mampu memahami dan
memberikan respons atau komunikasi yang dijalin oleh orang lain.
Keterampilan
komunikasi ini bisa dilatih dengan cara meminta anak untuk mengungkapkan apa
yang menjadi kebutuhan dan keinginannya dengan jelas. Juga bisa dilatih dengan
meminta anak untuk menyampaikan apa yang sedang ia rasakan atau menggambarkan
perasaannya.
2.
Keterampilan Membuat Humor
Jalinan
hubungan sosial akan terasa hampa bila sama sekali tanoa diselingi dengan
humor. Dengan adanya humor seseorang bisa tertawa; atau humor tidak harus
membuat tertawa, tetapi cukup membuat tersenyum sehingga melekatkan hubungan
dan rasa ringan di hati. Keterampilan ini bisa dilatih sejak anak-anak masih
bayi.
3.
Keterampilan Menjalin Persahabatan
Ketika anak telah
memasuki usia tujuh atau delapan tahun, biasanya mulai menjauh dari pengaruh
orangtuanya. Karena anak mulai banyak mendapatkan teman baru di sekolah atau di
lingkungan sosialnya. Menghadapi perkembangan yang seperti ini, orangtua juga
tidak boleh tinggal diam. Orangtua melatihkan keterampilan dalam menjalin
persahabatan disebabkan tahun demi tahun selanjutnya, anak akan semakin
memperluas pergaulannya sehingga sangat memerlukan keterampilan dalam menjalin
persahabatan.
4.
Keterampilan Berperan dalam Kelompok
Masa-masa ingin
berkelompok ini adalah masa yang penting untuk diperhatikan oleh orangtua. Bila
tidak ada perhatian dari orangtua bisa saja anak akhirnya malah masuk kelompok
yang tidak baik. Hal yang penting yang perlu dilatih adalah keberanian untuk menyampaikan
pendapat.
5.
Keterampilan Bersopan Santun dalam Pergaulan
Sopan santun
dalam pergaulan sangat diperlukan di kehidupan masyarakat. Dengan keterampilan
bersopan santun yang baik, seseorang akan lebih mudah dan sukses dalam
pergaulannya. Orangtua dapat melatihkan keterampilan ini sejak dini pada anak.
Misalnya, bertemu atau berpapasan dengan orang lain yang kita ajari anak untuk
menyapa, permisi, tersenyum, atau setidaknya menunjukkan mimik bahwa kita
“menyapa”.
D.
Kesadaran Sosial dan Fasilitas Sosial.
Dalam
bukunya yang berjudul Social Intelligence, Daniel Goleman mengemukakan
bahwa ada delapan unsur penting dalam kecerdasan sosial. Kedelapan unsur
penting tersebut dibagi dalam dua kategori, yakni kesadaran sosial dan
fasilitas sosial. Hal yang masuk dalam kesadaran sosial adalah bagaimana
seseorang bisa memahami perasaan dan pikiran orang lain. Sementara yang
dimaksud dengan fasilitas sosial adalah bagaimana seseorang bisa menjalin
interaksi dengan orang lain.
Adapun
unsur kecerdasan sosial yang masuk ke dalam kategori kesadaran sosial adalah
sebagai berikut:
1.
Empati dasar; adalah hal yang paling penting dan mendasar
untuk dimiliki oleh seseorang agar kecerdasan sosialnya dapat berkembang secara
optimal dan juga hubungan yang dijalin seseorang akan bisa lebih dekat karena
bisa saling merasakan sekaligus memahami perasaan, kebutuhan dan keadaan hati
masing-masing.
2.
Penyelerasan; yakni kemampuan untuk bisa mendengarkan
dengan terbuka sehingga bisa memahami terhadap apa yang telah disampaikan oleh
seseorang dengan tujuan agar kita bisa menyelaraskan diri dengan perasaan orang
lain.
3.
Ketepatan empatik; adalah tindak lanjut dari kemampuan dalam
melakukan penyelarasan kemampuan untuk bisa memahami dengan baik dan tepat apa
yang menjadi perasaan dan pikiran orang lain.
4.
Pengertian sosial; berupa pengertian bagaimana seseorang bisa
memahami tentang dunia sosial. Dan dapat dikembangkan kepada anak dengan cara
memberikan pengetahuan tentang lingkungan sosial tertentu di tempat kita
berada.
Adapun
unsur kecerdasan sosial yang yang masuk ke dalam kategori fasilitas sosial
adalah sebagai berikut:
1.
Sinkronisasi; yaitu kemampuan seseorang dalam
memahami bahasa nonverbal sehinga bisa menjalin interaksi sosial dengan baik.
2.
Presentasi diri; adalah hal yang berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk menampilkan diri dengan baik dan efektif
ketika membangun interaksi dengan orang lain yang meliputi cara berpakaian,
ekspresi wajah, gerak tubuh dan ucapan sebagai buah dari isi hati dan pikiran
seseorang.
3.
Pengaruh; seseorang yang mampu memberikan
pengaruh kepada orang-orang yang berinteraksi dengannya.
4.
Kepedulian; adalah sikap mengindahkan,
memperhatikan atau turut memprihatinkan kebutuhan orang lain atau sesuatu yang
terjadi dalam masyarakat.
Demikianlah
unsur-unsur penting dalam kecerdasan sosial yang termasuk kategori kesadaran
sosial dan fasilitas sosial yang harus ditanamkan pada diri anak, agar
kecerdasan anak bisa berkembang dengan optimal.
BAB
III
MANFAAT
KECERDASAN SOSIAL DAN PERAN KELUARGA
A.
Manfaat Kecerdasan Sosial bagi Kehidupan
Banyak
sekali manfaat yang dapat diambil dari upaya mengembangkan kecerdasan sosial.
Dari sekian banyaknya manfaat kecerdasan sosial ada beberapa contoh manfaat
mengembangkan kecerdasan sosial bagi kehidupan, diantaranya adalah:
1.
Menyehatkan jiwa dan raga.
2.
Membuat suasana nyaman.
3.
Meredakan perkelahian.
4.
Membangkitkan semangat.
B.
Ibu Sebagai Sekolah Pertama bagi Anak
Ketika
anak-anak berada di sekolah formal atau reguler, maka pelaksanaan tanggung
jawab pendidikan anak harus berada di tangan guru dan pengelola sekolah. Akan
tetapi, bila anak-anak berada di rumah, maka kedua orangtua bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pendidikan anak-anaknya.
Peran
orangtua begitu besar dalam pendidikan anak. Peran orangtua disini adalah kedua
orangtuanya yakni ayah dan ibu. Namun bila ditinjau bahwa seorang ibu mempunyai
kedekatan yang luar biasa dengan anak-anaknya, maka pearan ibu sangat penting
sekali dalam mendidik anak-anaknya.
Menyadari
betapa besar peran seorang ibu sebagai pendidik utama dan pertama, maka seorang
ibu yang ingin anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik semestinya
mempersiapkan diri dengan banyak bekal pengetahuan yang berkaitan dengan
mendidik anak-anak semenjak usia dini. Bekal pengetahuan agar anak-anaknya
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik yang dimiliki seorang ibu dapat
diterapkan dalam hangatnya pengasuhan dan kelembutan bersikap. Disebabkan
mengembangkan kecerdasan anak, terutama kecerdasan emosional, sosial, dan
spiritual dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta,
atensi dan apresiasi.
C.
Mengembangkan kecerdasan sosial dimulai dari
keluarga
Keluarga
merupakan bagian yang paling penting dari “jaringan sosial” kehidupan seorang
anak manusia. Sebab anggota keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan
orang yang paling penting selama tahun-tahun formatif awal kehidupan mereka.
Hubungan dengan anggota keluarga menjadi landasan sikapnya bagi pola
penyesuaian dan belajar berfikir tentang diri mereka sebagaimana dilakukan
anggota keluarganya.
Oleh
karena itu, agar proses pendidikan, belajar mengajar, dan pengasuhan pada
anak-anak dapat berjalan dengan baik, maka keluarga harus dibangun secara
kondusif, sebagai berikut:
- Memberikan rasa aman.
- Memberikan kasih sayang dan
penerimaan.
- Menjadi andalan dan rujukan.
- Model bimbingan hidup dan
bermasyarakat.
- Motivator utama dalam meraih
keberhasilan.
- Sumber persahabatan.
Demikian
faktor yang harus dibangun dalam suatu keluarga untuk bisa mendidik dan
mengembangkan kecerdasan anak-anaknya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kecerdasan
sosial sangat penting peranannya ketika kita hendak membangun sebuah relasi
yang produktif dan harmonis. Relasi kita dengan sahabat, kerabat, tetangga,
rekan kerja, atau juga dengan atasan termasuk juga keluarga kita sendiri bisa
berjalan dengan lebih indah jika kita memiliki sejumlah elemen penting dalam
kecerdasan sosial. Dalam lingkup keluarga, orangtua harus menanamkan
kecerdasan sosial dalam diri anak-anaknya, agar anaknya dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal dengan empati, penyelarasan terhadap orang lain dan
juga mempunyai pengertian sosial yang tinggi.
Dalam makalah
ini menjelaskan tentang bagaimana seharusnya orangtua dapat mengajarkan
kecerdasan sosial pada anak, apa pentingnya mengembangkan kecerdasan sosial dan
juga melatih keterampilan sosial pada anak.
Terdapat
kiat-kiat dalam mengembangkan kecerdasan anak, dimulai dari pemahaman potensi
yang ada pada anak, pengembangan kecerdasan sosial bagi anak serta manfaat
kecerdasan sosial bagi anak dan juga peran serta keluarga dalam pengembangan
kecerdasan sosial.
B.
Kritik
dan saran
Sebagai
seorang pendidik sebaiknya kita memiliki peranan yang telah dijelaskan diatas
guna untuk memenuhi tugas sebagai pendidik. Dan sebagai penunjang diri kita
untuk menjadi seorang pendidik yang sesuai dengan perspektif Islam.
Sebelum
kita menjadi seorang pendidik tentunya kita melakukan persiapan-persiapan yang
tentunya akan menunjang diri ita untuk menjadi seorang pendidik yang di idamkan
oleh murid murid dan tentunya sesuai dngan perspektif Islam. Maka dari itu kita
sebagai calon seorang pendidik sebaiknya mempersiapkan diri terlebih dahulu
dengan banyak belajar bagaimana menjadi seorang pendidik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Masitoh,
Heny Djoehaeni, Ocih Setiasih.2008.Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:
Universitas Terbuka
Sumantri Mulyani, Syadih Nana. 2008.
Perkembangan
Peserta didik. Jakarta:
Universitas Terbuka
Yusuf, Syamsu LN & Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta Didik. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Yusuf, Syamsu LN.2006.Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.Bandung: PT Remaja Rosda Karya
http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/05/29/mengembangkan-kecerdasan-sosial-bagi-anak/
No comments:
Post a Comment