Tuesday 8 May 2012

MAKALAH KRITERIA KEBERHASILAN PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tujuan pendidikan pada tingkat pertama sama untuk semua orang dan semua Negara yaitu manusia yang baik. Tujuan pendidikan islam telah mempunyai sifat islami, menjadi manusia yang baik menurut islam. Daerah pembinaan menurut Bloom ada tiga yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan daerah binaan itu sekurang-kurangnya ditemukan jenis-jenis pengajaran sebagai berikut : Pertama, pengajaran keterampilan. Pengertian mendasar tentang keterampilan ialah respons otot yang terjadi secara otomatis. Pada mulanya keterampilan itu tidak terjadi secara otomatis, tetapi karena dilatih terus, gerakan itu dikuasai secara otomatis. Kedua, pengajaran yang tercakup dalam ranah kognitif. Disini ada tiga jenis pengajaran yaitu pengajaran verbal, pengajaran konsep dan pengajaran prinsip. Ketiga pembinaan afektif. Teori bagian ini ternyata kurang berkembang. Pengajaran seni, agama, semua pengajaran yang dimaksudkan sebagai pengembangan aspek afektif amat sulit untuk dijelaskan uruan langkah pengajarannya. Dalam pendidikan islam ada bidang studi agama islam. Pengajaran agama islam mencakup pembinaan keerampilan, kognitif dan afektif. Bagian afekif ini yang sangat rumit. Ini menyangkut pembinaan rasa iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun tujuan mengapa makalah ini kami susun adalah untuk memberi gambaran kepada semua bagaimanakah criteria keberhasilan pendidikan islam. Tapi dalam hal ini hanya akan dikupas tentang criteria keberhasilan pendidikan islam dari segi pembinaan afektif, kognitif, psikomotor dan iman. B. Rumusan masalah a. Apa penegrtian Ilmu Pendidikan Islam? b. Bagaimana criteria keberhasilan Pendidikan Islam dalam ranah afektif, kognitif, psikomotorik, dan iman? C. Tujuan penulisan a. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Pendidikan Islam b. Untuk menguraikan criteria keberhasilan Pendidikan Islam dalam ranah afektif, kognitif, psikomotorik, dan iman.   BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam Ilmu pendidikan islam telah memperkenalkan paling kurang tiga kata yang berhubungan dengan pendidikan islam, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim, dan al-ta’dib. Kata tarbiyah berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban yang berarti mengasuh, memimpin, mengasuh (anak). Kata al-ta’lim yang jamaknya ta’alim menurut Hans Weher dapat berarti information (pemberitahuan tentang sesuatu), advice (nasehat), instruction (perintah), direction (pengarahan), teaching (pengajaran), training (pelatihan), schooling (pembelajaran), education (pendidikan), dan apprenticeship (pekerjaan sebagai magang, masa belajar suatu keahlian). Kata al-ta’dib berasal dari kata yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi pekerti, akhlak, moral, dan etika. Istilah atau terminology pada dasarnya merupakan kesepakatan yang dibuat para ahli dalam bidangnya masing-masing terhadap pengertian tentang sesuatu. Pendidikan menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibani adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktifitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. Islam berasal dari kata aslama yang berarti damai, aman, dan sentosa. Pengertian islam yang demikian itu, sejalan dengan tujuan ajaran islam, yaitu untuk mendorong manusia agar patuh dan tunduk kepada Tuhan, sehingga berwujud keselamatan, kedamaian, aman dan sentosa, serta sejalan pula dengan isi ajaran islam, yaitu menciptakan kedamaian dimuka bumi dengan cara mengajak manusia untuk patuh dan tunduk kepada Tuhan. Ilmu pendidikan islam adalah ilmu yang berdasarkan islam. Isi ilmu adalah teori.isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Maka isi ilmu pendidikan adalah teori- teori tentang pendidikan, ilmu pendidikan islam merupakan kumpulan teori tentang pedidikan berdasarka ajaran islam. Ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan islam. Dengan demikian ilmu pendidikan islam adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan al-Qur’an, hadits, dan akal. B. Kriteria Keberhasilan Pendidikan Islam Dalam suatu pendidikan tentunya terdapat beberapa criteria dalam pencapain keberhasilan. Disini kami akan menjelaskan beberapa criteria keberhasilan dalam pendidikan islam. 1. Afektif Dalam dunia pendidikan, afektif diterjemahkan dengan istilah sikap, bahkan dalam kurikulum 2004 juga disebut sebagai kecerdasan emosional. Dalam kaitan dengan tujuan pendidikan, bloom dan kawan-kawan menyatakan bahwa afektif merupakan tujuan yang menekankan perasaan, emosi, atau tingkat penerimaan dan penolakan. Berdasarkan berbagai pengertian di atas, afektif dalam pendidikan agama dapat dipahami sebagai cara merasakan atau mengekspresikan emosi keagamaan, yang menunjukkan penerimaan atau penolakan obyek yang terkait dengan agama. Dalam kaitan dengan pendidikan agama, aspek afektif seringkali disamakan dengan akhlaq. Salah seorang ulama terkemuka di negeri ini mengkritik kegagalan pendidikan agama saat ini karena belum mendidik afektif atau menanamkan akhlaq, tapi hanya kognitif. Memang benar bahwa menanamkan akhlaq tidak telepas dari afektif, tetapi akhlaq tidak sama dengan afektif. Aspek afektif dalam praktik pendidikan Pada dasarnya, pencapaian hasil belajar siswa tidak dapat hanya dilihat dari ranah kognitif dan psikomotor, tetapi juga harus dilihat dari hasil afektif. Ketiga ranah berhubungan secara resiprokal, meskipun kekuatan hubungannya bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain. Namun demikian, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan pembelajaran, yang hanya menekankan aspek kognitif, sering kali dapat berakibat negative pada perkembangan aspek afektif. Hal ini, misalnya tercermin dalam perilaku keagamaan sebagian individu yang lebih terpelajar dalam ilmu agama yang dalam pengalaman dan komitmen pada agamanya justru lebih rendah daripada mereka yang kurang terpelajar. Semakin tinggi ilmu agamanya tidak membuat semakin agamis kehidupannya, tetapi justru semakin kurang kehidupan agamanya. Dalam kajian psikologi dan pendidikan, ada beberapa konstruk yang digunakan untuk mencerminkan karakteristik afektif, yaitu: a) Sikap Dalam kaitan dengan agama, sikap merupakan kecenderungan untuk merespon secara positif atau negative obyek keagamaan. Dalam pendidikan, termasuk pendidikan agama, banyak jenis sikap positif yang perlu dikembangkan oleh guru, diantaranya adalah sikap terhadap pelajaran,sikap terhadap belajar, sikap terhadap diri sendiri dan toleransi. Sikap sangan penting bagi keberhasilan pendidikan agama maupun kehidupan keagamaan sehingga sikap keagamaan yang positif pada diri siswa. b) Motivasi Motivasi sangat berhubungan dengan pencapaian pendidikan. Siswa yang lebih termotivasi menunjukkan kecemasan yang rendah, dan mengekspresikan harapan sukses yang lebih tinggi. Mereka juga memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, cenderung lebih kooperatif, sehingga secara psikologis cenderung lebih terbuka untuk belajar dan lebih giat. c) Konsep diri Konsep diri meriupakan persepsi seseorang tentang diri yang dibentuk melalui pengalaman dan lingkungan, terutama orang-orang yang signifikan. Dalam kaitan deng an pendidikan agama, konsep diri berkenaan dengan bagaiman siswa memndang diri mereka, baik sebagai siswa maupun orang yang beragam sehingga akan sangat berpengaruh dalam menempatkan diri atau berperilaku. d) Minat Minat merupakan kesenangan untuk melakukan suatu hal tertentu. Dalam proses pembelajaran, minat terkait dengan kesediaan siswa untuk melakukan aktifitas “belajar” sehingga sangat berpengaruh pada hasil belajarnya. Karena itu dalam pendidikan agama siswa harus dikondisikan agar selalu memiliki minat yang tinggi pada pembelajaran dan kegiatan keagamaan e) Nilai Nilai merupakan hal yang penting dan berharga yang dilekatkan pada aktivitas maupun obyek, kesukaan untuk tujuan atau pandangan hidup, keyakinan tentang tindakan sesuai dengan kesukaan, dan konsepsi yang diharapkan secara nyata mempengaruhi perilaku. Dalam pendidikan agama, nilai yang harus dikembangkan meliputi nilai universal, seperti kejujuran, integritas, keadilan, kebebasan maupun nilai-nilai keislaman yang spesifik ajaran islam, seperti nilai susila dan pergaulan. 2. Kognitif Hasil belajar aspek ini meliputi enam tingkatan, disusun dari yang terendah hingga yang tertinggi, dan dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, merupakan penguasaan pengetahuan yang menekankan pada mengenal dan mengingat kembali bahan yang telah diajarkan dan dapat dipandang sebagai dasar atau landasan untuk membangun pengetahuan yang lebih kompleks dan abstrak. Bagian ini menduduki tempat pertama dalam urutan tingkat kemampuan kognitif, yang merupakan tingkat abstraksi yang terendah atau paling sedehana. Bagian kedua merupakan kemampuan-kemampuan intelektual yang menekankan pada proses mental untuk mengorganisasikan bahan yang telah diajarkan. Bagian ini menduduki tempat kedua sampai dengan tempat keenam dalam urutan tingkat kemampuan kognitif. Tingkatan-tingkatan hasil belajar kognitif a. Pengetahuan Siswa yang diharapkan dapat mengenal dan mengingat kembali bahan yang telah diajarkan. Hasil belajarnya meliputi : 1. Pengetahuan tentang hal-hal yang khusus. Penguasaan akan lambing-lambang dengan keterangan-keterangan yang konkret, sebagai alat untuk menguasai pengetahuan selanjutnya. 2. Pengetahuan tentang peristilahan. Penguasaan terhadap sejumlah kata-kata dalam rangkaian artinya yang umum dan berbagai istilah keagamaan yang memberikan cirri-ciri, sifat-sifat, dan hubungan-hubungannya yang khas. 3. Pengetahuan tentang fakta-fakta khusus Mengenal dan mengingat kembali berbagai peristiwa dan waktu kejadiannya, tokoh-tokoh, tempat-tempat penting dan hal-hal lainnya (sejarah islam) 4. Pengetahuan mengenai ketentuan-ketentuan dan sifat-sifat khas. Mengenal dan mengingat kembali bentuk-bentuk wahyu dan hadits beserta pokok-pokok ajaran (ketentuan) yang terkandung didalamnya. 5. Pengetahuan tentang arah-arah dan gerakan-gerakan. Mengenal dan mengingat kembali tentang proses-proses, arah-arah, gerakan-gerakan, misalnya : - Berbagai mazhab atau aliran dalam islam. - Kontinuitas dan perkembangan kebudayaan islam. 6. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori-kategori dalam ilmu-ilmu agama islam serta permasalahannya. Mengenal dan mengingat kembali tentang pembagian-pembagian perangkat-perangkat, kelompok-kelompok, dan susunan dasar, misalnya dari : - Ilmu-ilmu agama atau bidang-bidang studi agama. - Berbagai permasalahan agama. 7. Pengetahuan tentang “universal” dan abstraksi-abstraksi. Mengenal dan mengingat kembali berbagai pengertian umum mengenai “pola cita” dan “pola budaya” sepanjang ajaran islam. 8. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan generalisasi-generalisasi. Mengenal dan mengingat kembali mengenai abstraksi khusus, yang menyimpulkan pengamatan tentang fenomena-fenomena agama dan prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah islam. 9. Pengetahuan-pengetahuan tentang teori-teori dan struktur-struktur. Mengenal dan mengingat kembali pengetahuan tentang : - Gambaran yang relative lengkap mengenai ajaran berbagai mazhab atau aliran dalam islam. - Teori-teori dan struktur dari berbagai tarikat dalam ilmu tasawuf atau filsafat islam. b. Komprehensif Kemampuan untuk menyimpulkan bahan yang telah diajarkan. Untuk mencapai hasil belajar demikian dipelukan pemahaman atau daya menangkap dan mencernakan bahan, sehingga siswa mampu memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat mempergunakannya. Hasil belajarnya, meliputi: 1. Kemampun untuk menerjemahkan dan memahami ayat-ayat yang berbentuk metafora, simbolisme, sindiran dan pertanyaan-pertanyaan yang yang dapat diilmukan. 2. Kemampuan untuk menafsirkan, yaitu mencakup penyusunan kembali atau penataan kembali suatu kesimpulan sehingga merupakan suatu pandangan baru, baik dari ayat-ayat maupun hadits-hadits. 3. Kemampuan untuk menyimpulkan mana yang terkandung dalam ajaran islam, sehingga siswa dapat menentukan dan meramalkan arah-arah penggunaanya, akibat-akibatnya dan hasil-hasilnya. c. Aplikasi Kemampuan atau keterampilan menggunkan abstraksi-abstraksi, kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ajaran islam dalam situasi-situasi khusus dan konkrit yang dihadapinya sehari-hari, meliputi: 1. Penggunaan pemakaian istilah-istilah atau konsep-konsep agama dalam uraian umum dan percakapan sehari-hari. 2. Kemampuan untuk meramalkan akibat-akibat dari suatu pelanggaran norma-norma islam, yang terjadi pada diri dan masyarakatnya. d. Analisis Kemampuan menguraikan suatu bahan kedalam unsure-unsurnya sehingga susunan ide, pikiran-pikiran, yang kabur mrnadi jelas atau hubungan antara ide, pikiran-pikiran yang dinyatakan menjadi ekplisit. Hasil belajarnya meliputi : 1. Analisis mengenai unsure-unsur. Kemampuan untuk mengidentifikasi unsure-unsur, mengenai apa yang tersirat, membedakan yang benar dan salah dari ajaran islam. 2. Analisis mengenai hubungan-hubungan. Kemampuan untuk memahami silang hubungan antara unsur-unsur pengajaran agama dengan pengajaran-pengajaran lainnya yang mengecek konsistensi unsur-unsur bahan pengajaran agama islam itu sendiri (antara ayat, hadits dan pendapat ulma) 3. Analisis mengenaiprinsip-prinsip organisasi. kemampuan untuk mengenal rangkaian dan susunan yang sistematik pada aspek–aspek yang mendukung ajaran yang disampaikan, misalnya : - Mengenal betuk dan pola-pola susunan ataua rangkaian dari ayat yang turun di Makkah dan Madinah. - Mengenal cara-cara umum dalam menyusun Al-Qur’an dan Al-Hadits. e. Sintesis Kemampuan untuk menyusun kembali unsure-usur sedemikian rupa sehingga terbentuk suatu keseluruhan yang baru, meliputi : 1. Kemampuan untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman keagamaan, baik secara lisan maupun tulisan. 2. Kemampuan untuk menyusun rencana kerja yang memenuhi kaidah-kaidah ajaran agama islam. 3. Kemampuan untuk merumuskan hokum-hukum berdasarkan ajaran islam untuk memecahkan masalah-masalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. f. Evaluasi Kemampuan untuk menilai, menimbang dan malakukan pilihan yang tepat atau mengambil suatu putusan, meliputi : 1. Mampu memberikan pertimbangan-pertimbangan terhadap berbagai kehidupan dan permasalahannya menurut norma-norma, prinsip-prinsip ata ketentuan-ketentuan ajaran islam. 2. Mwmpu memilih alternative yang tepat, mengambil putusan bertindak yang tepat dan menilai serta menimbang baik atau buruk suatu perbuatan atau tingkah laku, sepanjang ajaran islam. 3. Psikomotorik (keterampilan) Psikomotorik adalah kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori, yaitu : a. Peniruan Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. b. Manipulasi Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. c. Ketetapan memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. d. Artikulasi Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. e. Pengalamiahan Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa domain psikomotorik dalam taksonomi instruksional pengajaran adalah lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai yang terdapat lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. 4. Iman Meskipun taksonomi S, Bloom dan kawan-kawan itu banyak dianut dan diikuti oleh para pakar pendidikan, tetapi taksonomi ini hendaknya perlu dicermati. Sebab kriteria tersebut hanya terbatas pada sejauhmana peserta didik berhasil mengembangkan dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan keberhasilan pendidikan islam bukan hanya terbatas pada ketiga dimensi tersebut, tetapi masih perlu dimensi lain yang lebih pokok dan belum dikaji oleh Bloom, yaitu dimensi iman (domain iman). Domain ini amat diperlukan dalam pendidikan Islam, karena ajaran islam tidak hanya menyangkut hal-hal yang rasional saja, tetapi juga menyangkut hal-hal yang irasional. Di mana akal manusia tidak akan mampu menangkapnya kecuali didasari dengan iman, yang bersumber dari Al-Qur’an dan al-Hadits. Pendidikan islam tidak hanya mengenal emperis sensual (emperis yang dapat ditanngkap oleh indra) dan emperis logis (empiris yang dapat ditangkap oleh rasio) tetapi lebih dari itu, pendidikan islam juga mengenal emperis transcendental (emperis yang dapat ditangkap oleh domain iman manusia). BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Program pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku siswa dengan menggunakan bahan pengajaran agama. Ingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah siswa mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil belajar siswa dalam bidang pengajaran agama. Haasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan melalui tiga aspek, yaitu : pertama, aspek kognitif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua, aspek efekif, meliputi perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran, dketiga, aspek psikomotor, melipui perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. Keberhasilan pendidikan islam, disamping diukur dengan tiga domain (Kognitif, afektif, dan psikomotorik) juga diukur dari sejauh mana keberhasilannya dalam mengembangkan domain iman. Hal ini ditandai dengan kesadaran akan identitasnya sebagai seorang mukmin yang mampu menghadapi tantangan-tantangan yang dapat menggoyahkan iman, dan senantiasa waspada dan selalu meningkatkan kualitas keimanannya. B. Saran Makalah yang kami susun masih begitu banyak kekurangan baik kualitas isi maupun penyajian yang tidak sistematis. Kurangnya bahan referensi kami, membuat kami tidak begitu maksimal dalam penyajian makalah ini. Masukan untuk sebuah makalah yang berkualitas kedepannya sangat kami harapkan dari bapak dosen pengampu dan dari teman-teman mahasiswa. Sebelum dan sesudahnya kami ucapakan terima kasih. DAFTAR PUSTAKA  Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2011  www.batararayamedia.com  Nata, Abuddin, Ilmu Pandidikan Islam, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010  Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000  Ludjito , Ahmad, dkk., Mengembangkan Keilmuan Pendidikan Islam, Semarang: Rasail, 2010  Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1994

No comments:

Post a Comment